Selasa, 23 November 2010

Ilmu Budaya Dasar

Rangkuman OLeh :Rama Maulana, Sadarman Zega
STMIK Potensi Utama

BAB I
PENDAHULUAN

A. Pengertian Ilmu Budaya Dasar
Secara sederhana IBD adalah pengetahuan yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang diekembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan. Istilah IBD dikembangkan petama kali di Indonesia sebagai pengganti istilah basic humanitiesm yang berasal dari istilah bahasa Inggris “the Humanities”.
Adapun istilah humanities itu sendiri berasal dari bahasa latin humnus yang astinya manusia, berbudaya dan halus. Dengan mempelajari th humanities diandaikan seseorang akan bisa menjadi lebih manusiawi, lebih berbudaya dan lebih halus. Dengan mempelajari the humanities diandaikan seseorang akan bisa menjadi lebih manusiawi, lebih berbudaya dan lebih halus. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa the humanities berkaitan dengan nilai-nilai manusia sebagai homo humanus atau manusia berbudaya. Agar manusia menjadi humanus, mereka harus mempelajari ilmu yaitu the humanities disamping tidak meninggalkan tanggungjawabnya yang lain sebagai manusia itu sendiri. Untuk mengetahui bahwa ilmu budaya dasar termasuk kelompok pengetahuan budaya lebih dahulu perlu diketahui pengelompokan ilmu pengetahuan.

B. Tujuan Ilmu Budaya Dasar
Penyajian mata kuliah ilmu budaya dasar tidak lain merupakan usaha yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan. Dengan demikian mata kuliah ini tidak dimaksudkan untuk mendidik ahli-ahli dalam salah satu bidang keahlian yang termasuk didalam pengetahuan budaya (the humanities) akan tetapi IBD semata-mata sebagai salah satu usaha untuk mengembangkan kepribadian mahasiswa dengan cara memperluas wawasan pemikiran serta kemampuan kritikalnya terhadap nilai-nlai budaya, baik yang menyangkut orang lain dan alam sekitarnya, maupun yang menyangkut dirinya sendiri. Untuk bisa menjangkau tujuan tersebut IBD diharapkan dapat :
1. Mengusahakan kepekaan mahasiswa terhadap lingkungan budaya, sehingga mereka lebih mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, terutama untuk kepentingan profesi mereka.
2. Memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk memperluas pandangan mereka tentang masalah kemansiaan dan budaya serta mengembangkan daya kritis mereka terhadap persoalan-persoalan yang menyangkut kedua hal tersebut.
3. Mengusahakan agar mahasiswa, sebagai calon pemimpin bagnsa dan Negara serta ahli dalam bidang disiplin masing-masing tidak jatuh ke dalam sifat-sifat kedaerahan dan pengkotakan disiplin yang ketat
menguasahakan wahana komunikasi para akademisi agar mereka lebih mampu berdialog satu sama lain. Dengan memiliki satu bekal yang sama, para akademisi diharapkan akan lebih lancer dalam berkomunikasi.

C. Ruang Lingkup Ilmu Budaya Dasar
Bertitik tolak dari kerangka tujuan yang telah ditetapkan, dua masalah pokok bisa dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan ruang lingkup kajian mata kuliah IBD. Kedua masalah pokok itu adalah :
1. Berbagai aspek kehidupan yang seluruhnya merupakan ungkapan masalah kemanusiaan dan budaya yang dapat didekati dengan menggunakan pengetahuan budaya (the humanities), baik dari segi masing-masing keahlian (disiplin) didalam pengetahuan budaya, maupun secara gabungan (antar bidang) berbagai disiplin dalam pengetahuan budaya.
2. Hakekat manusia yang satu atau universal, akan tetapi yang beraneka ragam perwujudannya dalam kebudayaan masing-masing jaman dan tempat. Menilik kedua pokok masalah yang bisa dikaji dalam mata kuliah IBD, nampak dengan jelas bahwa manusia menempati posisi sentral dalam pengkajian. Manusia tidak hanya sebagai obyek pengkajian. Bagaimana hubungan manusia dengan alam, dengan sesama, dirinya sendiri, nilai-nilai manusia dan bagaimana pula hubungan dengan sang pencipta menjadi tema sentral dalam IBD. Pokok-pokok bahasan yang dikembangkan adalah 1. Manusia dan cinta kasih
2. Manusia dan Keindahan
3. Manusia dan Penderitaan
4. Manusia dan Keadilan
5. Manusia dan Pandangan hidup
6. Manusia dan tanggungjawab serta pengabdian
7. Manusia dan kegelisahan
8. Manusia dan harapan


BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep – konsep Realitas Sosial Budaya
Sosiologi dan antropologi mempelajari pola – pola hubungan dalam masyarakat serta mencari pengertian – pengertian umum secara rasional dan empiris. Oleh sebab itu, sosiologi umumnya mempelajari gejala (fenomena) masyarakat yang normal atau teratur. Tetapi tidak selamanya gejala – gejala itu keadaannya normal. Gejala - gejala tersebut dikenal sebagai realitas sosial dimasyarakat. Sebagai kumpulan mahluk yang dinamis, kita senantiasa menemukan realitas – realitas sosial dalam masyarakat.

1. Masyarakat sebagai sistem sosial
Pengertian dan ciri – ciri masyarakat. Istilah masyarakat berasal dari bahasa Arab, yaitu syakara yang artinya serta atau berpartisipasi. Sedangkan dalam bahasa Inggris masyarakat adalah society yang pengertiannya mencari interaksi sosial, perubahan sosial, dan rasa kebersamaan.
Dalam literatur lainnya masyarakat disebut pula sistem sosial. Untuk pemahaman lebih luas tentang pengertian masyarakat sebaiknya kita kemukakan beberapa definisi yang pernah di tulis oleh ahli sosiologi sebagai berikut :
• Emil durkheim
Menurut sosiolog ini masyarakat adalah suatu kenyatan obyektif indibidu – individu yang merupakan anggota – anggotanya.
• Karl marx
Masyarakat adalah suatu struktur yang menderita ketegangan organisasi ataupun perkembangan karena adanya pertentangan antara kelompok – kelompok yang terpecah – pecah secara ekonomis
• M. J. Herskovits
Masyarakat adalah kelompok individu yang diorganisasikan dan mengikuti suatu cara hidup tertentu

• J.L. Gilin dan J.P. Gilin
Masyarakat adalah kelompok yang tersebar dengan perasaan persatuan yang sama
• Max Weber
Masyarakat adalah suatu struktur atau aksi yang pada pokoknya ditentukan oleh harapan dan nilai – nilai yang dominan pada warganya.
• Selo Soemardjan
Masyarakat adalah orang – orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan.
• Paul B. Horton
Menurutnya masyarakat adalah sekumpulan manusia yang secara relatif mandiri, yang hidup bersama – sama cukup lama, yang mendiami suatu wilayah tertentu, memiliki kebudayaan yang sama dan melakukan sebagian besar kegiatan dalam kelompok itu. Pada bagian lain Horton mengemukakan bahwa masyarakat adalah suatu organisasi manusia yang saling berhubungan satu dengan lainnya.
Selain definisi yang telah dikemukakan diatas, Soerjono soekanto mengemukakan bahwa ciri – ciri suatu masyarakat pada umumnya adalah sebagai berikut:
1. Manusia yang hidup bersama sekurang – kurangnya terdiri atas dua orang
2. Bercampur atau bergaul dalam waktu cukup lama. Berkumpulnya manusia akan menimbulkan manusia – manusia baru. Sebagai akibat hidup bersama itu, timbul sistem komunikasi dan peraturan – peraturan yang mengatur hubungan antar manusia.
3. Sadar bahwa mereka merupakan satu kesatuan.
4. Merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan karena mereka merasa dirinya terkait satu dengan yang lainnya.
Marion levy menyakan bahwa ada empat kriteria yang perlu dipenuhi agar suatu kelompok dapat disebut masyarakat yaitu :

