Rabu, 19 Desember 2012

Sebuah Pengakuan


Sungguh aku memohon Ampunan kepada Tuhanku dan meminta maaf kepada Orang Tuaku karena aku orang yang sangat bodoh dan hina. Sungguh bodoh. Saat ini setiap keadaanku berusaha aku maknai dengan rasa syukur dan salah karena letakku yang tidak mampu berdiri kuat sebagai bentuk manusia yang utuh dan mampu berdiri lebih kokoh. Seharusnya setiap manusia mempunyai tujuan dan mempertahankan tujuannya sampai pada batas kemampuannya dan itulah jalan yang benar untuk mempertahankan hidupnya, begitupun aku, juga memiliki tujuan tetapi saat ini aku malah rela menukar tujuan itu dengan sebuah pilihan yang mungkin telah menjatuhkanku kedalam sakit, kelemahan dan bahkan ketiadaan.

Sungguh hidup itu memang butuh fluktuatif tapi aku merasa dulu aku lebih kuat dimana aku sudah mulai tidak terlibat dengan sebab akibat kehidupan, tetapi sekarang aku tidak semampu itu aku tenggelam pada kehidupan yang memang awalnya sederhana tetapi kemudian berkembang. Semakin berkembang dan akhirnya sampai sejauh ini hingga batasnya mungkin akan terjadi pada suatu saat nanti yang insya Allah ujungnya bukanlah kematian dari aku atau orang lain.

Aku akan berusaha semampu mungkin untuk tidak menukar diriku atau kesenanganku dengan kesedihan atau kebutuhan orang lain, bahkan jika aku sangat membutuhkannya walau memang belum setulus mungkin. Ada saja waktu dimana seseorang dihadapkan pada pilihan untuk tujuannya ataupun kebahagiaanya dengan kesenangan atau urusan orang lain yang harus terjadi pada waktu bersamaan maka sebisa mungkin aku beri kesenangan itu untuk orang lain walau sebenarnya aku sedih tapi bukankah kesedihanku nantinya juga akan hilang. Hal ini mungkin terdengar menyiksa diri sendiri tetapi apakah hati ini akan puas ketika kita senang sedang ada orang lain yang sedih, walau memang setiap pilihan harus ada konsekuensi maka aku lebih sering memilih aku yang kecewa.

Aku sangat bersyukur kepada Tuhan bahwa sampai hari ini aku diberikan anugerah untuk senantiasa memandang setiap keadaan apapun, dan atau pilihan apapun, yang dibuat oleh siapapun, dari berbagai perspektif mana saja yang mungkin terjadi. Aku berusaha untuk mampu tidak menghakimi siapapun bahwa andaikan hal itu atau seseorang itu salah menurut banyak orang mungkin saja bagiku tidak. Ada hal-hal lain yang tidak aku ketahui dalam setiap hal atau setiap orang sehingga hal atau pilihan itu terjadi. 

Sudah seharusnya setiap proses hidup itu memiliki makna, baik karena cinta, rasa, dan juga hal lainnya dalam hidup. Yang kutahu saat ini bahwa Tuhan itu selalu adil, dan tidak ada kesia-siaan dari kebaikan baik itu tulus atau tidak tulus, yang pasti ketulusan itu jauh lebih kuat.

Mhd Zainal Arif Hutabarat 



0 komentar:

Posting Komentar