Jumat, 22 Oktober 2010

Alif

Alif
Oleh : Jufri Bulian Ababil

Alif. Aku berdiri tegak sepertimu, seperti gelombang sinar Alpha. Engkau diciptakan menjadi simbol karena kejinakanmu. Kau lambang kelurusan hati dan kepastian sikap. Cintaku pada Tuhanku berkata, engkau adalah lambang kebersatuan. Allah memuliakanmu dengan meletakkanmu pada huruf pertama dalam surat kedua, al-Baqarah pada pesan-pesan sucinya di al-Qur'an. Engkau dibaca dalam satu ayat bersama teman setiamu, Lam dan Mim.

Orang sering berkata, tidak ada yang tahu tentangmu selain hanya Allah Yang Maha Mengetahui. Tapi mohon maafku wahai Alif, terus terang, aku meragukan pernyataan itu. Sebab, Allah yang Maha Pemberi Ilmu yang mengajarkan al-Qur'an dengan bahasa yang jelas tidak mungkin membodohi manusia dengan membuatmu jadi misteri. Mustahil itu.

Wahai Alif, berhentilah menangis. Aku turut prihatin atas prasangka orang-orang terhadapmu. Kuharap jangan pula engkau bersedih dengan kata-kataku ini. Bilang pula pada teman-teman seperjalananmu Lam dan Mim, juga huruf-huruf yang sedang dan akan kuperbincangkan dalam kalam-kalamku nantinya, bahwa kalian adalah bangsa yang perkasa, bangsa yang lebih kuat dari tentara penakluk terkuat dari bangsa manusia. Engkau mampu berbaris dengan barisan yang rapi dalam kelipatan 19 personel untuk per satuan kompi di saat engkau sudah diletakkan di baris terdepan dalam potongan surat. Aku salut. Aku suka gaya berbaris seperti ini, dan aku menyebutnya pasukan bismillah, karena dalam surah al-Baqarah jumlah seluruh huruf alif sepertimu sama bila dibagi jumlahnya akan dengan semua huruf dalam basmalah.

Alif, kumohon, tetaplah engkau di barisanmu, walau pun engkau selalu diabaikan dan tidak menjadi pusat perhatian orang-orang yang mengaku ulama. Aku sangat mengkhawtirkanmu. Jangan sampai engkau merajuk diri sehingga hancurlah kata. Engkau tentu dapat bayangkan bila telah terjadi kehancuran kata, maka tidak akan ada lagi kalam atau kalimat, apalagi makna. Bila tak ada lagi makna maka orang-orang akan bersitegang urat leher, berdebat, saling hujat dan berselisih paham. Jangan biarkan hal itu terjadi, karena aku takut akan dapat berekses pada terjadinya kebodohan besar-besaran pada bangsa manusia. Engkau tentu tahu, kebodohan itu sumber malapetaka dan siksa. Sebagai bangsa manusia, aku mohon jangan engkau bergeser dari tempat berdirimu oh Alif.

Alif, masih ingatkah dikau 25 tahun yang lalu? Engkau bersama temanmu Lam dan Mim adalah teman-temanku di masa kecilku. Aku masih ingat ketika pertama kali aku belajar mengaji dengan almarhum Tok Baharuddin semoga Allah merahmatinya. Senang sekali rasa hatiku di hari pertama belajar mengaji. Di saat-saat sunyi seperti ini aku pun terkenang lagi padamu. Di saat aku kehausan akan pengetahuan, aku diperkenalkan Atok Baruddin denganmu. Lantas kita pun berkenalan. Lidahku menyebutmu berulang-ulang agar aku tak lupa namamu. Girangnya rasa hatiku bisa mengenalmu dan menyebutmu di hadapan guru mengajiku. Saat namamu kusebut, guruku tersenyum. Hatiku semakin senang, berarti engkau huruf yang baik sehingga guruku juga senang mendengar namamu.

Aku juga masih ingat, Alif, setelah kita berkenalan di malam itu, seusai pulang mengaji, sesampainya di rumah, setelah memberi salam, aku seperti tak sabar ingin berbagi cerita dengan ayah ibuku tentangmu. Ayahku senang, ibuku juga senang kita bisa berkenalan. Dan sejak dulu juga telah kukatakan padamu, engkau cinta pertamaku. Cintaku pada ilmu. Cintaku pada kalam. Cintaku pada keindahan berbahasa. Di mana ada tulisan yang bisa terbaca, aku sering teringat akan dirimu.