1) Kemampuan bertahan yang melebihi masa hidup seseorang anggotanya.
2) Perekrutan seluruh atau sebagian melalui reproduksi atau kelahiran.
3) Adanya sistem tindakan utama yang bersifat swasembada.
4) Kesetiaan pada suatu sistem tindakan utama secara bersama – sama.
Talcott Parson menambahkan lagi syarat yang kelima, yaitu melakukan sosialisasi terhadap generasi berikutnya.
Terbentuknya masyarakat. Kelompok sosial (masyarakat) terbentuk karena manusia – manusia menggunakan pikiran, perasaan dan keinginan – keinginannya dalam memberikan reaksi terhadap lingkungannya. Hal ini terjadi karena manusia itu mempunyai dua keinginan pokok, yaitu keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lainnya dan keinginan untuk menyatu dengan lingkungan alamnya.
Manusia mempunyai naluri untuk selalu berhubungan dengan sesamanya. Hubungan yang berkesinambungan tersebut menghasilkan pola pergaulan yang dinamakan pola interaksi sosial. Pergaulan tersebut menghasilkan pandangan – pandangan mengenai kebaikan dan keburukan. Pandangan – pandangan tersebut merupakan nilai – nilai manusia yanga kemudian berpengaruh terhadap cara dan pola perilakunya.
Untuk terbentuknya suatu masyarakat paling sedikit harus terpenuhi tiga unsur berikut.
1) Terdapat sekumpulan orang
2) Berdiam atau bermukim di suatu wilayah dalam waktu yang relatif lama
3) Akibat dari hidup bersama dalam jangka waktu yang lama itu menghasilkan kebudayaan berupa sistem nilai, sistem ilmu pengetahuan dan kebudayaan kebendaan.
Sistem sosial. Sehari – hari sering kita dengar kata sistem. Sebagian dari kalian mungkin ada yang sudah mengetahui apa arti sistem itu. Sistem adalah bagian – bagian yang saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya sehingga dapat berfungsi melakukan suatu kerja untuk tujuan tertentu. Elemen – elemen suatu sistem terdiri atas tiga kelompok utama, yaitu subsistem masukan, subsistem proses dan subsistem keluaran.
Sistem sosial itu sendiri adalah suatu sistem yang terdiri atas elemen – elemen sosial. Elemen – elemen sosial itu terdiri dari tindakan – tindakan sosial dilakukan individu – individu yang berinteraksi satu dengan lainnya. Dalam sistem sosial sehingga tercita hubungan – hubungan sosial. Keseluruhan hubungan sosial tersebut membentuk struktur sosial dalam bentuk kelompok maupun masyarakat yang akhirnya akan menentukan corak masyarakat tersebut.
Struktur sosial. Struktur sosial mencakup susunan status dan peran yang terdapat didalam satuan sosial, ditambah nilai – nilai dan norma – norma yang mengatur interaksi antar status dan peran sosial. Di dalam struktur sosial terdapat unsur – unsur sosial yang pokok seperti kaidah – kaidah sosialm lembaga – lembaga sosial, kelompok – kelompok sosial dan lapisan – lapisan sosial.
Bagaimana sebetulnya unsur – unsur sosial itu terbentuk, berkembang dan dipelajari oleh individu dalam masyarakat? Melalui proses – proses sosial semua itu dapat dilakukan. Proses sosial itu sendiri adalah hubungan timbal balik antara bidang – bidang kehidupan dalam masyarakat dan memahami norma – norma yang berlaku.
Unsur sistem sosial. Menurut loomis suatu sistem sosial harus terdiri atas sembilan unsur sebagai berikut.
1) Kepercayaan dan pengetahuan
Unsur kepercayaan dan pengetahuan merupakan unsur yang paling penting dalam sistem sosial, karena perilaku anggota dalam masyarakat sangat dipengaruhi anggota dalam masyaraat sangat dipengaruhi oleh apa yang mereka yakini dan apa yang mereka ketahui tentang kebenaran, sistem religi, dan cara – cara penyembahan kepada sang pencipta alam semesta.
2) Perasaan
Perasaan adalah keadaan jiwa manusia yang berkenaan dengan situasi alam sekitarnya termasuk didalamnya sesama manusia. Perasaan terbentuk melalui hubungan yang menghasilkan situasi kejiwaan tertentu yang bila sampai pada tingkat tertentu harus dikuasai agar tidak terjadi ketegangan jiwa yang berlebihan. Perbedaan latar belakang budaya suatu masyakat akan membedakan keadaan kejiwaan masyarakat yang membentuk suatu sistem sosial.
