Agama Buddha berkata tentang bhava (artinya:menjadi). Segala perkataan dan perbuatan manusia akan binasa. Proses kebinasaan ini intinya yang terdalam ialah sukkha (sengsara). Orang arif (arhat) tahu, bahwa proses bhava yang hina ini sebabnya yang terdalam ialah keinginan nafsu (tanha). Manusia adalah suatu “nama rupa”, artinya ia terdiri dari “nama” (roh) dan “rupa” (tubuh) di dalam kehidupan psiko-fisis.
Dhamma berarti norma, “Hukum keadilan, tata tertib semesta alam”. Dhamma itu menunjukkan kepada kita enam macam jalan, jalan “sila-sila’ menurut agama Buddha, peraturan-peraturan (suruhan-suruhan), jalan samadhi (meditasi), jalan panna (pengeatahuan mistik) yang menuju yimutti, yakni pembebasan. Jika kita menuruti “dhamma” itu, kita terlepas dari persangkaan tentang kehidupan sebagai pribadi. Maka, kita akan terlepas dari tanha. Hidup itu terbakar oleh nafsu-nafsu, sebagaimana rumah dapat terbakar. Di dalam agama Buddha, Allah tidak diakui sebagai Pencipta. Agama Buddha tidak mengakui bahwa manusia dijadikan menurut gambar Allah. Etika (dhamma) agama Buddha hanya merupakan suatu cara untuk meluputkan diri dari segala macam Etika
Dhamma berarti norma, “Hukum keadilan, tata tertib semesta alam”. Dhamma itu menunjukkan kepada kita enam macam jalan, jalan “sila-sila’ menurut agama Buddha, peraturan-peraturan (suruhan-suruhan), jalan samadhi (meditasi), jalan panna (pengeatahuan mistik) yang menuju yimutti, yakni pembebasan. Jika kita menuruti “dhamma” itu, kita terlepas dari persangkaan tentang kehidupan sebagai pribadi. Maka, kita akan terlepas dari tanha. Hidup itu terbakar oleh nafsu-nafsu, sebagaimana rumah dapat terbakar. Di dalam agama Buddha, Allah tidak diakui sebagai Pencipta. Agama Buddha tidak mengakui bahwa manusia dijadikan menurut gambar Allah. Etika (dhamma) agama Buddha hanya merupakan suatu cara untuk meluputkan diri dari segala macam Etika
0 komentar:
Posting Komentar