Selasa, 30 November 2010

Akhlak Tasawuf

1. PENGERTIAN AKHLAK
Perkataan akhlak berasal dari bahasa arab jama’ dari “khulukun” (خُلُقٌ) yang menurut logat di artikan : budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.
Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan “khalqun” (خَلْقٌ) yang berarti kejadian, serta erat hubungannya dengan “khaliq” (خَالِقٌ) yang berarti: pencipta, dan “makhluk”( ) yang berati: yang di ciptakan.
Perumusan akhlak timbul sebagaai media yang memungkinkan adanya hubungan baik antara khaliq dengan makhluq dan antara makhluk dengan makhluq.
Perkataan ini bersumber dari kalimat yang tercantum dalam Al-Qur’an :
وَاِنكَ لَعَلىَ خُلُقٍ عَظيْمٍ
“Sesungguhnya engkau ( ya Muhammad ) mempunyai budi pekerti yang luhur” ( Q.S. Al-Qolam: 4 )
Demikian juga hadist nabi SAW :
اِنَمَا بُعِسْتُ لِِاُتَمِمَ مَكَارِمَ الاَخْلاَقِ
“Aku di utus untuk menyempurnakan kemuliaan budi pekerti” ( HR. Ahmad )
Adapun pengertian sepanjang terminologi yang dikemukakan oleh ulama’ akhlak antara lain sebagai berikut:
Akhlak ialah suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh setengah manusia kepada lainnya menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia dalam perbuatan mereka dan menunjukan jalan untuk melakukan apa yang harus di perbuat.
2. SEJARAH SINGKAT PENYELIDIKAN AKHLAK

a. Rehabilitasi Akhlak Oleh Para Rasul

Sebagaimana halnya para rasul, Allah membawa prinsip aqidah yang sama yaitu Tauhid, demikian jugalah mereka memikul tugas yang sama yakni merehabilitasi akhlak yang rusak dan juga menghantarkan umat kepada akhlakul karimah yang di ajarkan oleh Allah SWT. Sekalipun mereka di utus pada zaman yang berbeda-beda, namun tugas mereka sama yakni berusaha menghantarkan ummat kepada jalan Allah, menyembah tiada lain kecuali Allah, dan mengerjakan perbuatan baik dan menjauhi perbuatan yang munkar, berdiri tegak pada kebenaran dan keadilan.
Di jelaskan dalam Al-Qur’an :
لَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيْيِنَاتِ وَاَنْزَلْنَا مَعَهُمْ وَالْكِتَابَ وَالْمِزَانَ لِيَقُومَ النَاسَ بِالَقِسْطِ
“Sesungguhnya kami ( Allah ) telah mengirimkan rasul-rasul kami dengan membawa keterangan-keterangan yang jelas, dan kami turunkan baersama mereka kitab-kitab dan neraca supaya manusia dapat berdiri tegak dengan keadilan” ( Q.S Al-Hadid : 25 )

Cukup banyak jumlah rasul yang di utus oleh Allh SWT untuk merehabilitasi akhlak ummatnya. Dua puluh lima di antaranya yang di catat dalam Al-Qur’an, di mulai dari nabiyullah Adam AS, dan di tutup dengan Rasulullah SAW.

b. Akhlak Dalam Ajaran Hindu

Ajaran hindu berdasarkan kepada kitab veda ( 1500 sm ) disamping mengandung dasar-dasar ketuhanan, juga mengajarkan prinsip-prinsip etika hindu yang wajib di pegang teguh oleh penganut-penganutnya. Etika mereka sandarkan kepada ajaran ketuhanan yang mereka anut yang termaktub dalam kitab veda tersebut.
Prinsip tersebut ialah sipat patuh dan disiplin dalam melaksanakan upacara-upacara ajarannya sebagaimana mestinya. Manakala seorang apat melaksanakan kewajiban tersebut dengan sempurna, dapatlah di pandang sebagai orang yang mencapai derajat kemuliaan yang sesungguhnya. Sebaliknya barang siapa melalaikan hal tersebut, kurang hati-hati atau salah dalam mengerjakan upacara keagamaan, maka hal itu berarti dosa dan sumber terbitnya kejelekan.
Tanda-tanda lahir yang dipandang baik dalam akhlak menurut hindu adalah: kemerdekaan, kesehatan, kekayaan, kebahagiaan yang semua itu dapat di capai manakala seorang patuh melaksanakan upacara keagamaan dngan baik dan sempurna. Sedangkan alamat-alamat kejahatan ialah: perhambaan, sakit, fakir dan celaka yaitu timbul akibat tidak melaksanakan upacara agama dengan hati yang penuh dengan kesungguhan.
Dengan demikian, jelaslah bahwa prinsip etika hindu ialah bahwa peraturan ajaran di pandang sebagai sumber segala kemuliaan.