Oh Alif, kuharap engkau dapat sedikit bersabar atas ketidakjelasan maknamu bagi manusia yang mengaku sudah bisa membaca. Sebenarnya aku tahu bahwa mereka hanya sengaja melupakanmu sebagai bagian yang utuh dari al-Qur'an, padahal mereka sudah sangat mahir membaca dan menganalisa bahkan menafsirkan yang tinggi-tinggi. Mereka lupa engkaulah penyusun kata. Kata atau lafazh yang engkau susun menjadi kalam, kalam kemudian engkau susun menjadi ayat. Ayat-ayat yang menjadi juz-juz penyusun al-Qur'an. Aku tak mengerti mengapa manusia selalu menganggap remeh dengan huruf sepertimu, sehingga engkau sering tidak dianggap, diacuhkan, dan seolah tak perlu untuk dicarikan maknanya.

Maafkan mereka Alif. Aku atas nama manusia mohon maaf kepadamu mewakili bangsamu huruf-huruf Hijaiyah. Sampaikan salamku pada semuanya, katakan bahwa aku tidak menginginkan ini terjadi. Kuharap engkau dapat memaklumi, terkadang banyak manusia yang tidak memanusiakan dirinya suka merendahkan hal-hal kecil seperti dirimu. Padahal, dengan mengenalmulah aku mengenal Tuhanku dan tuhan mereka. Sadarilah, betapa hebatnya engkau.

Saat ini kutegaskan, sudah sepatutnya engkau bangga sebagai sebuah huruf. Engkau dan bangsamu telah jauh mendahului majunya peradaban manusia. Bayangkan, engkau sudah ada di peradaban manusia Tunisia, Mesir Kuno bahkan peradaban yang lebih tua dari itu. Engkau telah mengalami berbagai bentuk modifikasi dan penyesuaian di berbagai tempat tujuanmu berkelana, sampai akhirnya engkau sampai di desaku, dan engkau tanpa sedikitpun menyombongkan diri, sudi menerimaku sebagai teman.

Alif, aku mohon bantuanmu. Bantu aku dengan menghimbau bangsamu agar dapat lebih lentur saat menempel di lidah bangsaku, agar mereka dapat lebih mudah saling memahami dan saling mengerti sesamanya, agar terbangun budi bahasa yang menjadi cermin bagi mereka sebagai bangsa beradab, bahkan bila perlu berperadaban tinggi, peradaban cinta dan ilmu. Terima kasih Alif. Engkau kucintai karena Allah memerintahkanku menuntut ilmu. Aku mencintaimu disebabkan cintanya aku akan ilmu.

Jufri Bulian Ababil
Madin, 28 Muharram 1430/ 25 Januari 2010














Misteri Ketunggalan Titik "Ba" akan Rahasia Al Qur'an

MISTERI TITIK BA

Pernahkah anda mendengar bahwa seluruh Al-Qur’an itu berada pada titik “ba” pada awal Bismillahirrohmanirrohim…..????

Berikut bentuk-bentuk HURUF BA dalam tulisan-tulisan utama dunia.
Dari sudut sejarah, tulisan yang lebih awal ialah Finisia, diikuti Greek, Siryani, Ibrani dan Arab.
Saya masukkan juga tulisan Roman (Rumi).
        TITIK BA itu sengaja saya letak warna merah bagi memperingati usaha Abul Aswad Ad-Duali.
Ada pendapat mengatakan beliau meletakkan BARIS, tapi hakikatnya sama,
yaitu TITIK telah ditambah kemudian. BA yang asal TIADA TITIK.




           Saya telah mengira berapa hurufkah dari keseluruhan 28 Huruf Arab itu yang punya TITIK. Jawabnya 15 Huruf. Berapa TITIK kesemuanya? Jawabnya BERULANG 22 TITIK. Apakah fungsi titik-titik tersebut? Seperti yang saya pernah baca dan tanya, fungsinya ialah agar orang-orang 'Ajam (bukan Arab) tidak tersilap bila membaca 15 Huruf berkaitan, yang asalnya TIADA TITIK. Kesilapan membaca huruf-huruf TIADA TITIK ini telahpun berlaku di zaman para Sahabat lagi.
           Benarkah RAHSIA BA adalah pada TITIK BA yang berada di bawahnya? Seperti yang saya ketahui, TITIK BA dan semua titik huruf lain (nuktah a'jam) mula direka oleh Abul Aswad Ad-Duali. Peristiwa itu berlaku di zaman Amirul Mukminin Mu'awiyah bin Abu Sufyan. Apakah yang ada pada TITIK? Mungkin banyak orang menganggap hal ini sepele, tetapi InsyaAllah, kita akan lihat bagaimana pula TITIK membuktikan kebenaran Al-Qur'an. Hampir pasti Abul Aswad Ad-Duali sendiri tidak perasan akan hal yang tersebut dan ia hanya saya timbulkan setelah lebih 1,400 tahun Al-Qur'an diturunkan. Bukti ini adalah antara tanda-tanda kebesaran Allah.

