BAB I PENDAHULUAN
Perkembangan ilmu pengetahuan khususnya perkembangan yang sangat pesat dari industri polimer sintetik membuat kehidupan kita selalu dimanjakan oleh kepraktisan dan kenyamanan dari produk yang mereka hasilkan. Bahkan beberapa bahan dianggap sebagai salah satu ciri kemunculan zaman modern yang ditandai dengan kehidupan yang serba praktis dan nyaman. Namun, beberapa laporan penting telah menguak sisi lain dari kemudahan yang diberikan oleh bahan-bahan yang terbuat dari polimer sintetis. Kebanyakan bahan misalkan saja plastik seperti PVC, agar tidak bersifat kaku dan rapuh ditambahkan dengan suatu bahan pelembut (plasticizers). Bahan pelembut ini kebanyakannya terdiri atas kumpulan ftalat (ester turunan dari asam ftalat). Beberapa contoh pelembut adalah epoxidized soybean oil (ESBO), di(2-ethylhexyl)adipate (DEHA), dan bifenil poliklorin (PCB) yang digunakan dalam industri pengepakan dan pemrosesan makanan, acetyl tributyl citrate (ATBC) dan di(-2ethylhexyl) phthalate (DEHP) yang digunakan dalam industri pengepakan film (Sheftel, 2000). Namun, penggunaan bahan pelembut ini yang justru dapat menimbulkan masalah kesehatan. Sebagai contoh, penggunaan bahan pelembut seperti PCB sekarang sudah dilarang pemakaiannya karena dapat menimbulkan kematian jaringan dan kanker pada manusia (karsinogenik). Di Jepang, keracunan PCB menimbulkan penyakit yang dikenal sebagai yusho. Tanda dan gejala dari keracunan ini berupa pigmentasi pada kulit dan benjolan-benjolan, gangguan pada perut, serta tangan dan kaki lemas. Sedangkan pada wanita hamil, mengakibatkan kematian bayi dalam kandungan serta bayi lahir cacat. Bukan itu saja, dampak berlebihan dari bahan-bahan polimer ini selain terhadap kesehatan ternyata sangat merugikan bagi lingkungan sekitar. Pencemaran yang terjadi ternyata mengakibatkan rusaknya habitat dan ekosistem makhluk hidup. Bahkan pencemaran berkelanjutan telah mengakibatkan hilangnya tingkat kesuburan tanah karena terhalnagnya proses penyerapan unsur hara dan hal ini menjadi perhatian penting bagi pemerintah maupun para peneliti yang kahirnya harus dikembangkan solusi baru untuk penyelesainnya. Dan akhirnya saat ini telah mulai dikembangkan bahan-bahan polimer yang dapat teruarai dengan mudah serta memiliki efek yang sehat yaitu polimer terdegradabilitas
BAB II PEMBAHASAN II.
1 Bahan Polimer dengan Ketahanan yang Tinggi Polimer (makromolekul) merupakan molekul besar yang terbentuk dari unit – unit berulang sederhana. Nama ini diturunkan dari bahasa yunani, yaitu : Poly yang berarti banyak, dan mer yang berarti bagian (Malcom Steven, 2004). Dan polimer juga merupakan bahan yang penting dalam pembuatan bahan-bahan tertentu. Beberapa contoh bahan polimer yaitu resin phenolformaldehyde, urea formaldehyde, poliester, epoksi dan lainnya. Pada umumnya polimer memiliki sifat yang menguntungkan karena massa jenisnya kecil, mudah dibentuk, tahan karat (Hyer, 1998). Akan tetapi polimer memiliki kekurangan seperti beberapa bahan yang berbahaya bagi kesehatan, lingkungan , dan juga beberapa sifat mekanis seperi kekakuan dan kekuatan rendah. Oleh karena itu agar diperoleh bahan yang lebih baik, maka polimer tersebut dipadukan dengan bahan yang lain yang berfungsi sebagai bahan penguat seperti: serat (fiber), partikel (particulate), lapisan (lamina) dan serpihan (flakes). Pada saat ini berbagai industri telah menggunakan bahan-bahan yang diperkuat oleh bahan cmpuran mulai dari industri perabot rumah tangga (panel, kursi, meja), industri kimia (pipa, tangki, selang), alat-alat olah raga, bagian-bagian mobil yang salah satunya bumper mobil, alat-alat listrik, industri pesawat terbang (badan pesawat, roda pendarat, sayap