3) Tujuan
Sebagai mahluk sosial, dalam setiap tindakannya manusia mempunyai tujuan – tujuan yang hendak dicapai. Tujuan itu sendiri adalah suatu hasil akhir atas suatu tindakan dan perilaku seseorang yang harus dicapai baik melalui perubahan – perubahan maupun dengan cara mempertahankan suatu keadaan yang sudah mantap.
4) Kedudukan (status) dan peran (role)
Kedudukan (status) adalah posisi secara umum dalam masyarakatnya sehubungan dengan orang lain, dalam arti lingkungan pergaulan, prestasi, hak –hak, serta kewajibannya. Didalam setiap sistem sosial dijumpai bermacam – macam kedudukan (status) baik yang diperoleh secara turun temurun, dengan usaha sendiri maupun kedudukan yang diberikan sebagai penghargaan dari lingkungan sendiri. Sedangkan peran (role) adalah pelaksanaan hak dan kewajiban seseorang sesuai dengan kedudukannya. Kedudukan menentukan apa yang harus diperbuatnya bagi masyarakat.
5) Kaidah/Norma
Norma adalah pedoman – pedoman tentang perilaku yang diharapkan atau pantas menurut kelompok atau masyarakat. Kadang – kadang biasa juga disebut peraturan sosial. Norma – norma sosiam merupakan patokan tingkah laku yang diwajibkan atau dibenarkan dalam situasi – situasi tertentu dan merupakan unsur paling penting untuk meramalkan tindakan manusia dalam sistem sosial. Norma – norma sosial dipelajari dan dikembangkan melalui sosialisasi sehingga menjadi pranata – pranata sosial yang menyusun sistem itu sendiri.
6) Tingkat/pangkat
Pangkat berkaitan dengan posisi atau kedudukan dan peranan seseorang dalam masyarakat. Seseorang dengan pangkat tertentu berarti mempunyai proporsi hak – hak dan kewajiban – kewajiban tertentu pula. Pangkat diperoleh setelah melalui penilaian terhadap prilaku seseorang yang menyangkut pendidikan, pengalaman, keahliannya, pengabdiannya, kesungguhannya, dan ketulusan perbuatan yang dilakukannya.
7) Kekuasaan
Kekuasaan adalah setiap kemampuan untuk mempengaruhi pihak – pihak lain. Apabila seseorang diakui oleh masyarakat sekitarnya, maka itulah yang disebut wewenang.
8) Sanksi
Sanksi adalah suatu bentuk imbalan/balasan yang diberikan terhadap seseorang atas perilakunya. Sanksi dapat berupa hadiah (reward) dan dapat pula berupa hukuman (punishment). Sanksi diberikan atau ditetapkan oleh masyarakat untuk menjaga tingkah laku para masyarakat supaya sesuai dengan norma – norma yang berlaku.
Setiap masyarakat akan menerapkan sanksi baik yang positif maupun sanksi yang negatif kepada anggotanya tetapi wujud dan tingkatan sanksi yang dibeirkan sangat tergantung pada peradaban masyarakat tersebut.
9) Fasilitas (sarana)
Fasilitas adalah semua bentuk cara, jalan metode, benda – benda yang digunakan manusia untuk menciptakan tujuan sistem sosial itu sendiri. Dengan demikian fasilitas disini sama dengan sumber daya material/kebendaan maupun sumber daya imaterial yang berupa ide atau gagasan.
Subsistem sosial. Menurut Talcot Parson, unsur – unsur dalam suatu sistem sosial itu paling sedikit terdiri atas empat subsistem, yaitu :
1) Subsistem Kebudayaan
Sub – sistem ini menghasilkan kebudayaan kebendaan (fisik), sistem ilmu pengetahuan dan sistem nilai budaya atau adat istiadat.
2) Subsistem sosial
Sub-sistem sosial ini menghasilkan nilai – nilai, norma – norma, kaidah – kaidah sosial yang melekat dalam setiap prilaku masyarakatnya.
3) Subsistem kepribadian
Subsistem kepribadian menghasilkan corak prilaku masyarakat sebagai akibat interaksi sosial dan sosialisasi yang terus menerus.
4) Subsistem kelompok biologis
Subsistem biologis ini berkenaan dengan perlakukan manusia terhadap lingkungan hidup sekitarnya.

