Minggu, 27 Juni 2010

MENGHAFAL DAN MENULIS HADITS

a. Menghapal
             Untuk memelihara kemurnian dan mencapai kemaslahatan Al-Qur’an dan hadis sebagai dua sumber ajaran Islam, Rasulullah SAW menggunakan jalan yang berbeda. Terhadap Al-Qur’an beliau menginstruksikan kepada sahabatnya supaya menulis dan menghapalnya. Sedangkan terhadap Hadis, beliau menyuruh mereka menghapal dan melarang menulisnya secara resmi. Dalam hal ini, beliau bersabda :
Artinya:
“Apa saja yang kalian tulis apa saja dariku selain Al-Qur’an, hendaklah dihapus. Ceritakan saja yang diterima dariku. Barang siapa yang berusta atas aku dengan sengaja, hendaklah ia menempati tempat duduknya di neraka.” (HR. Muslim dan Abu Said Al-Khuzri)
Maka para sahabat berusaha menghapal hadis yang diterima dari Rasulullah SAW dengan sungguh-sungguh. Mereka sangat takut dengan acaman Rasulullah SAW sehingga berusaha agar tidak melakukan kekeliruan terhadap apa yang diterimanya.
Ada dorongan kuat yang cukup memberikan motivasi kepada para sahabat dalam kegiatan menghapal hadis ini, yaitu:
1. Kegiatan menghapal merupakan budaya bangsa Arab yang telah diwarisi sejak masa pra Islam dan mereka terkenal kuat hapalannya
2. Rasulullah SAW banyak memberikan spirit melalui doa-doanya.
3. Seringkali beliau menjanjikan kebaikan akhirat bagi mereka yang menghapal hadis dan menyampaikan kepada oarang lain.

b. Menulis hadis
        Sekalipun ada larangan Rasulullah SAW untuk menulis hadis seperti disebutkan dalam hadis Abu Said Al-Khuzri di atas, ternyata ada sejumlah sahabat yang memiliki catatan-catatan hadis. Di antara mereka adalah :
1. Abdullah bin Amr bin Al-As. Ia memiliki catatan hadis yang menurut pengakuannya dibenarkan oleh Rasulullah SAW, sehingga dinamkan AS-Sahihah AS-Sadiqah. Menurut suatu riwayat diceritaan bahwa orang quraisy mengeritik sikap Abdullah bin Amr yang selalu menulis apa yang datang dari Rasulluh SAW. Mereka berkata, “Engkau menuliskan apa saja yang datang dari Rasul, padahal Rasul itu manusia yang bisa saja bicara dalam keadaan marah”. Kritikan ini di sampaikan-nya kepada Rasulullah SAW bersabda :


Artinya :
“Tulislah!demi Dzat yang diriku berada di tangan-Nya tidak ada yang keluar darinya, kecuali yang benar”. (HR. Bukhari)
Hadis hadis yang terhimpun dalam catatannya berkisar sekitar seribu hadis yang menurut pengakuannya diterima langsung dari Rasulullah SAW yaitu ketika ia berada di sisi beliau SAW tanpa ada orang lain yang menerimanya.
2. Jabir bin Abdillah bin Amr Al-Anshari. Ia memiliki catatan hadis dari Rasulullah SAW tentang manasik haji. Hadis hadisnya kemudian diriwatkan oleh Muslim. Catatan ini dikenal dengan Sahifah Jabir.
3. Abu Harairah Ad-Dausi. Ia memiliki catatan Hadis yang dikenal dengan As-Sahifah As-Sahihah. Hasil karyanya ini diwariskan kepada putranya yang bernama Hamman.
4. Abu Syah (Umar bin Sa’ad Al-Anmari) seorang penduduk Yaman. Ia meminta kepada Rasulullah SAW agar dicatakan hadis yang disampaikan beliau ketika pidato pada peristiwa Futuh Mekah (penaklukan kota Mekah) sehubungan dengan terjadinya pembunuhan yang dilakukan oleh Bani Lais. Rasulullah SAW kemudia bersabda;
Artinya :
“Kalian tuliskan untuk Abu Syah”
Disamping nama nama diatas, masih banyak lagi nama sahabat lainnya yang memiliki catatan hadis dan dibenarkan Rasulullah SAW, seperti Rafi’I bin Khadij Amr bin Hazm, Ali bin Abi Thalib, dan Ibnu Mas’ud