dan baling baling helikopter) dan industri perkapalan (salah satunya body speed boat). Karena hal-hal yang kurang meguntungkan tadi sehingg harus dilakukan penelitian-penelitian yang baru untuk mencegah masalah-masalah khusuh terutama pada industri-industri besar. Tidak semua bahan memiliki stabilitas hidrolik yang baik, dan mereka yang melapisi dasar bahan jelas akan memilih suatu polimer yang terbukti sangat tahan terhadap air maupun bahan kimia dan sinar matahari. Sehingga secara umum bahan polimer yang memiliki ketahanan kimia yang tinggi diartikan sebagai bahan-bahan polimer yang memiliki ketahanan tertentu dikarenakan adanya penambahan zat kimia tertentu ataupun adanya rekayasa terhadap rantai dan gugus dari polimer tersebut. Dengan poliester-poliester, terdapat dua pendekatan yang telah dicapai untuk menaikkan ketahanan kimia, yaitu : 1. Untuk menikkan rintangan sterik di sekitar gugus-gugus ester. 2. Untuk mengurangi jumlah gugus-gugus ester per satuan panjang rantai. Kedua pendekatan ini akan menaikkan sifat hidrofobik dari poliester-poliester tersebut. Sebagai contoh misalnya Fluor, sebenar yang memberikan lapisan tahan air untuk melindungi rangka fosfor-nitrogen. Suatu kopolimer etilena-klorotifluoroetilena dipasarkan sebagai pelapis yang tahan kimia untuk kabel-kabel bawah tanah. Ozon, yang terbentuk oleg aksi sinar ultraviolet atau pelepasan arus listriik ke oksigen, menguraikan polmer yang menganhdung ikatan rangkap dua dalam rangkanya melalui proses ozonalis yang diikuti dengna hidraolisis. Morfologi juga merupakan suatu variabel penting dalam ketahanan kimia. Polimer-polimer Kristal pada prinsipnya lebih tahan daripada polimer-polimer amorfus karena susunan rantai yang rapat akan mengurangi permeabilitas. Demikian pula, ikat silang menaikkan ketahanan pekarut. Salah satu industri dimana ikat silang penting dilihat dari sudut ketahanan kimia adalah mikroelektronika. Suatu tahap dalam pembuatan sirkuit-sirkuit cetak melibatkan koting substrat dengan suatu polimer yang berikat silang di bawah pengaruh chaya atau radiasi pengion. Suatu cetakan yang membawa pola untuk ditransfer ke substrat diletakkan di atas permukaan yang terkoting, kemudian permukaannya diradiasi. Pola tersebut memungkinkan radiasi lewat dan bagian-bagian polimernya yang terekspos akan mengalami ikat silang. Ketika cetakan larut tersebut larut dalam pelarut, yang meninggalkan dibelakangnya poal yang diinginkan. Contoh produk maupun penelitian yang telah dilakukan misalnya : • Koting semprot pada tangki-tangki minyak dengan poliester dan penambahan serat gelas memberikan tangki minyak yang sangat tahan lama dan sulit sekali korosi. • Penambahan antioksidan pada plastik yang mengakibatkan plastik tidak rapuh dan tahan lama. Gbr. 1 Plastik tahan lama Gbr.2 Tangki dengan koting semprot II.2 Penggunaan Bahan Polimer di Masyarakat. Berbicara mengenai pemakaian bahan-bahan polimer di masyarakat baik yang berbahaya maupun tidak maka dapat dipastikan pemakaian telah total digunakan diseluruh bentuk kegiatan dan setiap produk. Tidak dipungkiri mulai dari bagian terkecil rumah seperti kamar atau dapar sampai bagian terbesar kehidupan yaitu lingkungan semuanya menggunakan bahan polimer. Alat-alat rumah tangga, bahan kemasan, kendaraan sampai kosmetik semuanya menggunakan bahan-bahan polimer. Tingkat penggunaan ini sangat besar karena setiap pabrik misalnya harus menggunakan bahan polimer tertentu dan dengan campuran tertentu juga untuk menghasilkan produk unggul. Tidak jauh-jauh Hotel Ciputra, Jakarta menggunakan plastik secara total untuk bahan kemasan maupun pembungkus. Hal ini wajar karena plastik merupakan bahan yang murah dan memiliki