Senin, 08 November 2010

Strategi Pendidikan

BAB I
PENDAHULUAN
Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya untuk mengarahkan anak ke dalam proses belajar sehingga mereka dapat memperoleh tujuan belajar sesuai dengan apa yang diharapkan. Pembelajaran hendaknya memperhatikan kondisi individu anak karena merekalah yang akan belajar. Anak didik merupakan individu yang berbeda satu sama lain, memiliki keunikan masing-masing yang tidak sama dengan orang lain.
Oleh karena itu, pembelajaran hendaknya memperhatikan perbedaan-perbedaan individual anak tersebut, sehingga pembelajaran benar-benar dapat merubah kondisi anak dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak paham menjadi paham, serta dari yang berprilaku yang kurang baik menjadi baik. Kondisi riil anak seperti ini, selama ini kurang mendapat perhatian di kalangan pendidik yang cenderung memperhatikan kelas secara keseluruhan, tidak perorangan atau kelompok anak, sehingga perbedaan individual kurang mendapat perhatian di kalangan pendidik. Hal ini terlihat dari perhatian sebagian guru/pendidik yang cenderung memperhatikan kelas secara keseluruhan, tidak perorangan atau kelompok anak, sehingga perbedaan individual kurang mendapat perhatian.
Gejala yang lain terlihat pada kenyataan banyaknya guru yang menggunakan metode pengajaran yang cenderung sama setiap kali pertemuan di kelas berlangsung. Pembelajaran yang kurang memperhatikan perbedaan individual anak dan di dasarkan pada keinginan guru, akan sulit untuk dapat mengantarkan anak didik ke arah pencapaian tujuan pembelajaran. Kondisi seperti inilah yang pada umumnya terjadi pada pembelajaran. Sehingga terjadinya kesenjangan yang nyata antara anak yang cerdas dan anak yang kurang cerdas dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Kondisi seperti ini mengakibatkan tidak diperolehnya ketuntasan dalam belajar, sehingga sistem belajar tuntas terabaikan. Hal ini membuktikan terjadinya kegagalan dalam proses pembelajaran di sekolah.
Menyadari kenyataan seperti ini, para ahli berupaya untuk mencari dan merumuskan strategi yang dapat merangkul semua perbedaan yang dimiliki oleh anak didik. Strategi pembelajaran yang ditawarkan itu adalah strategi pembelajaran aktif (active learning strategy).
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PEMBELAJARAN AKTIF (ACTIVE LEARNING)
Pembelajaran aktif (active learning) dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga semua anak didik dapat mencapaI hasil belajar memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Di samping itu, pembelajaran aktif (active learning) juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa/anak didik agar tetap tertuju pada proses pembelajaran.
Beberapa penelitian membuktikan bahwa perhatian anak didik berkurang bersamaan dengan berlalunya waktu. Penelitian Pollo (1984) menunjukkan bahwa dalam ruang kelas hanya memperhatikan pelajaran sekitar 40% dari waktu pembelajaran yang tersedia. Sementara itu penelitian McKeachie (1986) menyebutkan bahwa dalam sepuluh menit pertama perhatian siswa dapat mencapai 70% dan berkurang sampai menjadi 20% pada waktu 20 menit terakhir.
Kondisi tersebut di atas merupakan kondisi umum yang sering terjadi di sekolah. Hal ini menyebabkan seringnya terjadi kegagalan dalam dunia pendidikan kita, terutama disebabkan anak didik di ruang kelas lebih banyak menggunakan indera pendengarannya dibandingkan visual, sehingga apa yang dipelajari di kelas tersebut cenderung untuk dilupakan. Sebagaimana yang diungkapkan Konfucius:
- Apa yang saya dengar, saya lupa.
- Apa yang saya lihat, saya ingat.
- Apa yang saya lakukan, saya paham.
Ketiga pernyataan ini menekankan pada pentingnya belajar aktif sehingga apa yang dipelajari di bangku sekolah tidak menjadi suatu hal yang sia-sia. Ungkapan di atas sekaligus menjawab permasalahan yang sering dihadapi dalam proses pembelajaran, yaitu tidak tuntasnya penguasaan anak didik terhadap materi pembelajaran.
Mel Siberman (2001) memodifikasi dan memperluas pernyataan Confosius di atas menjadi apa yang disebutnya dengan pembelajaran aktif (active learning), yaitu:
- Apa yang saya dengar, saya lupa.
- Apa yang saya dengar dan lihat, saya ingat sedikit.
- Apa yang saya dengar, lihat dan tanyakan atau diskusikan dengan beberapa teman lain, saya mulai paham.
- Apa yang saya dengar, lihat, diskusikan, dan lakukan, saya memperoleh pengetahuan dan keterampilan.
- Apa yang saya ajarkan pada orang lain, saya kuasai.
Ada beberapa alasan yang dikemukakan mengenai penyebab mengapa kebanyakan orang cenderung melupakan apa yang mereka dengar. Salah satu jawaban yang menarik adalah karena adanya perbedaan antara kecepatan bicara guru dengan tingkat kemampuan siswa mendengarkan apa yang disampaikan guru.
Kebanyakan Guru berbicara sekitar 100-200 kata per menit, sementara anak didik hanya mampu mendengarkan 50-100 kata per menitnya (setengah dari apa yang dikemukakan guru), karena siswa mendengarkan pembicaraan guru sambil berpikir. Kerja otak manusia tidak sama dengan tape recorder yang mampu merekam suara sebanyak apa yang diucapkan dengan waktu yang sama dengan waktu pengucapan.
Otak manusia selulu mempertanyakan setiap informasi yang masuk ke dalamnya, dan otak juga memproses setiap informasi yang ia terima, sehingga perhatian tidak dapat tertuju pada stimulus secara menyeluruh. Hal ini menyebabkan tidak semua yang dipelajari dapat diingat dengan baik.
Penambahan visual pada proses pembelajaran dapat menaikkan ingatan sampau 171% dari ingatan semula. Dengan penambahan visual di samping auditori dalam pembelajaran kesan yang masuk dalam diri anak didik semakin kuat sehinnga dapat bertahan lebih lama dibandingkan hanya menggunakan audio (pendengaran) saja. Hal ini disebabkan karena fungsi sensasi perhatian yang dimiliki siswa saling menguatkanm, ap yang didengar dikuatkan oleh penglihatan (visual), dan apa yang dilihat dikuatkan oleh audio (pendengaran). Dalam arti kata pada pembelajaran seperti ini sudah diikuti oleh reinfocnent yang sangat membantu bagi pemahaman anak didik terhadap materi pembelajaran.
Penelitian terakhir terhadap otak menyebutkan bahwa belahan kanan korteks manusia bekerja 10.000 kali lebih cepat dibandingkan belahan kiri otak sadar. Pemakaian bahasa membuat orang berpikir dengan kecepatan kata. Otak limbic (bagian otak yang paling dalam) bekerja 10.000 kali lebih cepat dari korteks otak kanan, serta mengatur dan mengarahkan seluruh proses otak kanan. Oleh karena itu, sebagian proses mental jauh lebih cepat dibanding pengalaman atau pemikiran sadar seseorang.

