Selasa, 23 November 2010

Gereja Termuda Nasional (GBI)

Oleh : Ristiar S

GBI bukan suatu gereja yang lahir sebagai akibat suatu perpecahan tetapi GBI adalah seorang “anak” yang lahir setelah berada dalam kandungan 18 tahun lamanya (1952-70) jalan Tuhan bukan jalan manusia dan pikiran Tuhan bukan pikiran manusia.

GBIS keluar dari GPDI bukan sekedar mau membentuk suatu “organisasi gereja baru” seperti halnya semua perpecahan yang terjadi dalam sejarah Gereja Pentakosta. Perpecahan dalam gereja mempunyai dampak negaif dan positif. Negatif, karena kehendak dan rencana Tuhan dapat dilaksanakan. Rasul Paul menerangkan bahwa “diantara kamu harus ada perpecahan, supaya nyata nanti siapakah diantara kamu yang tahan uji “ (1 kor 11 : 19) jadi, perpecahan itu akan membuktikan siapa yang “tahan uji” dan siapa yang “tidak tahan uji” dengan kata lain, siapa yang jujur dan benar, yang mengasihi Tuhan, dan siapa tidak.
Semangat perkabaran Injil pejabat-pejabat GBIS tidak dapat dipadamkan melalui segala ancaman dan serangan-serangan dari pihak Gereja lama.
GBIS dipeliharakan dan diberkati Tuhan dengan pertumbuhan yang amat pesat. Setelah luka perpecahan itu sembuh, gereja lama tidak berdaya lagi untuk menyerang dan harus mengakui dengan rasa segan keberadaan GBIS.
Pemerintah RI pun mengakui kenyataan ini dan mengeluarkan surat keterangan pendaftaran NO. A/VII/1/16 tanggal 31 Januari 1953 dan kemudian GBIS juga pada tahun 1968 dapat di pemerintah sebagai lembaga gereja dengan keputusan Departemen Agama pemerintah sebagai lembaga gereja dengan keputusan Departemen Agama No. Dd/P/DAK/054/68 tetapi keputusan ini telah dibetulkan oleh Menteri Agama dengan S/K nya No. 68 tanggal 16 Mei 1970 pengakuan pemerintah ini telah memberikan kekuatan hukum kepada organisasi GBIS. Apabila setelah GBIS diterima sebagai anggota DGI.

Pada waktu itu struktur GBIS bersifat “demokrasi liberal” sehingga semua persoalan harus diselesaikan dalam sidang NL.B secara terbuka. Ini suatu sistem pemerintahan gereja yang sangat sulit.
Pada tahun 1957 terjadi konflik pengajaran fanatisme ajaran “taharnakal” muncul dan beberapa pendeta mangkahkan, bahwa cara memberitakan firman Tuhan yang benar hanyalah melalui ajaran Tabarnakal. Lalu kelompok Tabarnakal membentuk organisasi baru yang bernama “Gereja bathal Tabarnakal” (GBT 1957).
GBT merasa puas bisa berdiri sendiri dengan doktrinnya sedang BGIS berjalan terus dalam keseimbangan pengajaran Rasuli. Beberapa tahun kemudian ada kelompok yang keluar lagi dari GBI dan membentuk organisasi baru yang bernama “ Gereja Pentakosta Tabarnakal (GPT) (1963) kelompok ini menekankan pada ajaran “mempelai”. Keyakinan mereka hanya pengajaran “mempelai” saja yang benar.
Sesudah tahun 1957, GBIS dapat berjalan dengan tenang sampai mencapai K.I 450 sidang jemaat yang tersebar diseluruh nusantara dengan kira-kira 70.000 anggota. Suatu pertumbuhan yang menggembirakan, tetapi sangat menjengkelkan hati sanan. Tidak semua pejabat GBIS menyadari bahwa setan ingin menampi mereka seperti gandum agar mereka akan jatuh. (Luk 22:31)

Jalan sejarah GBIS mulai menurun pada tahun 1967, ketika pimpinan GBIS masih berada dalam tangan kami. Itu saat permulaan antara GBIS II dengan Church Of god, Clavaland, USR, suatu peristiwa sejarah yang telah merugikan GBIS dan menguntungkan GBI.
Perselisihan mulai terjadid oleh karena perbedaan visi dan filsafat. Pihak kami mau maju tetap diam saja “seperti kodok dibawah tempurung. Paham sudah berbeda dan arah pelayanan sudah menyimpang akibatnya, mesti ada perpisahan.
Di atas jalan yang baru kami berjalan terus menggenapi panggilan Tuhan dan dengan sedih hati kami harus berpisah dari saudara-saudara kami dalam GBIS, sesudah hidup bersama 18 tahun lamanya (1952-1970)
Proses perpisahan ini sungguh tidak dimengerti oleh banyak pejabat GBIS sampai hari ini. Tetapi bagi kami adalah jelas, Tuhan mau menciptakan suatu wadah yang baru untuk menyatakan kemuliaannya.


0 komentar:

Posting Komentar