keunggulan-keunggulan tertentu. Mengapa harus menggunakan bahan-bahan polimer? Hal ini memang akan dipertanyakan tetapi jawabannya sudah jelas, yaitu bahan-bahan polimer memiliki sejuta keunggulan yang luar biasa misalnya sangat praktis, murah, efektif, dan kuat. Selain itu apabila telah ditambahkan dengan zat-zat kimia tertentu maka dapat dihasilkan sifat-sifat yang luar biasa seperti ; lapisan yang flexibel, tidak korosif, tidak mudah terlarut, tidak licin jika basah, tahan air (waterprof), tidak bau, tahan terhadap sinar matahari (UV) dan alkali, dan masih banyak sifat yang lain lagi. Sifat-sifat inilah yang menjadikan bahan-bahan polimer menjadi sangat dibutuhkan, apalagi didukung dengan perkembangan teknologi dan meningkatnya kebutuahan masyarakat akan produk-produk tersebut, terlebih lagi keragaman permintaan pasar global akan jenis dan bentuk serta sifat-sifat produk polimer. Mulai dari produk sederhana sampai yang sangat rumit, dari yang sangat kecil sampai paling besar, dan dari berkapasitas ringan samapai produk yang berton-ton bobotnya dapat diciptakan dan memang membutuhkan bahan polimer. Gbr.3 Contoh bahan-bahan polimer yang sering digunakan di masyarakat Sifat-sifat yang menguntungkan tersebut menjadikan bahan polimer telah menjamur dimasyarakat dan sudah merupakan salah satu prioritas utama tanpa memperhatikan adanya bahaya yang mengancam baik secara individual maupun global. Hal ini akan terus berkembang jika tidak diperhatikan dan akibatnya adalah kerugian total dimana-mana. II.3 Pengaruh Penggunaan Bahan-Bahan Polimer di Masyarakat. Jika ditinjau dari penggunaan bahan-bahan polimer dimasyarakat maka kerugian yang ditimbulkannya sangat besar, bukan Cuma terhadap kesehatan tetapi berakibat fatal juga terhadap lingkungan. Sebelum kita bahas secara terperinci kerugian tersebut berikut salah satu ungkapan Ir Lanjar Sumarno, peneliti pada Pusat Pengkajian dan Penerapan Bioteknologi Industri dan Pertanian (PPP Biotek) BPPT, Serpong berupa : “Bahan untuk menyerap air seni pada popok bayi, pembalut wanita, dan pengental dalam industri makanan, umumnya memakai bahan-bahan polimer kimia yang berbahaya dan merusak lingkungan. Padahal, kebutuhan zat penyerap untuk pelbagai kebutuhan masyarakat dan industri tiap tahun jumlahnya makin meningkat. Jika tidak ada penggantinya yang ramah lingkungan, dampaknya akan sangat berbahaya” Jadi hendaknya kita lebih memperhatikan pemakian bahan-bahan polimer di kehidupan sehari-hari. a. Terhadap Kesehatan Jika ditinjau dari segi kesehatan maka banyak bahan polimer yang sangat berbahaya atau produk polmer yang didalamnya terjkandung zat berbahaya. Berikut beberapa penjabarannya : Kebanyakan bahan polimer seperti PVC, agar tidak bersifat kaku dan rapuh ditambahkan dengan suatu bahan pelembut (plasticizers). Bahan pelembut ini kebanyakannya terdiri atas kumpulan ftalat (ester turunan dari asam ftalat). Beberapa contoh pelembut adalah epoxidized soybean oil (ESBO), di(2-ethylhexyl)adipate (DEHA), dan bifenil poliklorin (PCB) yang digunakan dalam industri pengepakan dan pemrosesan makanan, acetyl tributyl citrate (ATBC) dan di(-2ethylhexyl) phthalate (DEHP) yang digunakan dalam industri pengepakan film (Sheftel, 2000). Namun, penggunaan bahan pelembut ini yang justru dapat menimbulkan masalah kesehatan. Sebagai contoh, penggunaan bahan pelembut seperti PCB sekarang sudah dilarang pemakaiannya karena dapat menimbulkan kematian jaringan dan kanker pada manusia (karsinogenik). Di Jepang, keracunan PCB menimbulkan penyakit yang dikenal sebagai yusho. Tanda dan gejala dari keracunan ini berupa pigmentasi pada kulit dan benjolan-benjolan, gangguan pada perut, serta tangan dan kaki