Persekutuan suku dan manusia di dalam persekutuan suku ini dianggap sebagai mikrokosmos, yaitu sebagai wakil makrokosmos “dewa yang total”. Manusia dan suku itu merupakan dunia kecil, yang menggambarka dunia besar. Dalam pandangan primitif tentang manusia dan suku ini tidak ada tempat bagi kesusilaan dalam arti yang khusus. Sebab-sebabnya sebagai berikut:
Pertama, manusia, sebagai individu yang bertanggungjawab kepada Allah, menjadi tidak tepat kedudukannya. Manusia tidak berdiri di hadirat Allah sebagai makhluk yang bertanggungjawab, tetapi ia dianggap sebagai sebagian dari dewa. Kedua: hukum Allah di dalam agama-agama primitif itu tidak dianggap sebagai hukum yang normatif, yang menggerakkan manusia mengambil keputusan-keputusan etis, tetapi diamggap sebagai semacam hukum kodrat, sebagai tata tertib kosmis. Ketiga: dalam agama-agama primitif Etika tidak dapat tampil kedepan karena agama-agama primitif itu tidak dapat menerima pertentangan-pertentangan yang mutlak.
Menurut pandangan hidup primitif, segala sesuatu mempunyai tempat di dalam tata tertib kosmis dari “dewa total” yang ambivalen itu. Oleh karena itu, tidak ada tempat lagi bagi Etika yang secara radikal menyuruh orang memilih terang dan bukan gelap, kebaikan dan bukan kejahatan, Allah dan bukan setan.
Pertama, manusia, sebagai individu yang bertanggungjawab kepada Allah, menjadi tidak tepat kedudukannya. Manusia tidak berdiri di hadirat Allah sebagai makhluk yang bertanggungjawab, tetapi ia dianggap sebagai sebagian dari dewa. Kedua: hukum Allah di dalam agama-agama primitif itu tidak dianggap sebagai hukum yang normatif, yang menggerakkan manusia mengambil keputusan-keputusan etis, tetapi diamggap sebagai semacam hukum kodrat, sebagai tata tertib kosmis. Ketiga: dalam agama-agama primitif Etika tidak dapat tampil kedepan karena agama-agama primitif itu tidak dapat menerima pertentangan-pertentangan yang mutlak.
Menurut pandangan hidup primitif, segala sesuatu mempunyai tempat di dalam tata tertib kosmis dari “dewa total” yang ambivalen itu. Oleh karena itu, tidak ada tempat lagi bagi Etika yang secara radikal menyuruh orang memilih terang dan bukan gelap, kebaikan dan bukan kejahatan, Allah dan bukan setan.
0 komentar:
Posting Komentar