c. Akhlak Dalam Ajaran Budha

Pengajaran budha dikenal tokohnya dengan nama Budha Gautama yang dilahirkan lebih kurang 25 abat yang lalu hingga kini masih banyak pengikut-pengikutnya terutama di Tiongkok, Burma, Jepang dan juga Indonesia.
Pokok- pokok akhlak dalam ajaran budha ada 4:
• Sengsara, sakit sebagai keadaan yang lazim dalam alam ini
• Kembali kedalam dunia ( reingkarnasi ) di sebabkan kotornya ruh dan nafsu syahwat terdahulu
• Untuk menyelamatkan diri dalam usaha mencapai nirwana, maka hendaklah melepaskan diri dari segala pengaruh syahwat
• Wajib menjauhi segala rintangan yang menghalangi seorang dalam melepaskan nafsu syahwatnya, yakni dengan memadamkan sekalian keinginandan kesukaan

Untuk mencapai cita-cita tersebut diadakan satu pola akhlak yang meliputi delapan perkara : melazimi kebaikan, bersifat kasih sayang, suka menolong, mencintai orang lain, suka memaafkan orang, ringan tangan dalam kebaikan, mencabut diri sendiri dari sekalian kepentingan yang penting-penting, mogok dari hajat kalau perlu di korbankan untuk menolong orang lain.

d. Akhlak Bangsa Ibrani

Bangsa ibrani yang terpopuler pula denga nama Bani Isra’il, mengaku berdasarkan akhlak mereka kapada ajaran yahudi yang disandarkan kepada ajaran nabi Musa yang tersebut dalam kitab taurat. Dalam pertumbuhan bangsa ini telah mengalami keadaan yang silih barganti, pernah mencatat zaman keemasan yang cemerlang, terutama karena banyak nabi-nabi dilahirkan dari bangsa bani isra’il, sehingga menjadi bangsa yang pernah mendapat nikmat yang melebihi bangsa-bangsa lain, sebagaimana diterangkan dalam Al-Qur’an:
يبَنِي اَسرَاءِيلَ ادْكُرُوا نِعْمَتي الَتِي انْعَمْتُ عَلَيْكُمْ وَاَني فَضَلْتُكُمْ عَلَي الَعَالَمِينَ

“Hai bani isra’il, ingatlah nikmatku yang telah aku anugrahkan kepadamu, dan aku lebihkan kamu dari bangsa-bangsa lain” ( Q.S Al-Baqoroh : 122 )

Bani isra’il adalah bangsa yang memperoleh nikmat keutamaan dan keunggulan di bandingkan dengan bangsa-bangsa lain. Dari lingkungan mereka banyak dibangkitkan nabi dan rasul, ddiberikan kitab dan hikmat, kekuasaan, rizki dan kecerdasan. Tapi segolongan dari bangsa ini tidak tahu menimbang rasa dan pelupa budi serta tidak syukur atas nikmat Allah, bahkan dengan nikmat itu mereka menjadi sombong dan angkuh, merobah kitab suci, dan berbuat kemungkaran di muka bumi.

Mereka telah di bekali dengan prinsip-prinsip akhlak yang bersumber dari ajaran Allah melalui rasul-rasul dan mereka mengaku dirinya sebagai bangsa yang berakhlak yang berdasarkan ajaran Allah. Tetapi karena mereka keluar dari garis akhlakul karima, maka Allah manyiksa mereka dengan penderitaan-penderitaan yang luar biasa, lebih dari pada yang di alami bangsa-bangsa lain.