lemas. Sedangkan pada wanita hamil, mengakibatkan kematian bayi dalam kandungan serta bayi lahir cacat. Contoh lain bahan pelembut yang dapat menimbulkan masalah adalah DEHA. Berdasarkan penelitian di Amerika Serikat, plastik PVC yang menggunakan bahan pelembut DEHA dapat mengkontaminasi makanan dengan mengeluarkan bahan pelembut ini ke dalam makanan. Data di AS pada tahun 1998 menunjukkan bahwa DEHA dengan konsentrasi tinggi (300 kali lebih tinggi dari batas maksimal DEHA yang ditetapkan oleh FDA/ badan pengawas obat makanan AS) terdapat pada keju yang dibungkus dengan plastik PVC (Awang MR, 1999). DEHA mempunyai aktivitas mirip dengan hormon estrogen (hormon kewanitaan pada manusia). Berdasarkan hasil uji pada hewan, DEHA dapat merusakkan sistem peranakan dan menghasilkan janin yang cacat, selain mengakibatkan kanker hati (Awang MR, 1999). Meskipun dampak DEHA pada manusia belum diketahui secara pasti, hasil penelitian yang dilakukan pada hewan sudah sepantasnya membuat kita berhati-hati. Bahaya lain yang dapat mengancam kesehatan kita adalah jika kita membakar bahan yang terbuat dari plastik. Seperti kita ketahui, plastik memiliki tekstur yang kuat dan tidak mudah terdegradasi oleh mikroorganisme tanah. Oleh karena itu seringkali kita membakarnya untuk menghindari pencemaran terhadap tanah dan air di lingkungan kita (Plastik dari sektor pertanian saja, di dunia setiap tahun mencapai 100 juta ton. Jika sampah plastik ini dibentangkan, maka dapat membungkus bumi sampai sepuluh kali lipat). Namun pembakaran plastik ini justru dapat mendatangkan masalah tersendiri bagi kita. Plastik yang dibakar akan mengeluarkan asap toksik yang apabila dihirup dapat menyebabkan sperma menjadi tidak subur dan terjadi gangguan kesuburan. Pembakaran PVC akan mengeluarkan DEHA yang dapat mengganggu keseimbangan hormon estrogen manusia. Selain itu juga dapat mengakibatkan kerusakan kromosom dan menyebabkan bayi-bayi lahir dalam kondisi cacat. Pekerja-pekerja wanita dalam industri getah, plastik dan tekstil seringkali mengalami kejadian bayi mati dalam kandungan dan ukuran bayi yang kecil. Kajian terhadap 2,096 orang ibu dan 3,170 orang bapak di Malaysia pada tahun 2002 menunjukkan bahwa 80% wanita menghadapi bahaya kematian anak dalam kandungan jika bekerja di industri getah dan plastik dan 90% wanita yang suaminya bekerja di industri pewarna tekstil, plastik dan formaldehida. Satu lagi yang perlu diwaspadai dari penggunaan bahan polimer dalam industri makanan adalah kontaminasi zat warna plastik dalam makanan. Sebagai contoh adalah penggunaan kantong plastik hitam (kresek) untuk membungkus makanan seperti gorengan dan lain-lain. Menurut Made Arcana, ahli kimia dari Institut Teknologi Bandung yang dikutip Gatra edisi Juli 2003, zat pewarna hitam ini kalau terkena panas (misalnya berasal dari gorengan), bisa terurai, terdegradasi menjadi bentuk radikal. Zat racun itu bisa bereaksi dengan cepat, seperti oksigen dan makanan. Kalaupun tak beracun, senyawa tadi bisa berubah jadi racun bila terkena panas. Bentuk radikal ini karena memiliki satu elektron tak berpasangan menjadi sangat reaktif dan tidak stabil sehingga dapat berbahaya bagi kesehatan terutama dapat menyebabkan sel tubuh berkembang tidak terkontrol seperti pada penyakit kanker. Namun, apakah munculnya kanker ini disebabkan plastik itu atau karena mengkonsumsi makanan tercemar kantong plastik beracun, harus dibuktikan. Sebab, banyak faktor yang menentukan terjadinya kanker, misalnya kekerapan orang mengonsumsi makanan yang tercemar, sistem kekebalan, faktor genetik, kualitas plastik, dan makanan. Bila terakumulasi, bisa menimbulkan kanker. Styrofoam yang sering digunakan orang untuk