Mushaf Ubay populer di
Syiria, dan penduduknya membaca quran dengan bacaan Ubay. Kemungkinan ia
mengumpulkan wahyu dan menuliskannya ke dalam satu mushaf telah dimulai sejak
ia berstatus katibul wahy, tetapi tidak dapat dipastikan kapan ia menyelesaikan
pengumpulan itu. Sekalipun ada bacaan tidak lazim dalam mushafnya, khalifah
saat itu, Umar bin al-Khattab, ataupun Zayd tidak membantah kebenarannya. Mushaf Ubay tampaknya tidak pernah menjadi sumber salah
satu mushaf sekunder, sekalipun mushafnya telah disalin dan diwarisi secara
turun-temurun. Misalnya, oleh keluarga Muhammad bin Abd Malik al-Anshari. Di
kediamannya ini penulis al-Fihrist menyaksikan kodeks mushaf Ubay.
Mushaf Ubay dikabarkan turu dibakar ketika dilakukan
standarisasi teks al-quran pada masa Utsman. Al-Sijistani meriwayatkan beberapa
orang dari Iraq menemui anak Ubay, Muhammad, untuk meminta keterangan perihal
mushaf ayahnya. Namun Muhammad menjawab bahwa mushaf tersebut telah disita
Utsman. Sekalipun demikian, dari beberapa riwayat yang sampai kepada kita,
dapat ditelusuri tartib surat, bacaan-bacaannya yang berbeda dengan mushaf
Utsmani, dan lainnya.
Ada perbedaan dalam susunan surat antara mushaf Ubay dan
mushaf Utsmani. Ibn al-Nadim dalam al-Fihrist melaporkan mushaf Ubay berjumlah
116 surat. Tetapi Ibn al-Nadim tidak menuliskan 14 surat, sehingga yang ada
dalam daftarnya hanya berjumlah 102. sementara itu, dalam al-Itqan dilaporkan
jumlahnya 115 surat, karena surat al-Fil dan Quraisy atau surat al-Dluha dan
surat al-Insyirah dijadikan satu. Sebagaimana al-Fihrist, daftar tartib surat
dalam al-Itqan juga tidak lengkap. Ada 8 surat yang tidak tercantum dalam
al-Itqan; yaitu al-Muddatssir, al-Furqan, al-Sajdah, Fathir, al-Qalam,
al-Insan, al-Buruj, dan al-Masad. Di samping ittu, ada dua surat ekstra dalam
mushaf Ubay, yang disebut dengan surat al-Khal’ ( 3 ayat) dan surat al-Hafd (6
ayat). Kedua surat ini tidak dapat disebut bagian dari al-quran, hal ini dapat
dilihat lewat kosa kata non-quranik, di samping kedua surat ini tidak dibaca
kecuali dalam doa qunut saja. Dengan demikian maklum diketahui jumlah surat
mushaf Ubay berjumlah 116, bukan 114.
Urutan surat yang digunakan Ubay dalam mushafnya juga berbeda
dengan mushaf yang ada sekarang ini. Karakteristik yang mencolok dari urutan
ini adalah dimulai dari yang terpanjang hingga yang terpendek. Urutan seperti
ini lazim digunakan dalam beberapa mushaf kuno.
Selain itu, perbedaan vokalisasi, kerangka konsonan teks,
penempatan kata yang diakhirkan atau didahulukan, pembolak-balikan urutan ayat,
penambahan atau pengurangan kata atau ayat banyak dijumpai dalam mushaf Ubay.
Bahkan ditemukan ayat alternatif atau ayat ekstra dalam mushaf Ubay. Jeffery
berupaya mengumpulkan varie lectiones (ragam bacaan) membutuhkan sekitar 64
halaman untuk menyajikannya yang berbeda dari lectio vulgata (bacaan resmi)
mushaf Utsmani. Contohnya, huruf alif dan nun bisa dibaca inna, anna, ataupun
an; mim dan nun dibaca man atau min; kalimat shummun bukmun ‘umyun dibaca
shumman ukman ‘umyan; wa la al-dlalin dibaca ghayri al-dlalin; wa lahu-l-hamdu
fil akhiroti disisipi kata al-dunya, sehingga dibaca wa lahu-l-hamdu fi-l-dunya
wal akhiroti; libasa-l ju’i wa-l khawfi dibalik menjadi libasa-l khawfi wa-l
ju’i.
1 komentar:
Syukron
sangat bermanfaat
Posting Komentar