Karena penulis melarang menyalin tulisan beliau maka dengan tidak bermaksud apapun maka saya menyarankan anda untuk membaca selengkapnya di :

http://www.megasutera.com/localhost/megasutra/html//modules.php?name=News&file=article&sid=4302





Jumat, 08 Oktober 2010

FALOWA (Pesta perkawinan dilakukan di dua tempat.)

A.. Di tempat perempuan 
        Acaranya :
• Pada hari pernikahan Paman datang dan disambut dengan memotong dua ekor babi penghormatan
• Rombongan penganten Pria datang:membawa keperluan Pesta
• Menyerahkan sirih tanda penghormatan
• Penyelesaian bowo untuk . Tolambowo ( orang tua kandung ) menerima 100 gram emas dan Bulimbowo 
   (  famili terdekat ) menerima 20 gram emas dan dibagi rata ke semua famili.
• Demikian juga io naya nuwu ( mahar untuk paman ) juga turut dibayarkan.
• Puncak acara dilaksanakan FANIKA GERA’ERA ( MEMBUKA FIKIRAN ) ;yaitu perhitungan kembali semua mahar ( jujuran/bowo atau disebut juga boli gana’a (boli : harga - ana’a ; emas ) baik yang sudah maupun yang belum dilunasi,oleh pihak keluarga laki-laki . Arti bowo adalah : Budi Baik.
             Biasanya selalu ada sebagian dari jujuran itu yang belum dilunasi,sering dihiasi dengan pepatah :” Hono mbowo no awai,hono mbowo lo sawai”(=artinya : Ribuan jujuran sudah dilunasi,ribuan jujuran belum terlunasi ) Oleh Ketua adat pihak perempuan, nasehat diberi kepada penganten pria , antara lain diberitahukan tentang hutang adat yang harus dipenuhi ,nasehat kewajiban suami kepada isteri,nasehat sebagai menantu kepada mertua,sebagai anggota suku.Selesai diucapkan nasehat itu, punggungnya diketuk (pelan ) (1 x ) sekali.
          Demikianlah dilakukan berulang-ulang,selesai upacara ucapan nasehat.Jika nasehat ini tidak dihiraukan ( penganten laki dalam posisi duduk di lantai ) , maka ia diwajibkan melunasi dulu jujuran yang belum terlunasi, dan jika penyelesaian pembicaraan fanika gera’era tidak selesai , maka pesta bisa ditunda atau dibatalkan sama sekali.

         Selesai acara diatas, dilanjutkan dengan acara pemotongan Babi Adat, yang dipotong dengan cara :
BABI DIBELAH DARI KEPALA SAMPAI EKOR ATAS 2 BAGIAN , untuk :
  • 1 bagian orang tua si gadis dan keluarga si gadis (So’ono )
  • 1 bagian untuk teman sekampung si gadis ( banua )
  • 1 bagian untuk orang tua laki laki dan rombongan ( Tome )
  • 1 bagian untuk Paman si gadis ( Uwu )
         Menguliti dan memotong-motong babi ternyata tidak bisa dilakukan oleh sembarangan orang. Babi yang paling besar jatuh pada keluarga yang paling dihormati oleh keluarga yang menyelenggarakan pesta, demikian seterusnya hingga babi yang paling kecil.. Yang paling sulit adalah melepas rahang (simbi), karena simbi tidak boleh rusak. Simbi adalah bagian paling berharga dari babi.Cara memotong-motong daging babi di Nias dipotong secara teratur dan mengikuti pola yang nampaknya sudah lazim di sana.
1. Pertama, melepas bagian simbi.
2. Kedua, membelah babi dari mulai ujung hidung, sebelah telinga, hingga ekor yang disebut söri.
3. Ketiga, membagi bagian perut dari söri dengan menyertakan sedikit telinga yang disebut sinese.
4. Keempat, membagi rahang atas menjadi dua, yang mereka sebut bole-bole.
5. Kelima, memotong kaki belakang, disebut faha.
6. Keenam, memotong kaki depan yang disebut taio. Semua babi dikuliti dan dipotong-potong dengan cara yang sama, lalu dibagikan kepada hadirin, kerabat, dan tetangga sesuai stratanya masing-masing.
  • Simbi adalah haknya ketua adat atau orang yang paling dihormati.
  • Söri adalah haknya ketua adat, para paman, mertua, dan ketua rumpun keluarga.
  • Sinese adalah haknya ketua adat, adik atau kakak laki-laki, tokoh agama, dan tokoh pemerintah.
  • Bole-bole adalah haknya ketua adat, ketua rumpun keluarga, dan salawa.
  • Faha adalah haknya keponakan dan anak perempuan.
  • Taio diberikan khusus untuk para pemotong.
  • Menurut adat, pihak FADONO ( saudara wanita dari penganten perempuan ) berhak menerima salah satu ta’io ( kaki depan ) yang dipotong dalam upacara itu.
  