membungkus makanan atau untuk kebutuhan lain juga dapat menimbulkan masalah. Menurut Prof Dr Hj Aisjah Girindra, ahli biokimia Departemen Biokimia FMIPA-IPB, hasil survei di AS pada tahun 1986 menunjukkan bahwa 100% jaringan lemak orang Amerika mengandung styrene yang berasal dari styrofoam. Penelitian dua tahun kemudian menyebutkan kandungan styrene sudah mencapai ambang batas yang bisa memunculkan gejala gangguan saraf. Lebih mengkhawatirkan lagi bahwa pada penelitian di New Jersey ditemukan 75% ASI (air susu ibu) terkontaminasi styrene. Hal ini terjadi akibat si ibu menggunakan wadah styrofoam saat mengonsumsi makanan. Penelitian yang sama juga menyebutkan bahwa styrene bisa bermigrasi ke janin melalui plasenta pada ibu-ibu yang sedang mengandung. Terpapar dalam jangka panjang, tentu akan menyebabkan penumpukan styrene dalam tubuh. Akibatnya bisa muncul gejala saraf, seperti kelelahan, gelisah, sulit tidur, dan anemia. Selain menyebabkan kanker, sistem reproduksi seseorang bisa terganggu. Berdasarkan hasil penelitian, styrofoam bisa menyebabkan kemandulan atau menurunkan kesuburan. Anak yang terbiasa mengonsumsi styrene juga bisa kehilangan kreativitas dan pasif. Mainan anak yang terbuat dari plastik yang diberi zat tambahan ftalat agar mainan menjadi lentur juga dapat menimbulkan masalah. Hasil penelitian ilmiah yang dilakukan para pakar kesehatan di Uni Eropa menyebutkan bahwa bahan kimia ftalat banyak menyebabkan infeksi hati dan ginjal. Oleh karena itu Komisi Eropa melarang penggunaan ftalat untuk bahan pembuatan mainan anak. Asbes, merupakan serat mineral silika yang bersifat fleksibel, tahan lama dan tidak mudah terbakar. Asbes banyak digunakan sebagai penghantar listrik dan penghantar panas yang baik. Asbes banyak digunakan sebagai isolator panas dan pada pipa saluran pembuangan limbah rumah tangga, dan bahan material atap rumah. Asbes banyak digunakan dalam bahan-bahan bangunan. Jika ikatan asbes dalam senyawanya lepas, maka serat asbes akan masuk ke udara dan bertahan dalam waktu yang lama. Serat yang terlepas ini akan menyebabkan keracunan pada anak-anak, remaja dan manula. Selain itu bahan kemasan berupa bahan yang mengandung senyawa organik volatil, fenil isosianat, dan banyak bahan lain sangat berbahaya jika masuk kedalam pencernaan. Penyakit yang timbul dari penggunaan bahan-bahan ini mulai dari diare, keracunan, muntaber, penggunaan bahan yana melibatkan liqnin sulfonate dapat menyebabkan kanker, dan masih banyak lagi. Ancaman kesehatan yang terakhir (sebenarnya masih cukup banyak contoh lainnya) datang dari kegiatan yang sering tidak sadar kita lakukan (atau mungkin karena ketidaktahuan kita). Seperti yang lazim kita lakukan apabila kita hendak memakan suatu makanan yang panas (misalnya gorengan) atau mencegah tangan terkotori oleh minyak dari gorengan tersebut, maka kita melapisi makanan tersebut dengan kertas tisu. Padahal hal tersebut sebenarnya dapat mengancam kesehatan kita. Kenapa bisa begitu? Ternyata, zat kimia yang terkandung dalam kertas tisu yang kita gunakan dapat bermigrasi ke makanan yang kita lapisi. Zat ini biasanya sering disebut pemutih klor yang memang ditambahkan dalam pembuatan kertas tisu agar terlihat lebih putih bersih. Zat ini bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker). Oleh karena itu jangan menggunakan bahan ini untuk melapisi makanan yang panas atau berlemak. b. Terhadap Lingkungan Selain terhadap kesehatan terhadap lingkungan juga sangat merugikan untuk itu berikut beberapa penjabarannya : Jika ditinjau dari segi lingkungan sudah di pastikan akan mengakibatkan pencemaran tanah, air, udara dan rusaknya ekosistem alami dan buatan sehingga di butuhkan