Demikian kehancuran bani isra’il yang berkali-kali yang di alaminya dan penderitaan orang-orang yahudi yang dilakukan oleh Hitler dalam perang dunia II, adalah erat kaitannya dengan akhlak yang mereka perbuat. Dalam teori mereka menganut prinsip-prinsip akhlakul karimah tetapi dalam perakteknya mereka melakukan akhlakul mazmumah

3. PEMBAGIAN AKHLAK
Secara garis esar akhlak dapat dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut:
a. Akhlak Al-Karimah ( Mahmudah )
Akhlak Al-Karimah yaitu akhlak yang senantiasa berada dalam kontrol ilahiyah yang dapat membawa nilai-nilai positif dan kondusif bagi kemaslahatan ummat.

Macam-macam akhlak al-karimah
Adapun yang tergolong kepada akhlak al-karimah atau akhlak yang mulia di antaranya :

• Benar atau jujur
Benar atau jujur termasuk golongan akhlak al-karimah. Benar artinya sesuainya sesuatu dengan kenyataan yang sesungguhnya, dan ini tidak saja berupa perkataan tetapi juga perbuatan. Dal;am bahasa arab benae atau jujur di sebut siddik (صِدِيْقٌ ), lawan dari kizbu (كِدْبُ) yaitu bohong atau dusta

• Ikhlas
Ikhlas adalah murni atau bersih, tak ada campuran, ibarat emas, ialah emas tulen, bersih dari segala macam campuran yang lain seperti: perak dan lain sebagainya. Maksud bersih disini ialah bersihnya sesuatu pekerjaan dari campuran motif-motif yang selain Allah, seperti ingin di puji orang, ingin mendapat nama dan lain sebagainya.
Jadi, sesuatu pekerjaan dapat di katakan ikhlas, kalau pekerjaan itu di lakukan semata-mata karena Allah saja, mengharap ridhonya dan pahalanya

• Qona’ah
Qona’ah ialah menerima dengan rela apa yang ada atau merasa cukup dengan apa yang dimiliki. Qona’ah dalam pengertian yang luas sebenarnya mengandung lima perkara:
1. Menerima dengan rela apa yang ada
2. Memohon kepada tuhan tambahan yang pantas, disertai dengan usaha atau ikhtiar
3. Menerima dengan sabar ketentuan tuhan
4. Tidak tertarik oleh tipu daya dunia

• Malu
Malu ialah perasaan undur seseorang sewaktu lahir atau tampak dari dirinya sesuatu yang membawa ia tercela.
Adakala ia malu kepada dirinya sendiri, atau kepada orang lain, atau adakala juga malu kepada Allah. Ketiga macam ini lebih-lebih malu kepada Allah merupakan sendi keutamaan dan pokok dasar budi pekerti yang mulia, sebab dengan adanya malu kepada Allah orang tidak akan berani durhaka kepada Allah dengan melanggar segala larangannya serta mengabaikan perintah-perintahnya, baik sewaktu dilihat orang maupun tidak.

b. Akhlak Mazmumah
Akhlak mazmumah yaitu akhlak yang tidak dalam kontrol ilahiyah, atau berasal dari hawa nafsu yang berada dalam lingkaran syaithoniyah dan dapat membawa suasana negatif serta destruktif bagi kepentingan umat islam

Macam-macam akhlak mazmumah
• Bohong atau dusta
Bohong atau dusta adalah pernyataan tentangn suatu hal yang tidak cocok dengan kenyataan yang sesungguhnya, dan ini tidak saja menyangkut perkataantetapi juga perbuatan.
Dalam pandangan agama, dusta adalah suatu hal yang sangat terkutuk dan tercela, ia merupakan pokok dan induk dari bermacam-maacm akhlak yang buruk, yang tidak saj amerugikan masyarakat pada umumnya tetapi juga merugikan orang itu sendiri.