2. Organisasi Sosial
Pokok perhatian utama sosiologi dewasa ini adalah organisasi sosial. Secara sederhana, masyarakat yang didalamnya adalah kita sendiri sebagai salah satu anggotanya merupakan suatu organisasi sosial. Dalam organisasi sosial terdapat kelompok – kelompok dan tata cara yang mereka ciptakan. Organisasi sosial adalah cara – cara prilaku masyarakat yang terorganisasi secara sosial. Dengan kata lain, organisasi sosial merupakan jaringan hubungan antar warga – warga masyarakat yang bersangkutan didalam suatu tempat dan dalam waktu yang relatif lama. Didalam organisasi sosial terdapat unsur – unsur seperti kelompok dan perkumpulan, lembaga – lembaga sosial, peranan – peranan, kelas – kelas sosial.

Kelompok dan perkumpulan
Pengertian kelompok. Secara sederhanana kelompok adalah kumpulan orang yang memiliki kesadaran bersama akan keanggotaan dan saling berinteraksi. Goodman mendefinisikan kelompok sebagai dua orang atau lebih yang memiliki kesamaan identitas dan berinteraksi satu sama lain secara terstruktur untuk mencapai tujuan bersama.
Menurut Robert Bierstedt, terdapat bermacam – macam jenis kelompok.
a. Kelompok sosial yang teratur
1) In- group dan out –group
In group adalah kelompok sosial dimana individu mengidentifikasikan dirinya dalam kelompok tersebut. Sifat in-group biasanya didasarkan pada faktor simpati dan kedekatan dengan anggota kelompok. Misalnya, Putri adalah siswi 1A SMA Harapan Pertiwi, maka yang menjadi in-group Putri adalah kelas 1A. Out-group adalah kelompok yang diartikan oleh individu sebagai lawan in-groupnya. Dengan kata lain kelompok yang berada diluar kelompok dirinya. Misalnya, out-put bagi Putri adalah kelas selain kelas 1A yaitu kelas 1B, dan 1C.
2) Kelompok primer dan sekunder
Menurut Cooley kelompok primer adalah kelompok kecil yang anggota – anggotanya memiliki hubungan dekat personal dan langgeng. Contoh paling jelas adalah keluarga.
Kelompok sekunder adalah kelompok yang lebih besar, bersifat sementara, dibentuk untuk tujuan tertentu, dan hubungan – hubungan antar anggota bersifat impersonal sehingga biasanya tidak langgeng. Misalnya, kesebelasan sepakbola.
3) Paguyuban (Gemeinschaft) dan Patembayan (Gesselschaft)
Paguyuban adalah bentuk kehidupan bersama yang anggota – anggotanya terikat oleh hubungan batin murni dan bersifat alamiah serta kekal. Hubungannya didasari oleh rasa cinta dan rasa kesetuan batin yang telah ditakdirkan. Bentuk paguyuban bisa ditemui dalam keluarga, kelompok, kekerabatan, rukun tetangga, dan sebagainya. Paguyuban mempunyai ciri – ciri hubungan akrab, bersifat pribadai, dan ekslusif (hanya orang tertentu).
Menurut Ferdinand Tonnies, di masyarakat selalu dijumpai salah satu dari tiga paguyuban, yaitu :
a) Paguyuban karena ikatan darah, seperti keluarga, kekerabatan, kesukaan dan lain – lain.
b) Paguyuban karena tempat, seperti rukun tetangga, rukun warga, dan lain – lain.
c) Paguyuban karena pikiran, seperti pergerakan mahasiswa, partai politik, dan lain – lain.
Patembayan adalah ikatan lahir yang bersifat pokok dan biasanya hanya untuk jangka waktu yang pendek. Hubungannya bersifat untuk semua orang. Patembayan bersifat sebagai bentuk yang ada dalam pikiran belaka. Contoh patembayan adalah interaksi melalui internet.
4) Formal group dan informal group
Formal group adalah kelompok yang mempunyai peraturan tegas dan sengaja diciptakan oleh anggota – anggotanya untuk mengatur hubungan antara sesamanya. Contohnya, birokrasi, perusahaan negara, dan sebagainya.
Informal group adalah kelompok yang tidak mempunyai struktur yang pasti, terbentuk karena pertemuan yang berulang – ulang sehingga terjadi pertemuan kepentingan dan pengalaman. Contohnya klik (ikatan kelompok terdekat atau perkawanan).
5) Membership group dan reference group
Membership group adalah suatu kelompok dimana setiap orang secara fisik menjadi anggotanya.
Reference group adalah kelompok – kelompok sosial yang menjadi acuan bagi seseorang untuk membentuk kepribadian dan perilakunya.
b. Kelompok sosial yang tidak teratur
1) Kerumunan (crowd) adalah individu – individu yang berkumpul secara kebetulan di suatu tempat dan pada waktu yang bersamaan.
2) Publik adalah orang – orang yang berkumpul yang mempunyai kesamaan kepentingan.