B. JENIS-JENIS STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF
1. Sortir Kartu (Card Sort)
Metode ini merupakan kegiatan kolaboratif yang bisa digunakan untuk mengajarkan konsep, pengelolaan sifat, fakta tentang suatu objek, atau mengulangi informasi yang telah diberikan sebelumnya. Gerakan fisik yang dominan dalam strategi ini dapat membantu mendinamisir kelas yang kelelahan.
Berikut adalah prosedur-prosedur pelaksanaan metode sortir kartu, di antaranya adalah:
1. Masing-masing siswa diberikan kartu indek yang berisi materi pelajaran. Kartu indek dibuat berpasangan berdasarkan definisi, kategori/kelompok, misalnya kartu yang berisi aliran empiris dengan kartu pendidikan ditentukan oleh lingkungan dll. Makin banyak siswa makin banyak pula pasangan kartunya. Beikut beberapa contoh:
- Karakteristik hadst shohih
- Nouns, verbs, adverbs, dan preposition
- Ajaran Mu’tazilah
- Dan lain-lain
2. Guru menunjuk salah satu siswa yang memegang kartu, siswa yang lain diminta berpasangan dengan siswa tersebut bila merasa kartu yang dipegangnya memiliki kesamaan defenisi atau kategori.
3. Agar situasinya agak seru dapat diberikan hukuman bagi siswa yang melakukan kesalahan. Jenis hukuman dibuat atas kesepakatan bersama.
4. Guru dapat membuat catatan penting di papan tulis pada saat prosesi terjadi.
Catatan:
1. Minta setiap kelompok untuk menjelaskan tentang kategori yang mereka selesaikan.
2. Pada awal kegiatan bentuklah beberapa tim. Beri tiap tim satu set kartu yang sudah diacak sehingga kategori yang mereka sortir tidak nampak. Mintalah setiap tim untuk mensortir kartu-kartu tersebut kee dalam kategori-kategori tertentu. Setiap tim memperoleh nilai untuk setiap kartu yang disortir dengan benar.

