Oleh : Annisa Khairiyah
Arti Surat Ad-Dhuha
1. Demi waktu matahari sepenggalahan naik,
2. Dan demi malam apabila telah sunyi (gelap),
3. Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu
4. Dan Sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan)
5. Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu , lalu (hati) kamu menjadi puas.
6. Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu?
7. Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk.
8. Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan.
9. Sebab itu, terhadap anak yatim janganlah kamu Berlaku sewenang-wenang.
10. Dan terhadap orang yang minta-minta, janganlah kamu menghardiknya.
11. Dan terhadap nikmat Tuhanmu, Maka hendaklah kamu siarkan.
Syaikhain atau Imam Bukhari dan Imam Muslim serta selain keduanya, semuanya mengetengahkan sebuah hadis melalui Jundab yang menceritakan bahwa Nabi saw. mengalami sakit, karena itu beliau tidak melakukan salat malam selama satu atau dua malam. Lalu datang kepadanya seorang wanita seraya berkata,
"Hai Muhammad! Aku tidak berpendapat lain kecuali aku yakin bahwasanya setanmu itu telah meninggalkanmu. Maka Allah menurunkan firman-Nya, "Demi waktu Dhuha, dan demi malam apabila telah sunyi. Rabbmu tiada meninggalkan kamu dan tidak (pula) benci kepadamu." (Q.S. Adh Dhuhaa 1-3) Imam Sa’id bin Manshur dan Imam Faryabi kedua-duanya mengetengahkan sebuah hadis melalui Jundab yang menceritakan, bahwa malaikat Jibril sudah cukup lama tidak muncul kepada Nabi saw. Maka orang-orang musyrik mengatakan, "Muhammad telah ditinggalkan.
Lalu turunlah ayat tadi Imam Hakim mengetengahkan sebuah hadis melalui Zaidbin Arqam r.a. yang menceritakan, bahwa Rasulullah saw. tinggal selama beberapa hari tanpa ada wahyu yang turun kepadanya. Maka Umu Jamil istri Abu Lahab mengatakano "Aku tiada berpendapat melainkan bahwa temanmu itu (yakni malaikat Jibril) telah meninggalkanmu dan membencimu." Lalu Allah menurunkan firman-Nya, Demi waktu Dhuha..." (Q.S.Adh Dhuhaa 1, dan beberapa ayat berikutnya). Imam Thabrani dan Imam Ibnu Abu Syaibah di dalam kitab Musnad, juga Imam Wahidi serta lain-lainnya, semuanya mengetengahkan sebuah hadis dengan sanad yang di dalamnya terdapat seseorang perawi yang identitasnya masih belum dikenal.
Hadis ini diketengahkan melalui Hafsh bin Masirah Al Qurasyi, kemudian Hafsh menerimanya dari ibunya, ibu Hafsh menerimanya dari ibunya yang bernama Khaulah. Khaulah ini menjadi pelayan Rasulullah saw.; ia telah menceritakan, bahwa ada seekor anak anjing memasuki rumah Nabi saw. lalu anak anjing itu memasuki kolong ranjang beliau, dan anjing itu mati di situ. Maka Nabi saw. tinggal selama empat malam tanpa ada suatu wahyu pun yang turun kepadanya. Nabi saw. berkata, "Hai Khaulah! Apakah gerangan yang telah terjadi di dalam rumah Rasulullah, Jibril
sudah cukup lama tidak berkunjung kepadaku?" Kemudian aku berkata di dalam hati.
"Seandainya aku bersihkan terlebih dahulu rumah ini alangkah baiknya." Segera aku menyapu rumah lalu aku membungkukkan badanku untuk membersihkan bawah kolong ranjang dengan sapu, lalu aku mengeluarkan bangkai anak anjing dari kolong ranjangnya. Ketika Nabi saw. datang, tiba-tiba tubuhnya bergetar sehingga pakaian jubah yang disandangnya pun ikut bergetar. Sesungguhnya Nabi saw. apabila turun wahyu kepadanya, maka tubuhnya tampak gemetar, lalu Allah menurunkan firman-Nya, "Demi waktu Dhuha..." (Q.S. Adh Dhuhaa, l) sampai dengan firman-Nya, ."..lalu (hati) kamu menjadi puas." (Q.S. Adh Dhuhaa, 5) Sehubungan dengan hadis di atas Hafiz lbnu Hajar memberikan komentarnya bahwa, kisah mengenai terlambatnya malaikat.