Lembaga
Pengertian lembaga. Didalam sosiologi yang dimaksud dengan lembaga adalah suatu sistem norma untuk mencapai atau kegiatan yang oleh masyarakat dianggap penting. Jadi lembaga adalah proses – proses yang tersusun untuk melaksanakan berbagai kegiatan tertentu, misalnya agama bukan sekelompok orang tetapi suatu sistem gagasan, kepercayaan, praktek dan hubungan. Majelis Ta’lim bukan kelompok tetapi proses tersusun untuk menjalankan praktek kepercayaan terhadap agama Islam. Yang perlu di ingat bahwa lembaga selalu merupakan sistem gagasan dan perilaku yang teroganisasi yang ikut serta dalam perilaku itu.
Tipe – tipe lembaga. Gillin dan gillin mengemukakan bahwa lembaga dapat dikelompokkan dari berbagai sudut. Klasifikasi tipe – tipe lembaga ini menunjukkan bahwa didalam setiap masyarakat akan selalu di jumpai bermacam – macam lembaga. Mereka mengklasifikasikan tipe – tipe lembaga sebagai berikut:
1. Berdasarkan perkembangannya
• Cresiver institution, yaitu lembaga – lembaga primer yang sengaja tumbuh dari adat istiadat masyarakat.
Contoh :
Hak milik, perkawinan, agama dan sebagainya.
• Enated institution, yaitu lembaga yang sengaja dibentuk untuk memenuhi tujuan tertentu yang berakar dari kebiasaan – kebiasaan masyarakat.
Contoh :
Lembaga perdagangan, pendidikan dan lain – lain.
2. Berdasarkan sistem nilai yang diterima masyarakat
• Basis institution, yaitu lembaga yang sangat penting untuk memelihara dan mempertahankan tata tertib dalam masyarakat.
Contoh : keluarga, sekolah, negara dan lain sebagainya.
• Subsidiary institution, yaitu lembaga yang dianggap kurang penting dibandingkan basic institution, hanya sebagai pelengkap dan penunjang saja.
Contoh : olah raga, hiburan dan rekreasi.
3. Berdasarkan penerimaan masyarakat.
• Approved – socially sanctioned institution, yaitu lembaga – lembaga yang sudah diterima masyakat.
Contoh : perusahaan, sekolah dan sebagainya.
• Unsanc tioned institution, yaitu lembaga yang ditolak oleh masyarakat, meskipun masyarakat tidak berhasil memberantasnya
Contoh : kelompok penjahat, penipu, pencopet dan lain sebagainya.
4. Berdasarkan penyebarannya.
• General institution, yaitu lembaga yang dikenal oleh hampir seluruh masyarakat dunia.
Contoh : Agama
• Restrited institution, yaitu lembaga – lembaga yang dianut oleh masyarakat – masyarakat tertentu di dunia.
Contoh : Agama Islam, Protestan, Katolik, Budha dan Hindu.
5. Berdasarkan fungsinya
• Operative institution, yaitu lembaga yang menghimpun pola, tata cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan lembaga.
Contoh : lembaga – lembaga dalam bidang pertanian.
• Regulative institution adalah lembaga yang bertujuan untuk mengawasi adat istiadat atau tata kelakuan yang tidak menjadi bagian mutlak lembaga itu.
Contoh : lembaga hukum seperti kejaksaan, pengadilan dan sebagainya.

Peran
Pengertian peran. Peran adalah pelaksanaan hak dan kewajiban seseorang sesuai dengan kedudukannya. Peranan menentukan apa yang harus diperbuat seseorang bagi masyarakat serta kesempatan – kesempatan apa yang diberikan masyarakat kepadanya.
Peran mengatur perilaku seseorang. Peranan menyebabkan seseorang dengan batas - batas tertentu dapat meramalkan perbuatan – perbuatan orang lain. Orang yang bersangkutan akan dapat menyesuaikan perilaku sendiri dengan perilaku orang – orang sekelompoknya. Penjelasan lebih jauh tentang peran akan dibahas pada bab selanjutnya.

3. Dinamika sosial
Dinamika sosial adalah penelaahan tentang perubahan – perubahan yang terjadi didalam fakta – fakta sosial yang saling berhubungan dengan lainnya. Dinamika sosial meliputi pembahasan tentang .