2. Kekuatan Dua Kepala (The Power of Two)
Strategi belajar kekuatan dua kepala (the power of two) termasuk bagian dari belajar kooperatif yang praktek pelaksanaannya adalah dengan belajar dalam kelompok kecil dengan menumbuhkan kerja sama secara maksimal melalui kegiatan pembelajaran oleh teman sendiri dengan anggota dua orang di dalamnya untuk mencapai kompentensi dasar.
Masih menurut Muqowin (2007), strategi belajar kekuatan berdua (the power of two) adalah kegiatan dilakukan untuk meningkatkan belajar kolaboratif dan mendorong munculnya keuntungan dari sinergi itu, sebab dua orang tentu lebih baik daripada satu. Prosedur strategi ini sebagai berikut:
1. Guru memberi peserta didik satu atau lebih pertanyaan yang membutuhkan refleksi dan pikiran. Sebagai contoh: mengapa bangun kubus berbentuk segi empat? Bagaimana cara menentukan luas segitiga? Mengapa disebut segita sama kaki?
2. Guru meminta peserta didik untuk menjawab pertanyaan sendiri-sendiri.
3. Setelah semua melengkapi jawabannya, guru membentuk siswa ke dalam pasangan dan meminta mereka untuk berbagi (sharing) jawabannya dengan jawaban yang dibuat teman yang lain.
4. Guru meminta pasangan tadi untuk membuat jawaban baru untuk masing-masing pertanyaan dengan memperbaiki respons masing-masing individu.
5. Ketika semua pasangan selesai menulis jawaban baru, guru membandingkan jawaban dari masing-masing pasangan ke pasangan yang lain.
Menurut Sanaky, penerapan strategi belajar “Kekuatan Dua Kepala” (the power of two) dengan langkah-langkah/prosedur yang dilakukan guru sebagai berikut:
1. Langkah pertama, membuat problem. Dalam proses belajar, guru memberikan satu atau lebih pertanyaan kepada peserta didik yang membutuhkan refleksi (perenungan) dalam menentukan jawaban.
2. Langkah kedua, guru meminta peserta didik untuk nerenung merenung dan menjawab pertanyaan sendiri-sendiri.
3. Langkah ketiga, guru membagi perserta didiik berpasang-pasangan. Pasangan kelompok ditentukan menurut daftar urutan absen atau bisa juga diacak. Dalam proses belajar setelah semua peserta didik melengkapi jawabannya, bentuklah ke dalam pasangan dan mintalah mereka untuk berbagi (sharing) jawaban dengan yang lain.
4. Langkah keempat, guru meminta pasangan untuk berdiskusi mencari jawaban baru. Dalam proses belajar, guru meminta siswa untuk membuat jawaban baru untuk masing-masing pertanyaan dengan memperbaiki respon masing-masing individu.
5. Langkah kelima, guru meminta peserta untuk mendiskusikan hasil sharingnya. Dalam proses pembelajaran, siswa diajak untuk berdiskusi secara klasikal untuk membahas permasalahan yang belum jelas atau yang kurang dimengerti. Semua pasangan membandingkan jawaban dari masing-masing pasangan ke pasangan yang lain. Untuk mengakhiri pembelajaran guru bersama-sama dengan peserta didik menyimpulkan materi pembelajaran.
Strategi belajar kekuatan dua kepala (the power of two) termasuk bagian dari belajar kooperatif adalah belajar dalam kelompok kecil dengan menumbuhkan kerja sama secara maksimal melalui kegiatan pembelajaran oleh teman sendiri dengan anggota dua orang di dalamnya untuk mencapai kompentensi dasar .
Masih menurut Muqowin, strategi belajar kekuatan berdua (the power of two) adalah kegiatan dilakukan untuk meningkatkan belajar kolaboratif dan mendorong munculnya keuntungan dari sinergi itu, sebab dua orang tentu lebih baik daripada satu. Prosedur strategi ini sebagai berikut:
1. Guru memberi peserta didik satu atau lebih pertanyaan yang membutuhkan refleksi dan pikiran. Sebagai contoh: mengapa bangun kubus berbentuk segi empat? Bagaimana cara menentukan luas segitiga? Mengapa disebut segita sama kaki?
2. Guru meminta peserta didik untuk menjawab pertanyaan sendiri-sendiri.
3. Setelah semua melengkapi jawabannya, guru membentuk siswa ke dalam pasangan dan meminta mereka untuk berbagi (sharing) jawabannya dengan jawaban yang dibuat teman yang lain.
4. Guru meminta pasangan tadi untuk membuat jawaban baru untuk masing-masing pertanyaan dengan memperbaiki respons masing-masing individu.
5. Ketika semua pasangan selesai menulis jawaban baru, guru membandingkan jawaban dari masing-masing pasangan ke pasangan yang lain.
Menurut Sanaky penerapan strategi belajar “Kekuatan Berdua” (the power of two) dengan langkah-langkah/prosedur yang dilakukan guru sebagai berikut:
1. Langkah pertama, membuat problem. Dalam proses belajar, guru memberikan satu atau lebih pertanyaan kepada peserta didik yang membutuhkan refleksi (perenungan) dalam menentukan jawaban.
2. Langkah kedua, guru meminta peserta didik untuk nerenung merenung dan menjawab pertanyaan sendiri-sendiri.
3. Langkah ketiga, guru membagi perserta didiik berpasang-pasangan. Pasangan kelompok ditentukan menurut daftar urutan absen atau bisa juga diacak. Dalam proses belajar setelah semua peserta didik melengkapi jawabannya, bentuklah ke dalam pasangan dan mintalah mereka untuk berbagi (sharing) jawaban dengan yang lain.
4. Langkah keempat, guru meminta pasangan untuk berdiskusi mencari jawaban baru. Dalam proses belajar, guru meminta siswa untuk membuat jawaban baru untuk masing-masing pertanyaan dengan memperbaiki respon masing-masing individu.
5. Langkah kelima, guru meminta peserta untuk mendiskusikan hasil sharingnya. Dalam proses pembelajaran, siswa diajak untuk berdiskusi secara klasikal untuk membahas permasalahan yang belum jelas atau yang kurang dimengerti. Semua pasangan membandingkan jawaban dari masing-masing pasangan ke pasangan yang lain. Untuk mengakhiri pembelajaran guru bersama-sama dengan peserta didik menyimpulkan materi pembelajaran.
Aktivitas pembelajaran ini digunakan untuk mendorong pembelajaran kooperetif dan memperkuat arti penting serta manfaat sinergi dua orang. Strategi ini mempunyai prinsip bahwa berpikir berdua jauh lebih baik daripada berpikir sendiri.
Berikut adalah prosedur-prosedur pelaksanaan metode kekuatan dua kepala menurut Mardianto,dkk, di antaranya adalah:
1. Ajukan satu atau lebih pertanyaan yang menuntut perenungan dan pemikiran. Beberapa contoh diantaranya:
- Mengapa terjadi perbedaan faham dan aliran di kalangan umat islam.
- Mengapa peristiwa dan kejadian buruk menimpa orang-orang baik.
- Apa arti khusyu’ yang sebenarnya.
2. Siswa/mahasiswa diminta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut secara individual.
3. Setelah semua siswa/mahasiswa menjawab dengan lengkap semua pertanyaan, mintalah mereka untuk berpasangan dan saling bertukar jawaban satu sama lain serta membahasnya.
4. Mitalah pasangan-pasangan tersebut membuat jawaban baru untuk setiap pertanyaan, sekaligus memperbaiki jawaban individual mereka.
5. Ketika semua pasangan sudah menulis jawaban-jawan baru, bandingkan jawaban setiap pasangan di dalam kelas.
Catatan:
1. Mintalah keseluruhan kelas untuk memilih jawaban terbaik untuk setiap pertanyaan.
2. Untuk mempersingkat waktu, berikan pertanyaan spesifik kepada pasangan-pasangan tertentu daripada memberikan pertanyaan yang sama untuk semua orang.