• Takabbur
Takabbur ialah salah satu diantara akhlak yang tercela pula. Arti takabbur ialah merasa atau mengaku dirinya besar, tinggi atau mulia, melebihi orang lain, pendek kata merasa dirinya serba hidup.
Sikap yang demikian berakibat dia tidak tahu dirinya, sukar menyadari kelemahan atau kesalahan dirinya, dan kelebihan atau kebenaran orang lain, karena itu Nabi SAW barkata:
الْكِدب تَطَرُ الْحَقِ وَ غَظَمُ النَاسِ
“Takabbur itu ialah menolak kebenaran dan menghinakan orang lain” ( HR. Muslim )

• Dengki
Dengki atau kata arabnya “hasad” jelas termasuk akhlak mazmumah. Dengki itu ialah rasa atau sikap tidak senang atas kenikmatan yang di peroleh orang lain dan berusaha untuk menghilangkan kenikmatan itu dari orang lain tersebut, baik dengan maksud supaya kenikmataan itu berpindah ketangan sendiri atau tidak

4. PENDIDIKAN AKHLAK

Ada beberapa perkara yang menguatkan pendidikan akhlak dan meninggikannya, disini kami menurunkan yang terpenting ialah:
a. Meluaskan lingkungan pikiran, yang telah dinyatakan oleh “Herbert Spencer” akan kepentingnya yang besar untuk meninggikan akhlak, sungguh pikiran yang sempit itu sumber beberapa keburukan dan akal yang kacau balau tidak dapat membuahkan akhlak yang tinggi.
Kita melihat takutnya beberapa orang yang disebabkan karena khurafat yang memenuhi otak mereka, dan banyak dari suku dan bangsa di arab berkeyakinan bahwa keadilan itu hanya di wajibkan kepada orang-orang suku mereka adapun kepada lainya tidak di kata dzolim bila merampas harta mereka atau mengalirkan dara mereka,
Lingkungan pikiran itu bila sempit, menimbulkan akhlak yang rendah seperti apa yang kita lihat pada orang yang bersifat kesaya-sayaan, yang tida suka kebaikan kecuali untuk dirinya dan tidak melihat didunia ini orang yang pantas mendapat kebaikan kecuali dia. Cara mengobati penyakit itu ialah dengan meluaskan pandangannya sehingga mengetahui harga dirinya di dalam masyarakat, dan supaya mengetahui bahwa dia itu tidak lain dan tidak bukan kecuali anggota dari tubuh, dan tidak sebagai apa yang dia sangka bahwa ia pusat lingkaran, tetapi seperti lainnya adalah setitik di dalam lautan.

b. Berkawan dengan orang yang terpilih. Setengah dari yang dapat mendidik akhlak ialah berkawan dengan orang yang terpilih. Karena manusia itu suka mencontoh, sewperti mencontoh orang sekelilingnya dalam pakaian mereka, juga mencontoh dalam perbuatan mereka dan berperangai dengan akhlak mereka. Seorang ahli filsapat menyatakan “kabarilah saya siapa kawanmu, saya beri kabar kepadamu siapa engkau” maka berkawan dengan orang-orang berani dapat memberi ruh keberanian pada jiwa orang penakut.
Dan banyak dari orang pandai pikirannya, sebab cocok memilih kawan atau kawan yang mempengaruhi mereka dengan baik akan dapatmembangun kekuatan jiwa mereka yang dahulu lemah.

c. Membaca dan menyelidiki perjalanan para pahlawan dan berpikir luar biasa. Sungguh perjalanan hidup mereka tergambar di hadapan para pembaca dan memberi semangat untuk mencontoh dan mengambil tauladan dari mereka, suatu bangsa tidak sepi dari pahlawan, yang kalau di baca tentu akan menimbulkan ruh yang baharu yang akan menggerakkan jiwa untuk mendatangkan perbuatan yang besar, dan banyak orang yang terdorong mengerjakan perbuatan mereka, karena membaca perbuatan orang yang besar atau kejadian orang besar yang di ceritakan.

5. OBATNYA PENYAKIT AKHLAK
Aristoteles telah barkata: bila akhlak seseorang melebihi batasnya maka supaya diluruskan dengan keinginan pada sebaliknya. Dan bila seseorang terasa dirinya melampaui batas di dalam hawa nafsu, maka supaya di lemahkan keinginan ini dengan zuhud ( tidak mementingkan dan ketarik kepada keduniaan ). Hendaknya menjadi perhatian kita bahwa sebaiknya bagi manusia bila ia akan melepaskan diri dari akhlak yang buruk, supaya jangan selalu memikirkannya, bahkan bekerja dengan sungguh untuk mewujudkan ditempahnya akhlak yang luhur, karena bila memperpanjang pikiran terkadang mendatangkan kelemahan jiwa dan kurang percaya kepada dirinya.