c. Para ulama Mentaufiqkan Dua Kelompok Hadis yang kelihatannya Kontradiksi
           Ketika melihat adanya kontradiksi pada dua buah hadis seperti pada hadis dari Abu Sa’id Al-Huzni dan hadisdari Abdullah bin Amr bi Al-As, yang masing-masing didukung oleh hadis hadis lainnya, para ulam terdorong untuk menemukan penyelesaiannya. Di antara mereka, ada yang mencoba dengan menggugurkan salah satunya, seperti dengan jalan nasikh dan mansukh dan ada yang berusaha mentaufiqkan atau mengompromikannya sehingga keduanya tetep digunakan (ma’mul).
Menurut Ibnu Hajar Al-Asqani, larangan Rasulullah SAW untuk menuliskan hadits adalah khusus ketika Al-Qur’an turun. Ini karena ada kekhawatiran tercampurnya antara ayat Al-Qur’an dan hadis. Larang itu dimaksudkan juga untuk tidak menuliskan Al-Qur’an dan hadis dalam satu suhuf. Ini artinya bahwa ketika Al-Qur’an tidak turun dan tidak dituliskan pada suhuf, mka dibolehkan untuk mencatat wahyu. An-Nawawi dan As-Suyuti memandang bahwa larangan tersebut dimaksudkan bagi orang yang kuat hapalannya, sehingga tidak ada kekhawatiran terjadinya kekeliruan. Akan tetapi, bagi orang-orang yang khawatir lupa atau kurang kuat hapalannya, dibolehkan mencatatnya.
Jika diambil kesimpulan dari pendapat para ulama dalam soal ini, maka akan ditemukan empat qaul, seperti dibawah ini.
         Pertama, menurut sebagian ulama bahwa hadis dari Abu Sa’id Al-Khudzri bernilai mauquf, karenanya tidak dapat dijadikan Hujjah. Sebaliknya, menurut Ajjaj Alh-khatib, pendapat ini tidak bisa diterima karena hadis Abu Sa’id Al-Khudzri dan hadis-hadisnya yang semakna dengannya sahih.
        Kedua, para ulama lainnya menyebutkan bahwa larangan menulis hadis ini terjadi pada periode awal Islam karena adanya keterbatasan yang ada. Maka pada saat umat Islam semakin bertambah dan tenaga untuk menulis telah memungkinkan, maka penulisan hadis menjadi dibolehkan. Menurut kelompok ini, hukum tentang larangan menuliskan hadis berubah menjadi mubah. Pada sisi lainnya mereka pun memandang kemungkinan larangan penulisan hadis jika disatukan pada satu suhuf dengan Al-Qur’an.
          Ketiga, ada ulama yang memandang bahwa larangan tersebut pada dasarnya ditujukan bagi orang yang kuat hapalannya. Hal ini untuk membiasakan diri melatih kekuatan hapalannya, dengan menghilangkan ketergantungan pada penulisannya. Dengan demikian izin penulisan kepada orang-orang yang lemah hapalannya, seperti Abu Syah atau Khawatir lupa, seperti Abdullah bin Amr bin Al-As, tidak dilarang.
       Keempat, ada juga yang memandang bahwa larangan tersebut dalam bentuk umum yang sasarannya masyarakat banyak. Akan tetapi, bagi orang-orang tertentu yang mempunyai keahlian menulis dan membaca yang menjamin tidak terjadinya kekeliruan dalam menulisnya, larangan itu tidak berlaku lagi.


CARA RASUL MENYAMPAIKAN HADITS

                        Ada suatu keistemewaan pada masa ini yang membedakannya dengan masa lainnya, yaitu umat Islam dapat secara langsung memperoleh hadis dari Rasulullah SAW sebagai sumber hadis. Pada masa ini tidak ada jarak atau hijabb yang dapat menghambat atau mempersulit pertemuan mereka.
Tempat pertemuan kedua belah pihak sangatlah terbuka dalam berbagai kesempatan, misalnya masjid, rumah beliau sendiri, pasar, ketika beliau dalam perjalanan (safar), dan ketika beliau muqim (berada di rumah). Melalui tempat-tempat tersebut, Rasulullah SAW menyampaikan hadis, melalui sabdanya yang didengar langsung oleh para sahabat (melalui musyafahah) dan terkadang melalui perbuatan serta taqriri-nya yang disaksikan oleh mereka (melalui musyafahah).
                        Seluruh perbuatan Nabi, demikian juga seluruh ucapan dan tutur kata beliau menjadi tumpuan dan perhatian para sahabat. Segala gerak gerik beliau, mereka jadikan pedoman hidup. Apabila kedudukan Nabi (sebagai Nabi, Kepala Negara) tersebut dilihat dan dihubungkan dengan bentuk hadis yang terdiri dari sabda, perbuatan, taqrir, dan hal ihwalnya, maka dapatlah dinyatakan bahwa hadis Nabi telah disampaikan oleh Nabi dalam berbagai cara. Berikut ini dikemukakan beberapa cara Nabi menyampaikan Hadisnya:
1. Secara lisan dimuka orang banyak yang terdiri dari kaum laki-laki.
2. Pengajian rutin dikalangan kaum wanita, setelah kaum wanita memintanya.
3. Nabi menyampaikan hadisnya melalui perbuatan seperti, Sholat berjama’ah pada bulan Ramadhan, dua atau tiga malam.
4. Nabi menyampaikan hadis melalui “teguran”, yaitu terhadap seorang petugas yang telah melakukan “korupsi” berupa penerimaan hadiah dari masyarakat ketika bertugas mengumpulkan zakat (amil.
5. Untuk hal-hal sensitive, seperti soal keluarga dan kebutuhan biologis, ia sampaikan melalui istri-istrinya.
6. Cara lain yang dilakukan Rasul adalah melakukan ceramah atau pidato di tempat terbuka, seperti ketika     Haji Wada’ atau Futuh Makkah.
        Disamping itu, kebijaksanaan Nabi mengutus para sahabat ke berbagai daerah, baik untuk tugas khusus berdakwah maupun untuk memangku jabatan, tidak kecil peranannya dalam penyebaran hadis. Berbagai peperangan yang banyak dimenangkan oleh Nabi dan umat Islam di berbagai daerah, juga turut mempercepat proses penyebaran hadis. Seiring dengan itu, umat Islam menyebar ke berbagai wilayah yang telah tunduk kepada kekuasaan Islam. Penyebaran umat Islam bukan sekedar untuk mencari nafkah, melainkan juga untuk kepentingan dakwah. Dengan melalui dakwah-dakwah itu tersebar pulalah hadis Nabi.