solusi lebih lanjt terhadap masalah masyarakat ini. Polimer emulsi, terutama dari jenis poly (vinyl acetate co acrylic) atau poly (vinil acetate co veova), dapat berfungsi sebagai soil stabilizer. Polimer jenis ini akan meningkatkan ikatan partikel-partikel tanah sehingga akan mencegah pergerakan dari partikel-partikel tersebut serta akan mencegah terdispersinya partikel-partikel tanah oleh air dan udara. Gbr.4 Ployvinil Acetate co Acrylic pada Cat dan Bahan Dasar Gbr.5 Polyvinil Acetate co Veova Lapisan film polimer yang akan merusak bibit-bibit (seeds) tanaman, bahkan akan memprecepat terlarutnya atau hilangnya pupuk dari tanah. Kedalaman film yang hanya dua cm dari permukaan tanah dapat mengganggu unsur-unsur hara di dalam tanah dan air tanah (ground water). Gbr.6 Lapisan Film Polimer Selain bahan-bahan di atas salah satu faktor yang menyebabkan rusaknya lingkungan hidup di Indonesia adalah factor pembuangan limbah sampah plastik.Kantong plastik telah menjadi sampah yang berbahaya dan sulit dikelola. Dibutuhkan waktu 1000 tahun agar plastik dapat terurai oleh tanah secara terdekomposisi atau terurai dengan sempurna.Ini adalah sebuah waktu yang sangat lama.Saat terurai,partikel-partikel akan mencemari tanah dan air tanah. Dampak negatif limbah plastik antara lain: 1. Limbah plastik yang berserakan dijalan,ditempat-tempat umum membuat pemandangan menjadi tidak nyaman. 2. Dapat mengurangi kesuburan tanah, karena apabila limbah plastik dikubur didalam tanah. 3. Limbah plastik dapat menyebabkan banjir apabila sampah kantong plastik itu dibuang dikali,karena menyumbat saluran-saluran air,tanggul. Sampah plastik dapat juga menyebabkan perubahan iklim. Mengapa? Karena tumpukan sampah di udara terbuka mengeluarkan metana, salah satu gas yang bertanggung jawab atas pemanasan global.Selain itu juga pembuangan plastik di lahan penimbunan (TPA), sampah plastik juga mengeluarkan gas rumah kaca. Gbr.7 Pencemaran akibat bahan-bahan polimer II.4 Jalan Keluar Banyak hal telah dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah yang telah ditimbulkan bahan-bahan polimer ini dan salah satunya adalah pengembangan bahan-bahan polimer yang biodegradabel etapi perlu juga ditingkatkan tingkat kewaspadaan terhadap produk-produk berbahaya terutama terhadap kesehatan . a. Pembuatan Polimer Terdegradasi Sebagian besar polimer mempunyai sifat sangat tahan lama, ini merupakan sofat yang memungkinkannya berkompetisi dengan bahan-bahan awet lainnya seperti gelas, dan logam. Akan tetapi, keawetan bisa menghasilkan masalah-masalah. Para konservasionis makin meningkatkan perhatiannya terhadap sampah polimer yang nerusak pemandangan. Polimer-polimer bisa dibuat terurai secara fotokimia dengan menginkorporasi gugus-gugus karbonil yang menyrap radiasi unltraviolet (UV) untuk membentuk keadaan-keadaan terekstitasi yang cukup berenergi untuk melakukan pembelahan ikatan. Proses-prose demikian (dinyatakan sebagai reaksi-reaksi Norrish Tipe II). Bahan-bahan pengemas fotodegradabel yang tersedia secara komersial mempekerjakan teknologi ini. Reaksi-reaksi degradasi serupa terjadi dengan polyester dan poliketoamin. Mikroorganisme menguraikan polimer-polimer dengan mengkatalis hidrolisis dan oksidasi. Semakin rendah berat molekul maka polimer terdegradasi semakin cepat. Suatu kombinasi antara gugus fungsional sensitive menguraikan polimer-polimer berat molekul tinggi dalam lingkungan alam. Meskipun motivasi awal untuk mensintesis polimer-polimer degradable timbul dari pertimbangan-pertimbangan ekologis, sekarang ini banyak penelitian diarahkan ke teknologi resis dan aplikasi-aplikasi pelepasan terkontrol (controlled release). Pada teknologi resisi, polimer-polimer