6. PEMBINAAN AKHLAK ANAK REMAJA
Sebagian besar pemikiran akhlak Ibnu Maskawaihlebih bercorak keagamaan, terutama paham sufi. Pembinaan akhlak menurutnya dititik beratkan kepada pembersihan pribadi dan sifat-sifat yang berlawanan dengan tuntunan agama seperti: Takabbur, pemarah dan penipu. Keluhuran akhlak sebagai media untuk menduduki tingkat kepribadian remaja yang berbobot islam.

Dengan pembinaan akhlak, ingin di capai terwujudnya manusia yang ideal, anak yang bertakwa kepada Allah dan cerdas. Dengan teori akhlaknya, Ibnu Maskawai bertujuan untuk menyempurnakan nilai-nilai kemanusiaan sesuai dengan ajaran islam yang taat beribadah dan sanggup hidup bermasyarakat yang baik.

Di dunia pendidikan, pembinaan akhlak tersebut di titik beratkan kepada pembentukan mental anak atau remaja agar tidak mengalami pnyimpangan. Dengan demikian akan mencegah terjadinya “juvenile delinquency” sebab pembinaan akhlak berarti bahwa anak remaja di tuntun agar belajar memiliki rasa tanggung jawab.
Menurut Drs. Agus Suyanto :

Akhlak di mulai dengan adanya rasa tanggung jawab, bahwa ia telah mengerti tentang perbadaan antara yang benar dengan yang salah, yang boleh dan dilarang, yang di anjurkan dan di cegah, yang baik dan yang buruk, dan ia sadar bahwa ia harus menjahui segala yang bersifat negatif dan mencoba membina diri untuk selalu menggunakan hal-hal yang positif.
Bila suatu ketika ia berbuat salah, serta ia sendiri menyadari akan kesalahannya itu, maka ia harus secepatnya berhenti dari kesalahan dan segera kembali kejalan yang semestinya.

Teori akhlak Ibnu Maskawaih dengan teori evolusi darinya pula. Secara kejiwaan manusia dapat berevolusi. Manusia terus berkembang dan kecerdasannya selalu meningkat, akibatnya manusia akan sampai kepada tingkatan bijaksana dan akan ampu memikirkan segala persoalan hidupnya dengan baik sesuai dengan tuntunan agama, norma sosial dan susila.
Pada dasarnya, pelaksanaan teori akhlak Ibnu Maskawaihakan mampu menuntun anak-anak remaja menjadi manusia dewasa dalam arti, dewasa secara sosial, emosional, dan intelektual,
Kecerdasan tersebut dapat di lihat bahwa:

Ia menjadi seorang manusia yang dengan kemampuannya sendiri, memikirkan berbagai persoalan, mengambil kesimpulan , menentukan suatu keputusan, melaksanakan keputusa itu dengan cepat dan bijaksana, serta mempertanggungjawabkan tindakan-tindakannya secara individual dan sosial, ia berpartisipasi secara aktif dan konstruktif di dalam berbagai segi kehidupan yang menyangkut kesejahteraan sesama manusia. Ia menjalani pendidikan dan tidak berhenti mendidik diri sendiri. Ia mempunyai pekerjaan yang dilaksanakan sungguh-sungguh bertanggung jawab dan jujur. Ia menjadi manusia bermoral, sholeh dan beriman, ia toleran, ia tidak mengingkari tugasnya sebagai warga negara, dan ia menghornati hukum dan kaedah sosial.
Kegunaan lain yang dapat dipetik dari hasil pembinaan akhlak yakni: terhindarnya anak-anak remaja dari tabi’at-tabi’at tercela dan sebagai langkah penanggulangan terhadap timbulnya kenakalan remaja. Dengan demikian pembinaan akhlak Ibnu Maskawaih dapat memberi sumbangan positif bagi ketentraman dan keamanan masyarakat dari kejahatan pada umumnya, terutama gangguan dari kenakalan remaja,









0 komentar:

Posting Komentar