a. Pengendalian sosial
Pengendalian sosial disebut pula “pengawasan sosial” yaitu segenap cara dan proses yang ditempuh oleh sekelompok orang atau masyarakat sehingga para anggotanya dapat bertindak sesuai dengan harapan kelompok atau masyarakat itu.
b. penyimpangan sosial
Penyimpangan sosial merupakan perilaku yang oleh sejumlah orang dianggap sebagai hal yang tercela dan dilaur batas toleransi. Penyimpangan sosial mempunyai ciri –ciri diantarannya dapat didefenisikan, ada penyimpangan yang ditolak dan ada yang diterima, penyimpangan yang relatif dan mutlak.
c. Mobilitas sosial
Lingkup mobilitas sosial meliputi peristiwa sosial dimana individu atau kelompok – kelompok bergerak atau berpindah dari suatu lapisan sosial ke lapisan sosial lainnya, baik gerak ke lapisan yang lebih tinggi maupun ke lapisan yang lebih rendah dalam suatu hirarki sosial sehingga perpindahan ini memiliki dua arah yaitu ke arah atas (upward mobility) dan kearah bawah (donward mobility).
d. Perubahan sosial
Setiap masyarakat senantiasa mengamali perubah. Perubahan itu menyakut nilai – nilai, norma – norma sosial, pola – pola perilaku organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan – lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial dan sebagainya.
Konsep perubahan sosial. Semua konsep yang kita perlukan apabilakita ingin menganalisa proses – proses dinamika dan perubahan masyarakat dan kebudayaan antara lain internalisasi (internalization), sosialisasi (socialization), dan enkulturasi (enculturation), difusi (diffusion), akulturasi (acculturation), asimilasi (assimilation), pembaruan atau inovasi (inovation), penemuan baru (discovery atau invention).
a. Internalisasi, yaitu proses panjang sejak seorang individu dilahirkan, sampai aia hampir meninggal. Dalam proses ini ia belajar menanamkan segala perasaan, hasrat, nafsu serta emosi yang diperlukannya sepanjang hidup dalam kepribadiannya.
b. Sosialisasi, yaitu proses seorang individu dari masa anak – anak hingga masa tuanya belajar pola – pola tindakan berinteraksi dengan segala macam individu sekelilingnya yang menduduki beraneka macam peranan sosial yang ada dalam kehidupan sehari – hari.
c. Enkulturasi (pembudayaan), yaitu proses individu mempelajari dan menyesuaikan pikiran serta sikapnya dengan adat istiadat, sistem norma, dan peraturan – peraturan yang hidup dalam kebudayaannya.
d. Difusi, yaitu proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan dan sejarah keseluruh dunia bersamaan dengan penyebaran dan migrasi kelompok – kelompok manusia dimuka bumi.
e. Akulturai, yaitu proses sosial yang timbul bila bertemu suatu kebudayaan tertentu dengan unsur – unsur dari suatu kebudayaan asing sehingga unsur – unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah kedalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian budaya itu sendiri.
f. Asimilasi, yaitu proses perpaduan dua kebudayaan proses sosial yang timbul bila ada : (i) golongan – golongan manusia dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda- beda, (ii) saling bergaul langsung secara intensif untuk waktu yang lama, sehingga (iii) kebudayaan – kebudayaan golongan – golongan tadi masing – masing berubah sifat yang khas, dan juga unsur – unsurnya masing – masing berubah wujudnya menjadi unsur – unsur kebudayaan campuran.
g. Inovasi atau penemuan, yaitu suatu proses pembaharuan di penggunaan sumber – sumber alam, energi, dan modal pengaturan baru dari tenaga kerja dan penggunaan teknologi baru yang semua akan menyebabkan adanya sistem produksi, dan dibuatnya produk – produk yang baru.

B. Interaksi Sosial
Pengertian interaksi sosial. Setiap orang bergaul dengan orang lain hari demi hari. Kita berbicara dengan orang lain, bersamalan atau bahkan bermusuhan, semua tindakan itu berciri resiprolokal (timbal balik). Artinya, melibatkan dua belah pihak. Tindakan seperti ini dinamakan interaksi sosial.
Interaksi sosial merupakan inti sari kehidupan sosial. Artinya, kehidupan sosial tampak secara konkret dalam berbagai bentuk pergaulan seseorang dengan orang lain. Selanjutnya, interaksi sosial merupakan bentuk pelaksanaan kedudukan manusia sebagai makhluk sosial, artinya, berbagai bentuk pergaulan sosial menjadi bukti betapa manusia membutuhkan kebersamaan dengan orang lain.
Sejak kapan manusia berinteraksi sosial? Sejak seseorang berhubungan dengan orang lain. Berarti, sejak manusia hadir kedunia, manusia melakukan interaksi dengan sesamanya. Interaksi sosial erat kaitannya dengan naluri manusia untuk selalu bersama dengan orang lain, dan ingin bersatu dengan lingkungan sosialnya.
Karena berciri resiprokal, interaksi sosial terwujud dalam aksi dan reaksi. Interaksi berawal dari tindakan seseorang. Tindakan itu mengundang orang lain untuk menanggapi. Misalnya, di tengah macetnya lalu lintas, pengendara motor menyerempet mobil angkot (aksi). Akibatnya, sopir angkot marah (reaksi), lalu terjadi ada terjadi adu mulut diantara keduanya (interaksi sosial).