Minggu, 13 Juni 2010

Ditemukan Hewan Terbesar di Dunia

Telah ditemukan hewan terbesar di dunia walaupun hewan ini hanya hidup pada zaman purba, hal ini dibuktikan dengan penemuan fosil hewan ini, yang ukurannya LUAR BIASA, bahkan dapat dikatakan bahwa hewan ini layak disebut sebagai Ultra raksasa, lebih besar dari ultra saurus yang super besar itu. 
Fosil Makhluk hidup Ultra raksasa yang belum teridentifikasi ini, kali ini datang dari Kawasan Jebal Barez.Sebuah wilayah perbukitan tandus dipinggiran Iran. Laporan datang dari seorang ramaja penggembala domba,yang mengklaim dirinya telah menemukan suatu rentetan bebatuan mirip fosil jasad Makhluk hidup raksasa ditempat dimana ia biasa menggembalakan domba-dombanya.
            Menurut para peneliti mungkin inilah hewan purba terbesar yang pernah eksis didunia pada masa lalu,ukuran kepalnya saja bisa mencapai panjang 26 meter dengan ketinggian 8 meter!!!. ( Lihat gaambr dekat manusia, gede bannget kan!!!!) Salah seorang Arkeolog yang terlibat dalam penggalian sekaligus penelitian terhadap fosil Jebal Barez tercengang dan tidak menyangka sebelumnya bahwa makhluk ini memang berukuran sangat-sangat besar,bahkan lebih besar daripada seekor Ultrasaurus sekalipun (Jenis Dinosaurus terbesar di Dunia).Dia belum pernah menyaksikan jejeran tulang rusuk hewan purba setinggi itu.Benar-benar tidak bisa dibayangkan Katanya.
            Diperkirakan,Fosil tersebut mungkin muncul akibat adanya gempa Bumi yang melanda Iran pada 26 Desember 2003 lalu.Reruntuhan batuan akibat gempa bumi di Jebal Barez talah membuka fosil tersebut, yang selama berjuta-juta tahun terkubur didalam bukit-bukit tandus berbatu.

Sumber: www.unic77.tk: Fossil Raksasa Ditemukan di Iran
sec

Sabtu, 05 Juni 2010

Ulat Cantik Tapi Paling Mematikan

Di hutan hujan Brasil selatan mengintai ulat Lonomia - dijuluki badut "malas" dari dunia serangga. Sayangnya, seperti "The Joker" dari seri Batman, tidak ada yang lucu tentang ulat ini. Cukup menyikat tangan Anda terhadap bulu berduri makhluk ini dapat mengakibatkan pendarahan internal besar-besaran, gagal ginjal, dan hemolisis. Dengan kata lain, menyentuh sekaligus (seperti yang umum) sama dengan kematian. Lebih buruk lagi, ulat dianggap "samar" dan mudah menyatu dengan kulit pohon. 
Jadi bahkan jika Anda berusaha mencarinya Anda mungkin tidak melihatnya.Sayangnya, ada beberapa kematian setiap tahun disebabkan oleh Lonomia. Bahkan lebih menakjubkan adalah bahwa racun dosis antara "terendah mematikan median" racun di dunia - yang hanya sebagian kecil per menit dari yang di gigit Lonomia itu punya racun mematikan dengan dosis 1000 kali lipat lebih kuat daripada gigitan ular.... Jika ada satu titik cerah, itu bahwa Lonomia hanya muncul selama dua-tiga bulan setiap tahun.saya tidak bisa menemukan - jadi jangan sentuh apapun ulat sedangkan di Selatan Brazil

dikutip dari : www.unic77.tk: Ulat Paling Mematikan Di Bumi.Kecil - kecil Cabe Rawit Gan...!!!