Ibn Mas’ud belajar dari Nabi 70 surat secara langsung.
Diriwayatkan ia merupakan salah seorang sahabat yang mengajarkan bacaan
al-quran. Diperkirakan ia mengawali pengumpulan mushafnya sejak Nabi hidup dan
berlanjut sepeninggal Nabi. Setelah ditempatkan di Kufah, mushafnya berpengaruh
kuat dan memiliki otoritas di kalangan penduduk Kufah. Dikabarkan ia menolak
menyerahkan mushafnya kepada khalifah Utsman, dikarenakan mushaf resmi disusun
oleh Zayd, sedangkan Ibn Mas’ud adalah senior qurra’. Diriwayatkan kala Zayd
masih anak-anak, Ibn Mas’ud telah bermulazamah dengan Nabi untuk mempalajari
quran.
Di Kufah sejumlah muslim menerima mushaf Utsmani yang baru, tetapi
sebagian besar penduduk tetap berpegang mushaf Ubay. Sedemikian kuatnya
pengaruh mushaf ini, hingga sejumlah mushaf sekunder, seperti mushaf ‘Alqamah,
al-Rabi’ bin al-Khutsaim, al-Aswad, al-A’masy, mendasarkan teksnya atas Ibn
Mas’ud.Karakteristik yang mencolok dari mushaf ini adalah ketiadaan 3
surat pendek; al-Fatihah, al-Falaq, dan al-Nas. Ibn al-Nadim menyatakan ia
melihat sebuah manuskrip mushaf Ibn Mas’ud yang berusia 200 tahun bertuliskan
surat al-Fatihah di dalamnya. Tetapi, ia menambahkan dari sejumlah manuskrip
mushaf Ibn Mas’ud yang dilihatnya, tidak ada satupun yang bersesuaian antara
satu dengan yang lain.
Ibn al-Nadim mendaftar jumlah seluruh surat yang ada di mushaf Ibn Mas’ud 110, tetapi yang ditulis dalam al-Fihrist hanya 105 surat. Selain 3 surat di atas, surat al-Hijr, al-Kahfi, Toha, al-Naml, al-Syura, al-Zalzalah tidak disebutkan. Tetapi keenam surat yang akhir ini ditemukan dalam al-Itqan, justru yang tidak ada dalam daftar al-Suyuthi adalah surat Qaf, al-Hadid, al-Haqqah, dan 3 surat yang disebutkan di atas, sehingga menurut daftar al-Suyuthi berjumlah 108 surat. Diduga kuat perbedaan laporan ini kesalahan penulisan belaka, karena keenam surat yang hilang dalam al-Fihrist ditemukan dalam al-Itqan, begitu juga dengan 3 surat yang tidak ada dalam al-Itqan.
Beberapa perbedaan mushafnya dengan mushaf resmi
seperti dicontohkan, tathawwa’a khairan disisipkan huruf ba, sehingga dibaca
tathawwa’a bikhairin; peghilangan kata ‘an dalam yas`alunaka ‘ani-l anfal
menjadi yas`alunaka-l anfal; penggantian kata dengan kata lain yang bermakna
sama seperti aydiyahuma dibaca aymanuhuma; dan ada yang bermakna lain, seperti
ilyasa dan ilyasin (QS. Al-Shaffat: 123&130) diganti dengan idrisa dan
idrasin; penyisipan beberpa kata seperti wa ajwajuhu ummahatuhum disisipi wa
huwa abun lahum, atau satu kata seperti min qabli hadza disisipkan al-qurani;
perbedaan kata dalam kerangka konsonan teks yang sama sehingga dibaca dengan
kalimat yang beda, seperti baqiyyatin (QS. Hud: 116), huruf ba` dibaca ta`,
sehingga dibaca taqiyyatin; penambahan beberapa ayat ekstra; penghilangan satu
frase kalimat yang tidak merubah maknanya; penghilangan ayat keenam QS.
Al-Insyirah dikarenakan pengulangan dari ayat 5.
0 komentar:
Posting Komentar