3. Kuis Kelompok (Team Quest)
Strategi belajar kuis kelompok (Team Quest) ini merupakan strategi yang menarik untuk digunakan jika materi yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian dan materi tersebut mengharuskan urutan penyampaian. Kelebihan strategi ini adalah dapat melibatkan seluruh siswa/mahasiswa dalam belajar.
Langkah-langkah :
1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap kelompok mendapat pertanyaan.
2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya.
4. Guru memanggil salah satu siswa, untuk melaporkan hasil kerjasama mereka
5. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru meminta tanggapan dari kelompok yang lain.

4. Model Belajar Jigsaw (Jigsaw Learning)
Model ini dikembangkan oleh Elliot Aronson dan kawan-kawannya dari Universitas Texas dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan kawan-kawannya.
Strategi ini merupakan strategi yang menarik untuk digunakan jika materi yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian dan materi tersebut tidak mengharuskan urutan penyampaian. Kelebihan strategi ini adalah dapat melibatkan seluruh siswa/mahasiswa dalam belajar dan sekaligus mengajarkan kepada orang lain.
Berikut adalah prosedur-prosedur pelaksanaan metode model belajar Jigsaw menurut Kunandar, di antaranya adalah:
1) Kelompok Cooprative (awal)
a) Siswa dibagi kedalam kelompok kecil 3-6 siswa.
b) Bagaikan wacana atau tugas akademik yang sesuai dengan materi yang diajarkan.
c) Masing-masing siswa dalam kelompok mendapatkan wacana atau tugas berbeda-beda dan memahami informasi yang ada di dalamnya.

2) Kelompok Ahli
a) Kumpulkan masing-masing siswa yang memiliki wacana atau tugas yang sama dalam satu kelompok sehingga jumlah kelompok ahli sesuai dengan wacana atau tugas yang telah dipersiapkan oleh guru.
b) Dalam kelompok ahli ini ditugaskan agar siswa belajar bersama untuk menjadi ahli sesuai dengan wacana atau tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
c) Tugaskan bagi semua anggota kelompok ahli untuk memahami dan dapat menyampaikan informasi tentang hasil dari wacana tugas yang telah difahami kepada kelompok kooprative (kelompok awal)
d) Apabila tugas telah selesai dikerjakan dalam kelompok ahli masing-masing siswa kembali ke kelompok cooperative (awal)
e) Beri kesempatan cara bergiliran masig-masing siswa untuk menyampaikan hasil dari tugas kelompok ahli.
f) Apab ila kelompok sudah menyelesaikan tugasnya, secara keseluruhan masing-masing kelompok melaporkan hasilnya dan guru member klarifikasi.
Sementara itu menurut Mardianto, dkk (2009), prosedur pelaksanaan metode model belajar Jigsaw adalah dengan:
1. Pilihlah materi pelajaran/kuliah yang dapat dibagi menjadi beberapa segmen (bagian).
2. Bagilah siswa atau mahasiswa menjadi beberapa kelompok sesuai dengan jumlah segmen yang ada. Jika jumlah siswa/mahasiswa adalah 50 sementara jumlah segmen yang ada 5, maka masing-masing kelompok terdiri dari 5 orang. Jika jumlah ini dianggap terlalu besar, bagi lagi menjadi dua, sehingga setiap kelompok terdiri dari 5 orang, kemudian setelah proses selesai gabungkan kelompok pecahan tersebut.
3. Setiap kelompok mendapat tugas membaca dan memahami materi kuliah yang berbeda-beda.
4. Setiap kelompok mengirimkan anggotanya ke kelompok lain untuk menyampaikan apa yang telah mereka pelajari di kelompok.
5. Kebalikan suasana kelas seperti semula kemudian tanyakan sekiranya ada persoalan-persoalan yang tidak terpecahkan dalam kelompok.
6. Sampaikan beberapa pertanyaan kepada siswa/mahasiswa untuk mengecek pemahaman mereka terhadap materi.
Dalam metode Jigsaw versi Slavin, pensekoran dilakukan dilakukan seperti dalam metode STAD. Individu atau kelompok yang memperoleh skor tinggi diberi penghargaa oleh guru.









BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Pembelajaran aktif (active learning) dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga semua anak didik dapat mencapaI hasil belajar memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Di samping itu, pembelajaran aktif (active learning) juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa/anak didik agar tetap tertuju pada proses pembelajaran.
2. Metode Sortir Kartu (Sort Card)merupakan kegiatan kolaboratif yang bisa digunakan untuk mengajarkan konsep, pengelolaan sifat, fakta tentang suatu objek, atau mengulangi informasi yang telah diberikan sebelumnya. Gerakan fisik yang dominan dalam strategi ini dapat membantu mendinamisir kelas yang kelelahan.
3. Strategi belajar kekuatan dua kepala (the power of two) termasuk bagian dari belajar kooperatif yang praktek pelaksanaannya adalah dengan belajar dalam kelompok kecil dengan menumbuhkan kerja sama secara maksimal melalui kegiatan pembelajaran oleh teman sendiri dengan anggota dua orang di dalamnya untuk mencapai kompentensi dasar.
4. Strategi belajar kuis kelompok (Team Quest) ini merupakan strategi yang menarik untuk digunakan jika materi yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian dan materi tersebut mengharuskan urutan penyampaian. Kelebihan strategi ini adalah dapat melibatkan seluruh siswa/mahasiswa dalam belajar.
5. Strategi Kuis Kelompok (Team Quest) merupakan strategi yang menarik untuk digunakan jika materi yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian dan materi tersebut tidak mengharuskan urutan penyampaian. Kelebihan strategi ini adalah dapat melibatkan seluruh siswa/mahasiswa dalam belajar dan sekaligus mengajarkan kepada orang lain.
6. Strategi Model Belajar Jigsaw (Jigsaw Learning) merupakan strategi yang menarik untuk digunakan jika materi yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian dan materi tersebut tidak mengharuskan urutan penyampaian. Kelebihan strategi ini adalah dapat melibatkan seluruh siswa/mahasiswa dalam belajar dan sekaligus mengajarkan kepada orang la
DAFTAR PUSTAKA

Buku:
Kunandar, Guru Profesional, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007.
Mardianto, dkk, Micro Teaching, FT IAIN-SU, Medan, 2009.
Wenger, Win, Beyond Teaching and Learning, Memadukan Quantum Teaching & Learning, (terjemahan Ria Sirait dan Purwanto), Nuansa, 2003.

Internet:
Edu-articles.com/strategi-pembelajaran.
http://mbahbrata-edu.blogspot.com/2009/12/pengertian-pendidikan-strategi-metode.html.
Mafatih, Ahmad Bisyri Hadi. 2007. Makalah Strategi Belajar Dengan Cara Kooperatif (Bidang Studi IPS). http://media.diknas.go-id. Diakses pada tanggal 28 Mei 2008.
Muqowin. 2007. “Strategi Pembelajaran”. http://muqowin.com. Diakses tanggal 25 April 2008.
Sanaky, Hujair H. 2006. Metode dan Strategi Pembelajaran Berorientasi pada Pemberdayaan Peserta Didik. http://sanaky.com. Diakses pada tanggal 2 Maret 2008.


0 komentar:

Posting Komentar