             Kebiasaan masyarakat Nias jika pesta perkawinan banyak sekali yang harus di-folaya (dihormati dengan caramemberi babi). Selain itu, babi pun banyak yang harusdisembelih dengan berbagai macam fungsional adatnya,misalnya:
  • Tiga ekor bawi wangowalu (babi pernikahan)
  •  Seekor babi khusus untuk fabanuasa (babi yangdisembelih untuk dibagikan ke warga kampung dari pihakmempelai perempuan)
  •  seekor untuk kaum ibu-ibu (ö ndra’alawe) yang memberikan nasehat kepada kedua mempelai pada waktu fame’e
  • seekor untuk solu’i (yang menghantar mempelai wanita ke rumah mempelai laki-laki),
  • Babi yangdipergunakan untuk “famolaya sitenga bö’ö”. Dengan aturan ;
  1. Seekor untuk “nga’ötö nuwu” (paman dari ibu mempelai perempuan),
  2. Sekurang-kurangnya seekor sampai tiga ekor untuk “uwu” (paman mempelai perempuan),
  3. Seekor untuk talifusö sia’a (anak sulung dari keluarga mempelai perempuan),
  4. Seekor untuk “sirege” (saudara dariorangtua mempelai perempuan),
  5. Seekor untuk“mbolo’mbolo” (masyakat kampung dari pihak mempelai perempuan, biasanya babi ini di-uang-kan dan uang itudibagikan kepada masyarakat kampung)
  6. Seekor untuk onosiakhi (saudara bungsu mempelai perempuan),
  7. Seekor untuk balö ndela yang diberikan kepada siso bahuhuo,
  8. Jika pas hari “H” perkawinan, ibu atau ayah atau paman, atau sirege dari pihak saudara perempuan menghadiri pesta perkawinan, maka mereka-mereka inijuga harus difolaya, biasanya seekor hingga tiga ekorbabi).
Selanjutnya acara makan bersama di rumah si Perempuan

B.FAMASAO NI’OWALU (mengantar penganten perempuan )
Pelaksanaan dirumah tempat laki-laki
• Penganten perempuan ditandu oleh saudara laki-laki si gadis di kursi tandu yang dihiasi.
• Di rumah pihak laki laki rombongan disambut dengan upacara adat ( fangowai ) dan tari maena serta doa salam serta sirih
• Rombongan dijamu dengan pemotongan babi yakni :
1. 2 Ekor untuk yang mengantar
2. 2 Ekor untuk same’go ( ibu penganten perempuan )
3. 2 Ekor untuk para tamu
Penganten perempuan diserahkan kepada pihak penganten laki yangdisambut oleh dua orang ibu muda yang belum beranak.
Pengantin wanita diberi nama baru/gelar yang diawali kata (Saorta=pelabuhan ) atau (Barasi=emas termahal )yang bermakna :
Pengantin perempuan telah menjadi anak mertuanya
Tanda telah dewasa kedua mempelai mempunyai strata adat bosi si fitu
Contoh :a.Nama aslinya Arisman Sanuno Zagoto ( Laki laki ) atau Yanurwaty Ziraluo ( Perempuan ) b.Nama sesudah kawin dipanggil menurut nama keponakannya : Mis Sibaya Nueli ( Paman sai Nueli ) kalau perempuan dibuat namanya mis : Barasi Sausolama c.Setelah punya anak, dipanggil menurut nama anaknya ;misalnya : Ama Fonaha ( anaknya bernama si Fonaha ) atau ibunya dipanggil Ina Fonaha. Memanggil pengantin baru dengan nama kecilnya/nama masih lajang atau gadis, dianggap tidak menghormatinya. Khusus di kawasan NIAS BARAT, pengantin diantar ke rumah pihak laki-laki , setelah satu atau dua hari pesta kawin telah berlalu.





