Bangsa ibrani yang terpopuler pula denga nama Bani Isra’il, mengaku berdasarkan akhlak mereka kapada ajaran yahudi yang disandarkan kepada ajaran nabi Musa yang tersebut dalam kitab taurat. Dalam pertumbuhan bangsa ini telah mengalami keadaan yang silih barganti, pernah mencatat zaman keemasan yang cemerlang, terutama karena banyak nabi-nabi dilahirkan dari bangsa bani isra’il, sehingga menjadi bangsa yang pernah mendapat nikmat yang melebihi bangsa-bangsa lain, sebagaimana diterangkan dalam Al-Qur’an:
يبَنِي اَسرَاءِيلَ ادْكُرُوا نِعْمَتي الَتِي انْعَمْتُ عَلَيْكُمْ وَاَني فَضَلْتُكُمْ عَلَي الَعَالَمِينَ
“Hai bani isra’il, ingatlah nikmatku yang telah aku anugrahkan kepadamu, dan aku lebihkan kamu dari bangsa-bangsa lain” ( Q.S Al-Baqoroh : 122 )
Bani isra’il adalah bangsa yang memperoleh nikmat keutamaan dan keunggulan di bandingkan dengan bangsa-bangsa lain. Dari lingkungan mereka banyak dibangkitkan nabi dan rasul, ddiberikan kitab dan hikmat, kekuasaan, rizki dan kecerdasan. Tapi segolongan dari bangsa ini tidak tahu menimbang rasa dan pelupa budi serta tidak syukur atas nikmat Allah, bahkan dengan nikmat itu mereka menjadi sombong dan angkuh, merobah kitab suci, dan berbuat kemungkaran di muka bumi.
Mereka telah di bekali dengan prinsip-prinsip akhlak yang bersumber dari ajaran Allah melalui rasul-rasul dan mereka mengaku dirinya sebagai bangsa yang berakhlak yang berdasarkan ajaran Allah. Tetapi karena mereka keluar dari garis akhlakul karima, maka Allah manyiksa mereka dengan penderitaan-penderitaan yang luar biasa, lebih dari pada yang di alami bangsa-bangsa lain.
Demikian kehancuran bani isra’il yang berkali-kali yang di alaminya dan penderitaan orang-orang yahudi yang dilakukan oleh Hitler dalam perang dunia II, adalah erat kaitannya dengan akhlak yang mereka perbuat. Dalam teori mereka menganut prinsip-prinsip akhlakul karimah tetapi dalam perakteknya mereka melakukan akhlakul mazmumah
0 komentar:
Posting Komentar