degradable dipakai untuk resis positif, yang bekerja dengan cara yang berlawana dengan resis-resis; yakni radiasi meningkatakan degradasi resis yang terekspos oleh cetakan, yang meninggalkan kotinh utuh yang tidak terekspos. Pelepasan terkontrol mengacu ke pemakaian baha-bahan yang mengandung polimer dengan aktivitas pertanian, kedokteran, atau farmasi, yang dilepaskan ke lingkuangan pada laju yang relative konstan utnuk menjaga waktu yang lama. Dalam bidang pertanian, jerami-jerami yang dapat terurai untuk meninggalkan hasil panen terkomposisi dari kombinasi polimer-polimer sintesis. Aplikasi lainnya melibatkan pengiktan bahan-bahan kimia pertanian dam formulasi-formulasi polimer untuk pelepasa yang lambat pada suatu klaju yang efektif untuk tujuan dari pereaksi-pereaksi yang hilang oleh hujan atau irigasi. Karena dengan dikembangkannya program ini diharapkan lingkungan dan kesehatan akan lebih terjaga dan terawat, dan setidaknya mampu menekan pencemaran di berbagai tempat. Hal ini sudah mulai di laksanakan misalnya : - Singkong, jagung dan minyak sawit mentah bisa diproduksi menjadi plastik ramah lingkungan. - Bahan pertanian beuap kelat dengan besi di inkorporasikan dengan Herbisida asam. - Bidang kesehatan yaitu kapsul dan poliester sebagai bahan jahitan di tambahkan asam-asam amino, ester, dan steroida sehingga dalam jangka waktu singkat sudah tercerna. Dan masih banyak contoh lainnya. Contoh-contoh bahan polimer yang degradabel b. Peningkatan tingkat kewaspadaan Selain pengembangan polimer yang degradabel, peningkatan kewaspadaan akan bahan-bahan berbahaya juga diperlukan, berikut beberapa penjelasan tentang tanda-tanda bahan yang berbahaya : Sumber artikel ini di publish tahun 2008, tetapi dilihat dari content-nya masih layak untuk di publish kembali karena berisi informasi yang sampai saat ini masih up to date untuk menjadi referensi dan terdapat juga tanggapan/ sanggahan dari beberapa pembaca, sehingga menambah wawasan kita dalam memahami baik buruknya penggunaan plastik dalam kehidupan sehari-hari, sehingga kita bisa lebih arif dan bijak dalam memanfaatkan plastic untuk kehidupan sehari-hari, selamat membaca . Sudah banyak orang yang memberi peringatan, rumor, gosip bahkan artikel majalah tentang bahaya bahan polimer. Tetapi tetap saja hanya segelintir orang yang menggubris, peduli atau sampai meneliti lebih lanjut. Plastik adalah salah satu bahan yang dapat kita temui di hampir setiap barang. Mulai dari botol minum, TV, kulkas, pipa pralon, plastik laminating, gigi palsu, compact disk (CD), kutex (pembersih kuku), mobil, mesin, alat-alat militer hingga pestisida. Oleh karena itu kita bisa hampir dipastikan pernah menggunakan dan memiliki barang-barang yang mengandung Bisphenol-A. Salah satu barang yang memakai plastik dan mengandung Bisphenol A adalah industri makanan dan minuman sebagai tempat penyimpan makanan, plastik penutup makanan, botol air mineral, dan botol bayi walaupun sekarang sudah ada botol bayi dan penyimpan makanan yang tidak mengandung Bisphenol A sehingga aman untuk dipakai makan. Satu tes membuktikan 95% orang pernah memakai barang mengandung Bisphenol-A. Plastik dipakai karena ringan, tidak mudah pecah, dan murah. Akan tetapi plastik juga beresiko terhadap lingkungan dan kesehatan keluarga kita. Oleh karena itu kita harus mengerti plastik-plastik yang aman untuk kita pakai. PETE atau PET (polyethylene terephthalate) biasa dipakai untuk botol plastik yang jernih/transparan/tembus pandang seperti botol air mineral, botol jus, dan hampir semua botol minuman lainnya. Boto-botol dengan bahan #1 dan #2 direkomendasikan hanya untuk sekali pakai. Jangan pakai untuk air hangat