Jibril disebabkan adanya anak anjing, hadis mengenai kisah ini sudah terkenal, hanya saja keadaan hadis tersebut kalau dianggap sebagai Asbabun Nuzul ayat ini, maka hal ini garib yakni, aneh bahkan Syadz dan ditolak karena ada bukti yang menyanggahnya di dalam kitab satrih. Imam Ibnu Jarir mengetengahkan sebuah hadis melalui Abdullah bin Syaddad, bahwa Siti Khadijah berkata kepada Nabi saw., "Sesungguhnya aku melihat bahwa tiada lain Rabbmu telah meninggalkan kamu." Lalu turunlah ayat tersebut. Imam Ibnu Jarir mengetengahkan pula hadis lainnya melalui Urwah yang menceritakan, bahwa malaikat Jibril terlambat datang kepada Nabi saw., maka Nabi saw. merasa sangat berduka cita. Selanjutnya Siti Khadijah berkata, "Sesungguhnya aku memandang bahwa Rabbmu membencimu karena sikapmu yang selalu kelihatan berduka cita itu", lalu turunlah ayat tersebut.
Kedua hadis tersebut perawinya adalah orang-orang yang dapat dipercaya dan predikat kedua hadis tersebut sama-sama mursal. Hafiz Ibnu Hajar memberikan komentarnya menurut pendapat yang kuat ialah bahwa masing-masing dari Umu Jamil dan Siti Khadijah benar-benar mengatakan hal tersebut.
Hanya saja Umu Jamil mengatakannya atas dorongan kebencian, sedangkan Siti Khadijah mengatakannya karena ikut berduka cita. Imam Thabrani dan Imam Ibnu Abu Syaibah di dalam kitab Musnad, juga Imam Wahidi serta lain-lainnya, semuanya mengetengahkan sebuah hadis dengan sanad yang di dalamnya terdapat seseorang perawi yang identitasnya masih belum dikenal.
Hadis ini diketengahkan melalui Hafsh bin Masirah Al Qurasyi, kemudian Hafsh menerimanya dari ibunya, ibu Hafsh menerimanya dari ibunya yang bernama Khaulah. Khaulah ini menjadi pelayan Rasulullah saw. ia telah menceritakan, bahwa ada seekor anak anjing memasuki rumah Nabi saw. lalu anak anjing itu memasuki kolong ranjang beliau, dan anjing itu mati di situ. Maka Nabi saw. tinggal selama empat malam tanpa ada suatu wahyu pun yang turun kepadanya. Nabi saw. berkata "Hai Khaulah! Apakah gerangan yang telah terjadi di dalam rumah Rasulullah, Jibril sudah cukup lama tidak berkunjung kepadaku?" Kemudian aku berkata di dalam hatio "Seandainya aku bersihkan terlebih dahulu rumah ini alangkah baiknya." Segera aku menyapu rumah lalu aku membungkukkan badanku untuk membersihkan bawah kolong ranjang dengan sapu, lalu aku mengeluarkan bangkai anak anjing dari kolong ranjangnya. Ketika Nabi saw. datang, tiba-tiba tubuhnya bergetar sehingga pakaian jubah, yang disandangnya pun ikut bergetar. Sesungguhnya Nabi saw. apabila turun wahyu kepadanya maka tubuhnya tampak gemetar, lalu Allah menurunkan firman-Nyao "Demi waktu Dhuha..." (Q.S. Adh Dhuhaa, 1) sampai dengan firman-Nya, "..lalu (hati) kamu menjadi puas." (Q.S. Adh Dhuhaa, 5).
Sehubungan dengan hadis di atas Haftz Ibnu Hajar memberikan komentarnya bahwa kisah mengenai terlambatnya malaikat Jibril disebabkan adanya anak anjing, hadis mengenai kisah ini sudah terkenal, hanya saja keadaan hadis tersebut kalau dianggap sebagai Asbabun Nuzul ayat ini, maka hal ini garib yakni, aneh bahkan Syadz dan ditolak karena ada bukti yang menyanggahnya di dalam kitab sahih. Imam Thabrani di dalam kitab Al Ausath mengetengahkan sebuah hadis yang bersumber dari Ibnu Abbas r.a menceritakan, bahwa Rasulullah saw. telah bersabda, "Telah ditampakkan kepadaku apa-apa yang kelak dapat ditaklukan oleh umatku sesudahku, lalu aku gembira melihatnya", maka Allah menurunkan firman-Nya, "dan sesungguhnya akhirat itu lebih baik bagimu daripada dunia." (Q.S. Adh Dhuhaa 4) Sanad hadis ini berpredikat Hasan atau baik.
Dalam surah ini, Allah swt menurunkan kasih sayang dan melimpahkan rahmat-Nya kepada Nabi Muhammad saw. Allah ingin mengobati penderitaan yang dialami oleh Nabi Muhammad saw. sekaligus memberikan ketenangan dan keyakinan kepadanya.
Ad-Duha diturunkan secara khusus untuk Nabi Muhammad saw. Surah ini untuk menghibur, menyenangkan dan menenangkan hati beliau yang sedang kesusahan karena ejekan-ejekan dari kaum kafir Quraisy.
