Seorang anak kecil yang baru masuk sekolah, setelah tiga hari berselang, mogok tidak mau belajar.orang tuannya mencoba membujuk dia dengan segala macam daya, dari iming-imingan gula-gula sampai ancaman sapu lidi, smuanya sia-sia. Setelah didesak-desak akhirnya dia berterus terang, bahwa dia sudah kehilangan hasratnya untuk belajar,sebab ternyata ibu gurunya adalah seorang pembohong.” Coba ceritakan bagaimana dia berbohong,” pinta orang tuannya sambil tersenyum.”tiga hari yang lalu dia berkata bahwa 3+4=7. Dua hari yang lalu dia berkata 5+2=7.kemarin dia berkata 6+1=7.bukankah semua ini tidak benar?
Permasalahan yang sederhana ini membawa kita kepada apa yang di sebut teori kebenaran. Apakah persyaratannya agar suatu jalan pikiran menghasilkan kesimpulan yang benar?. Tidak semua manusia mempunyai persyaratan yang sama terhadap apa yang dianggapnya benar, termasuk anak kecil tadi,yang dengan pikiran kekanak-kanakannya mempunyai kriteria kebenaran tersendiri.bagi kita tidak sukar untuk menerima kebenaran bahwa 3+4=7 ; 5+2=7; 6+1=7; sebab secara deduktif dapat di buktikan bahwa ketiga pernyataan nya tersebut adalah benar.mengapa hal ini kita sebut benar? Sebab pertanyaan dan kesimpulan yang ditariknya adalah konsisten dengan pernyataan dan kesimpulan terdahulu yang dianggap benar.
Teori kebenaran yang didasarkan kepada kriteria tersebut diatas disebut teori koherensi. Secara sederhana dapat disimpulkan bahwa berdasarkan teori koherensi sutau pernyataan dianggap benar.bila kita menganggap bahwa “semua manusia pasti akan mati” adalah suatu pernyataan yang benar, maka pernyataan bahwa “si polan adalah seorang manusia dan si polan pasti akan mati”adalah benar pula,sebab pernyataan kedua adalah konsisten dengan pernyataan yang pertama.
Paham lain adalah kebenaran yang berdasarkan kepada teori korespondensi,dimana eksponen utamanya adalah Bertrand russell(1872-1970).bagi penganut teori korespondensi maka suatu pernyataan adalah benar jika materi pengetahuan yang dikandung pernyataan itu berkorespondensi (berhubungan ) dengan obyek yang dituju oleh pernyataan tersebut.maksudnya
Jika seseorang mengatakan “ibukota republik indonesia adalah Jakarta “ maka pernyataan itu adalh benar sebab pernyataan itu dengan obyek yang bersifat faktual yakni Jakarta yang memang menjadi Ibu kota republik Indonesia. Sekiranya orang lain yang mengatakan bahwa “Ibu kota republik indonesia adalah Bandung” maka pernyataan itu adalah tidak benar.sebab tidak terdapat obyek yang dengan peryataan tersebut.
Dalam hal ini maka secara faktual” Ibu kota Indonesia adalah bukan Bandung melainkan Jakarta.” Kedua teori kebenaran ini yakni teori korehensi dan teori koerspondensi kedua-duanya dipergunakan dalam cara berfikir ilmiah.penalaran teoretis yang berdasarkan logika deduktif jelas mempergunakan teori korehensi ini.sedangkan proses pembuktian secara empiris dalam bentuk pengumpulan fakta –fakta yang mendukung suatu peryataan tertentu mempergunakan teori kebenaran yang lain yang disebut teori kebenaran paragmatis.
Teori paragmatis dicetuskan oleh Charles S.peirce (1839-1914) dalam sebuah makalah yang terbit pada tahun 1878 yang berjudul”how to make our ideas clear”. Teori ini kemudian dikembangkan oleh beberapa Ahli filsafat yang kebanyakan adalah berkebangsaan Amerika yang menyebabkan filsafat ini sering dikaitkan dengan filsafat Amerika.Ahli-ahli filsafat ini diantaranya adalah William James (1842-1910), Jhon dwewy (1859-1952), George Hebert Mead (1863-1931) dan C.I. Lewis.
Bagi seorang paragmatis maka kebenaran suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis.artinya,suatu pernyataan adalah benar, jika pernyataan itu atau konsekuensi dari pernyataan itu mempubyqai arti kegunaan prktis dalam kehidupan manusia.
Sekiranya ada orang yang mengatakan sebuah teori x dalam pendidikan, dan dengan teori x tersebut dikembangkan tehnik y dalam meningkatkan kemampuan belajar, maka teori x itu dianggap benar,sebab teori x ini adalah fungsional mempunyai kegunaan.
Pragmatisme bukanlah suatu aliran filasafat yang mempunyai doktrin-doktrin flisafati melainkan teori dalam penentuan kriteria kebenaran sedbagaimana disebutkan diatas.kaum prgamatis berpaling kepda metode ilmiah sebagai metode untuk mencari pengetahuan tentang alam ini yang dianggap fungsional dan berguna dalam menafsirkan gejala-gejala alamiah. Kriteria pragmatis ini juga dipergunakan oleh ilmuan dalam menentukan kebenaran ilmiah dilihat dalam prespektif waktu.secara historis maka pernyataan ilmiah yang sekarang dianggap benar suatu waktu mungkun tidak demikian.
Pengetahuan ilmiah memang tidak berumur panjang.seperti diungkapkan sebuah pengumpulan pendapat dikalangan Ahli-alhli fisika, bahwa teori tentang partikel takkan berumur lebih dari empat tahun. Untuk ilmu-ilmu lainnya yang agak kurang berhasil dalam menentukan hal-hal yang baru, seperti embriologi, sebuah revisi dapat diharapkan tiap kurun waktu lima belas tahun
0 komentar:
Posting Komentar