Berikut
ini cara bershodaqoh yang mereka rasakan mampu menggetarkan spiritualitas
mereka:
a. Bershodaqohlah saat merasa ingin bershodaqoh, jangan sampai merasa
terpaksa. Bila saat bershodaqoh kita justru merasa kesal, maka akan tertanam di
bawah ssadar bahwa bershodaqoh itu tidak enak, bahkan mengesalkan. Mungkin
seperti kalau kita bayar parkir kepada preman di pinggir jalan. Ada perasaan
terpaksa, tak berdaya, bahkan dirampok. Bukan karena besar kecilnya nilai uang,
tapi rela tidaknya perasaan saat memberikan sumbangan. Kalau anda sedang
suntuk, tunggu sampai hati lebih riang. Memberi dengan berat hati akan memberi
asosiasi buruk ke alam bawah sadar.
b. Bershodaqohlah kepada sesuatu yang
disukai sehingga hati Anda tergetar karenanya. Mungkin suatu ketika Anda ingin
menyumbang yatim piatu, di waktu lain mungkin menyumbang perbaikan jembatan,
mungkin pelestarian satwa yang hampir punah, mungkin disumbangkan untuk modal
usaha bagi seorang pemula. Intinya adalah Anda sebaiknya menyedekahkan pada hal
yang membuat perasaan Anda tergetar. Setiap orang akan berbeda. Seringkali
seseorang menyumbang ke tempat ibadah, tapi hatinya tidak sejalan, hanya karena
kebiasaan. Menyumbang yang tak bisa dihayati tak akan menggetarkan kalbu.
c. Bershodaqohlah dengan sesuatu yang bernilai bagi Anda. Kebanyakan wujudnya
adalah uang, namun lebih luas lagi adalah benda yang juga anda suka, pikiran,
tenaga, ilmu yang anda suka. Dengan menyumbang sesuatu yang anda sukai, membuat
anda juga merasa berharga karena memberikan sesuatu yang berharga.
d.
Bershodaqohlah dalam kuantitas yang terasa oleh perasaan. Bagaimana rasanya
memberi shodaqoh 25 rupiah? Bagi kebanyakan orang nilai ini sudah tidak lagi
terasa. Untuk seseorang dengan gaji 1 juta, maka 50 ribu akan terasa. Bagi yang
perpenghasilan 20 juta, mungkin 1 juta baru terasa. Setiap orang memiliki kadar
kuantitas berbeda agar hatinya tergetar ketika menyumbang. Nilai 10 persen
biasanya menjadi anjuran dalam shodaqoh (bukan wajib), mungkin karena sejumlah
nilai itulah kita akan merasakan ‘beratnya’ melepas kenikmatan.
e. Menyumbang
anonim akan memberi dampak lebih kuat. Ini erat kaitannya dengan ketulusan,
walaupun tidak anonim juga tak apa-apa. Dengan anonim lebih terjamin bahwa kita
hanya mengharap balasan dari Tuhan (ikhlas).
f. Bershodaqoh tanpa pernah
mengharap balasan dari orang yang anda beri. Yakinlah bahwa Tuhan akan
membalas, tapi tidak lewat jalan orang yang anda beri. Pengalaman para pelaku
kebanyakan menunjukkan bahwa balasan datang dari arah yang lain.
g.
Bershodaqohlah tanpa mengira bentuk balasan Tuhan atas shodaqoh itu. Walaupun
banyak pengalaman menunjukkan bahwa kalau bershodaqoh uang akan dibalas dengan
uang yang lebih banyak, namun kita tak layak mengharap seperti itu. Siapa tahu
shodaqoh itu dibalas Tuhan dengan kesehatan, keselamatan, rasa tenang, dll,
yang nilainya jauh lebih besar dari nilai uang yang dishodaqohkan.(23) Shodaqoh
lebih utama jika diberikan secara diam-diam dibandingkan diberikan secara
terang-terangan dalam arti diberitahukan atau diberitakan kepada umum.
23 Sepia Sun,
Seni bersedekah: Bagaimana agar bersedekah membuat Anda Kaya?,http://forumsedekah.blogspot.com,
09: 07.
Al Qur'an surat Al Baqoroh ayat 271menjelaskan:
“Jika
kamu menampakkan sedekahmu, maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu
menyembunyikannya dan kamu berikan pada orang-orang fakir, maka menyembunyikan
itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian
kesalahan-kesalahanmumu, dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al
Baqoroh: 271)
Hal ini sejalan juga dengan hadits Nabi SAW dari sahabat Abu
Hurairah. Dalam hadits itu dijelaskan salah satu kelompok hamba Allah SWT yang
mendapat naungan-Nya di hari kiamat kelak adalah seseorang yang memberi
shodaqoh dengan tangan kanannya lalu ia sembunyikan seakan-akan tangan kirinya
tidak tahu apa yang telah diberikan oleh tangan kanannya tersebut. Cara ini
dimaksudkan untuk menghindari riya' (pamer) yang dapat meleyapkan pahala
shodaqohnya, dan juga untuk menjaga perasaan orang yang diberikan shodaqoh agar
tidak tersinggung.
Akan tetapi, apabila shodaqoh itu akan diberikan kepada
lembaga atau badan, seperti panti asuhan anak yatim, madrasah atau masjid, maka
lebih baik bila shodaqoh itu diberikan secara terbuka atau terang-terangan, dan
lebih baik dipublikasikan agar menarik perhatian masyarakat luas untuk
beramai-ramai membantu lembaga atau badan tersebut.(24)
Shodaqoh lebih utama
diberikan kepada kaum kerabat atau sanak saudara terdekat sebelum diberikan
kepada orang lain. Kemudian sedekah itu seyogyanya diberikan kepada orang yang
betul-betul sedang mendambakan uluran tangan. Mengenai kriteria barang yang
lebih utama disedekahkan, para fuqaha berpendapat, barang yang akan
disedekahkan sebaiknya barang yang berkualitas baik dan disukai oleh
pemiliknya. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT surat Al-Imran ayat 92:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya Karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, Kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (Tidak bertanah). mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir”. (QS. Al- Baqarah : 264)
24
Masyfuk Zuhdi, Studi Islam, h. 83-84.
Terimakasih atas kunjungannya, semoga berkenan Untuk Iklan dan Donasinya ke Link ini
0 komentar:
Posting Komentar