Dalam beberapa riwayat, diceritakan bahwa Nabi Muhammad saw. menderita sakit hingga membuatnya susah bangun. Beliau berbaring ditempat tidurnya dan tidak bangun untuk salat Tahajud semalam atau dua malam. Kemudian datanglah seorang wanita musyrik dan berkata, “wahai Muhammad, aku melihat setanmu telah pergi meninggalkanmu.”
Sufyan Ibnu Uyainah meriwayatkan bahwa malaikat Jibril tidak datang membawa wahyu kepada Nabi Muhammad saw. sekitar lima belas hari. Lamanya wahyu tidak turun itu membuat orang-orang kafir mengatakan, “Muhammad telah ditinggalkan oleh Tuhannya.”
Berikut ini sebuah hadis yang menceritakan asbabun nuzul surah ad-Duha baca dan perhatikan baik-baik
Artinya :
Dari Junduh, dia berkat, “Nabi saw. menderita sakit hingga dia tetap berbaring di tempat tidurnya dan tidak bangun untuk salat Tahajud semalam atau dua malam. Kemudian, datang seorang wanita dan berkata, “Wahai Muhammad, aku melihat setanmu telah pergi meninggalkanmu.” Lalu, Allah swt. Menurunkan surah ad-Duha ayat 1-3 ersebut (demi waktu duha (ketika matahari naik sepenggalah), dan demi malam apabila telah sunyi, Tuhanmu tidak meninggalkan engkau (Muhammad) dan tidak (pula) membencimu).” (HR. Ahmad no. 18051)
Artinya :
Dari Hakim bin Hizam r.a. bahwa Nabi Muhammad saw. bersabda, “Tangan di atas (orang yang memberi) lebih baik daripada tangan dibawah (orang yang meminta). Dahulukanlah orang-orang yang menjadi tanggunganmu. Sesungguhnya sebaik-baik sedekah adalah sedekah yang dikeluarkan oleh orang yang mempunyai kelebihan. Siapa saja yang menjaga kehormatan dirinya maka Allah akan menjaganya dan siapa saja yang merasa cukup maka Allah akan mencukupkannya.” (H.R. al-Bukhari no. 1338 dan Muslim no.1716)
Kandungan hadis
Hadis tersebut menyebutkan bahwa tangan diatas lebih baik daripada tangan dibawah. Maksud tangan di atas adalah orang yang memberi atau bersedekah, sedangkan tangan dibawah adalah orang yang meminta atau peminta-minta. Jadi, hadis tersebut mengajarkan bahwa memberi lebih baik daripada meminta-minta. Memberi atau bersedekah sangat dianjurkan dalam Islam. Senang memberi bantuan kepada orang yang kekurangan merupakan akhlak terpuji.
Senang memberi hanya dimiliki oleh orang yang mempunyai sifat pemurah. Nabi Muhammad saw. adalah orang yang paling pemurah di antara orang-orang yang pemurah. Beliau selalu memberi jika ada orang yang meminta kepadanya. Jika beliau tidak punya, dicarikannya dahulu dan diberikannya pada lain hari.
Sifat pemurah juga dimiliki para sahabat Nabi Muhammad saw. misalnya, Usman bin Affan. Ketika Nabi Muhammad saw. mendapat berita bahwa kerajaan Romawi Timur akan menyerang Madinah, beliau mengumpulkan orang-orang guna mencari dana untuk menghadapi serangan tersebut. Usman bin Affan yang terkenal kaya raya dan dermawan segera menyerahkan 1.000 ekor unta, 50 ekor kuda, dan 1.000 mata uang emas. Setelah melihat tumpukan emas itu, Nabi Muhammad saw. bersabda yang artinya, “Sesunggunya apa yang engkau sumbangkan itu, niscaya tidak akan mengurangi hartamu.”
Sebab-sebab Turunnya Hadis Tentang Keutamaan Memberi
Khadijah istri Nabi Muhammad saw. adalah seorang saudagar kaya. Beliaupun rela memberikan semua hartanya untuk perjuangan Nabi Muhammad saw. dalam menegakkan Islam saat itu.
Orang pemurah selalu memberi bantuan kepada orang yang memerlukan, baik diminta maupun tidak. Hatinya bersih dari taman dan serakah serta ikhlas. Dalam memberi, perkataannya selalu menyenangkan, tidak dengan kata-kata yang menyakitkan. Mereka yakin dengan pemberiannya itu tidak akan mengurangi hartanya. Bahkan, Allah swt. Akan membalasnya dengan pahala yang berlipat ganda.
Dalam surah al-Lail ayat 5-7, Artinya :
Maka barang siapa memberikan (hartaya di jalan Allah), dan bertakwa dan membenarkan (adanya pahala) yang terbaik (surga), maka akan kami mudahkan baginya jalan menuju kemudahan (kebahagian).
Q.S. al-Lail/92: 5-7
4 komentar:
kk mana ayatnya kk???
surat Ad-Dhuha
terimakasih kakak postnya sungguh sangat membantu
Sama-sama
Posting Komentar