Upacara Lan jutan Setelah Perkawinan (Suku Nias)

A. FAMEGO ( memberi makan penganten perempuan ).
            Setelah 1 – 2 hari usai falowa ( pesta kawin )Keluarga perempuan mengunjungi rumah pihak pengantin pria membawa anak babi yang telah dimasak beserta nasi,. Rombongan disambut dengan adat menyediakan :
1. 2 ekor babi untuk Bapak si perempuan
2. 2 ekor babi untuk Ibu si perempuan
3. 2 ekor babi untuk nenek (Gawe )si perempuan
4. 2 ekor babi untuk Kakek (Tuha ) si perempuan
5. 2 Ekor babi untuk Undangan
Satu dari masing masing penerimaan untuk dimakan bersama,satu lagi babi hidup untuk dibawa pulang

Bagi pihak laki laki yang mampu melakukan Fasumangeta yaitu ( Penghormatan ) bagi keluarga si perempuan dengan adat famolaya ( jamuan makan ) acara dilakukan secara besar-besaran sampai ratusan ekor, jika kegiatan ditingkatkan sampai tahap upacara fanaho todo (= yaitu :menebak isi hati penganten perempuan ).maka owasa ( pesta adat ) ini telah menghasilkan sebuah tingkatan status baru bagi keluarga pihak lelaki
Pada pesta FAMEGO diatas, dengan acara Fasumangeta dengan cara adat folaya pihak keluarga laki-laki telah meningkatkan status derajat sosialnya ( bosi ) di Banua ( kampungnya ) bahkan bisa sampai pada tingkatan Kasta BALUGU.

B.FEMANGA GAHE DAN FAMULI NUKHA (Kunjungan penganten kerumah perempuan )
           Menurut adat, pihak FADONO ( saudara wanita dari penganten perempuan ) berhak menerima salah satu ta’io ( kaki depan ) yang dipotong dalam upacara itu. FEMANGA GAHE = artinya makan bagian kaki dari babi yang dipotong,yang merupakan jatah saudara kandung si penganten perempuan, yang telah bersuami,merupakan lambang pelaksanaan hak penganten perempuan
Acara ini merupakan kunjungan pertama kedua penganten ke pihak keluarga perempuan setelah beberapa hari pesta.Penganten bersama rombongan membawa tiga ekor babi yang sudah dimasak beserta nasi secukupnya , dengan pembagian sebagai berikut :
1.Mertua , satu ekor babi
2.Saudara terdekat mertua, satu ekor babi.
3.Para undangan, satu ekor babi.
Pada saat itu juga dilakukan famuli nukha/gama-gama ( yaitu mengembalikan barang-barang atau alat perhiasan yang dipakai saat perkawinan yang bersifat pinjaman kepada orang tua )
Di NIAS SELATAN disebut : MAMULI TOWA.
ANTING-ANTING MAHKOTA GELANG KALUNG
Aktifitas kegiatan ini antara lain meliputi :
Penganten dan rombongan biasanya bermalam
Pada waktu pulang penganten dibekali 3 ekor anak babi betina untuk modal kerja peternakan bagi sang mempelai.
Diberi bibit padi sebanyak sambua lauru ( 1 Lauru = 24 Takar ) untuk modal pertanian
Diberikan juga BALEWA ( parang ) sebagai lamabang alat pertanian
Para famili perempuan juga memberikan buah tangan baik alat dapur atau perhiasan, pemberian ini diumumkan serta diketahui masyarakat dan undangan yang hadir.  SESAMPAINYA NANTI DI RUMAH PIHAK PENGANTEN PRIA, MAKA SELURUH KERABAT PENGANTIN PRIA DIPANGGIL UNTUK MEMBERITAHU PEMBERIAN PIHAK KELUARGA SI PEREMPUAN PADA KEDUA MEMPELAI. SETELAH UPACARA INI SELESAI , MAKA SELESAILAH SELURUH KEGIATAN PERKAWINAN ANTARA KEDUA BELAH PIHAK YANG MENIKAH BESERTA SELURUH KERABATNYA.