apalagi panas. Buang botol yang sudah lama atau terlihat baret-baret. HDPE (high density polyethylene) biasa dipakai untuk botol susu yang berwarna putih susu. Sama seperti #1 PET, #2 juga direkomendasikan hanya untuk sekali pemakaian. V atau PVC (polyvinyl chloride) adalah plastik yang paling sulit di daur ulang. Plastik ini bisa ditemukan pada plastik pembungkus (cling wrap), dan botol-botol. Kandungan dari PVC yaitu DEHA yang terdapat pada plastik pembungkus dapat bocor dan masuk ke makanan berminyak bila dipanaskan. PVC berpotensi berbahaya untuk ginjal, hati dan berat badan. LDPE (low density polyethylene) biasa dipakai untuk tempat makanan dan botol-botol yang lembek. Barang-barang dengan kode #4 dapat di daur ulang dan baik untuk barang-barang yang memerlukan fleksibilitas tetapi kuat. Barang dengan #4 bisa dibilang tidak dapat di hancurkan tetapi tetap baik untuk tempat makanan. PP (polypropylene) adalah pilihan terbaik untuk bahan plastik terutama untuk yang berhubungan dengan makanan dan minuman seperti tempat menyimpan makanan, botol minum dan terpenting botol minum untuk bayi. Karakteristik adalah biasa botol transparan yang tidak jernih atau berawan. Cari simbol ini bila membeli barang berbahan plastik. PS (polystyrene) biasa dipakai sebagai bahan tempat makan styrofoam, tempat minum sekali pakai, dll. Bahan Polystyrene bisa membocorkan bahan styrine ke dalam makanan ketika makanan tersebut bersentuhan. Bahan Styrine berbahaya untuk otak dan sistem syaraf. Selain tempat makanan, styrine juga bisa didapatkan dari asap rokok, asap kendaraan dan bahan konstruksi gedung. Bahan ini harus dihindari dan banyak negara bagian di Amerika sudah melarang pemakaian tempat makanan berbahan styrofoam termasuk negara China. Other (biasanya polycarbonate) bisa didapatkan di tempat makanan dan minuman seperti botol minum olahraga. Polycarbonate bisa mengeluarkan bahan utamanya yaitu Bisphenol-A ke dalam makanan dan minuman yang berpotensi merusak sistem hormon. Hindari bahan plastik Polycarbonate. Masih banyak sekali barang plastik yang tidak mencantumkan simbol-simbol ini, terutama barang plastik buatan lokal di Indonesia. Oleh karena itu, kalau anda ragu lebih baik tidak membeli. Kalaupun barang bersimbol lebih mahal, harga tersebut lebih berharga dibandingkan kesehatan keluarga kita. Pada akhirnya. Hindari penggunaan plastik apapun di Microwave. Gunakan bahan keramik, gelas atau pyrex sebagai gantinya. Hindari juga membuang sampah plastik terutama yang mengandung Bisphenol-A sembarangan karena bahan tersebut pun bisa mencemari air tanah yang pada akhirnya pun bisa mencemari air minum banyak orang. Semoga informasi ini bermanfaat.
BAB III KESIMPULAN
Secara umum perkembangan teknologi polimer sudah sangat maju, hal ini dipicu oleh kebutuhan manusia yang beraneka ragam dan juga semakin meningkat sehingga menyebabkan industri bahan polimer mengglobal. Hal ini memang diperlukan tetapi dilain pihak bahan ini sangat merugikan manusia mulai dari kesehatan sampai pada lingkungan dan ini menjadi perhatian penting bagi setiap orang Dengan dampak yang sudah meluas maka telah dicari solusi-solusi untuk mengatasi masalah tersebut dan diantaranya adalah pembuatan bahan-bahan polimer yang terdegradasi, selain itu adalah peningkatan kewaspadaan akan bahan-bahan yang berbahaya juga sangat dibutuhkan agar tidak terjadi kesalahan penggunaan. Tinggal bagaimana kemauan masyarakat untuk menggunakannya , karena memang harus disadari bahwa bahan-bahan ini relatif lebih mahal, misalnya saja Harga plastik ramah lingkungan ini berkisar Rp 45-60 ribu per 50 pcs, atau untuk membuat bioabsorbent (bahan biodegradabel) membutuhkan penelitian yang lama.