Bismillaahirrohmanirrohiimm……
Apakah
jika seorang jiwa yang hina maka hinakah dunia ini untuknya, bukankah ketika
seorang pemabuk yang berjumpa dengan abid mampu mengubah jiwa yang tertukar
diantara keduanya, awan yang menaungilah saksinya dalam kisah itu. Ketika
begitu banyak pertanyaan akan Takdir Penguasa itu, maka hilanglah kesimpulan
yang nyata. Apakah ini makna dari anjuran Rasulullah untuk tidak membicarakan
Qadha?, manakah yang membingungkan, Ketentuan yang sudah adakah atau perencanaan
Makhluk diluar kuasa Pemilik makhluk itu? Aku juga bingung.
Beginilah
sulitnya jika hamba hanya seorang yang naïf dan bodoh. Suatu ketika apabila
hamba yang betul-betul taat lalu tanpa sengaja melakukan maksiat, apakah itu
dianggap dosa? Atau tidak karena bukankah sesungguhnya yang terlepas dari dosa
hanya para Nabi dan Rasul. Sama seperti Adam a.s. melakukan kesalahan dengan memakan buah
Quldhi, atau Nabi Musa a.s. yang menganggap dirinya paling pintar?
Lalu,
jika demikian halnya, mana yang sebenar-benar hakikat? dan manakah yang
sebenar-benar syari’at? Bukankah untuk setiap tindakan keduanya harus ada. Tidak
sempurna ibadah apapun jika keduanya
tidak dilengkapi.
Wallahu
a’lam.
Mhd
Zainal Arif Hutabarat
2 komentar:
Terlalu tinggi jadi semakin bingung..
Dasarnya dulu di kuasai..
Wallahu a’lam.
Bukan terlalu tinggi, bukan juga tidak paham betul dasar, tetapi makna Kuasa dan di kuasai lah yang aku perhitungkan. Jadi teringat ketika Neraka meminta dua nafas Kepada Penciptanya.....
Posting Komentar