1. Faktor – faktor interaksi sosial
Menurut Soerjono Soekanto, terdapat empat faktor yang menjadi dasar proses interaksi sosial.
a. Imitasi
Imitasi adalah tindakan sosial meniru sikap, tindakan, tingkah laku atua penampilan fisik seseorang secara berlebihan. Sebagai suatu proses, ada kalanya imitasi berdampak positif apabila yang ditiru tersebut individu – individu yang baik menurut pandangan umur masyarakat. Akan tetapi, imitasi bisa juga berdampak negatif apabila sosok individu yang ditiru berlawanan dengan pandangan umur masyarakat.
Contoh :
Seorang siswa meniru penampilan seorang bintang flim terkenal, seperti rambut gondrong (panjang), memakai anting, memakai gelang dan kalung secara berlebihan. Tindakan tersebut akan mengundang reaksi dari lingkungan sosial yang menilai penampilan itu sebagai urakan atau tidak sopan.
b. Sugesti
Sugesti adalah pemberian pengaruh atau pandangan dari satu pihak kepada pihak lain. Akibatnya, pihak yang dipengaruhi akan tergerak mengikuti pengaruh/pandangan itu dan menerimanya secara sadar atau tidak sadar tanpa berpikir panjang.
Contoh :
Seorang kakak akan lebih mudah menganjurkan adiknya yang masih duduk di bangku sekolah dasar untuk menabung agar kelak menjadi orang kaya, daripada sebaliknya.
c. Identifikasi
Identifikasi adalah kecenderungan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan orang lain. Orang lain yang menjadi sasaran identifikasi dinamakan idola (kata idol berarti sosok yang dipuja)
d. Simpati
Simpati adalah suatu proses di mana seseorang merasa tertarik dengan orang lain. Rasa tertarik ini didasari atau didorong oleh keinginan – keinginan untuk memahami pihak lain untuk memahami perasaannya ataupun kerjasama dengannya.

2. Syarat – syarat interaksi sosial
a. Kontak
Dalam sosiologi, kata kontak tidak hanya berarti saling menyentuh secara fisik belaka. Kontak dapat terjadi tanpa saling menyentuh. Misalnya, tim pendaki gunung sebuah SMA melakukan kontak ke perkemahan terdekat dan kemarkasnya di Jakarta.
Kontak hanya mungkin berlangsung apabila kedua belah pihak sadar akan kedudukan atau keadaan masing – masing. Artinya, kontak memerlukan kerja sama kedua belah pihak. Di masa modern ini, dengan bantuan sarana yang semakin canggih, seperti telepon, telegram, radio, surat, sampai internet, kontak dapat dilakukan dengan mudah dan cepat.
Wujud kontak sosial. Dilihat dari wujudnya, kontak sosial dibedakan menjadi berikut.
1) Kontak antar individu
Contoh : Kontak antara anak dan orang tuanya, kontak antara siswa dan siswa yang lainnya.
2) Kontak antarkelompok
Contoh : Kontak antara dua perusahaan dalam hubungan bisnis, kontak antara dua kesebelasan di lapangan untuk memperebutkan kejuaraan tersebut.
3) Kontak antara individu dan suatu kelompok
Contoh : Kontak antara seorang calon anggota dan para anggota organisasi yang dimasukinya. Kontak antara seorang pembicara (penceramah) dan peserta dalam suatu seminar.
Kontak sosial langsung tidak langsung. Dilihat dari langsung tidaknya kontak itu terjadi, kontak sosial dibedakan menjadi berikut.
1) Kontak primer, yaitu hubungan timbal balik yang terjadi secara langsung.
Contoh : tatap muka, berjabat tangan, saling melirik dan tersenyum.
2) Kontak sekunder, yaitu kontak sosial yang memerlukan pihak ketiga sebagai media untuk melakukan hubungan timbal balik.
Contoh : Seorang pemain sepakbola terkenal meminta asisten pribadinya untuk menyampaikan pesan – pesan kepada para penggemarnya dalam suatu acara jumpa penggemar.
Pengertian komunikasi. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan (ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi di antara keduanya. Pada umumnya, komunikasi dilakukan dengan menggunakan kata – kata (lisan) yang dapat di mengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh kedunya, maka komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu.
Komponen komunikasi. Agar komunikasi bisa berlangsung dengan baik sedikitnya dibutuhkan komponen – komponen sebagai berikut.
1. Pengirim atau komunikator (sender) adalah pihak yang mengirimkan pesan kepada orang lain.
2. Penerima atau komunikan (receiver) adalah pihak yang menerima pesan dari pihak lain.
3. Pesan (message) adalah isi atau maksud yang akan disampaikan oleh satu pihak kepada pihak lain.
4. Umpan balik (feedbeck) adalah tanggapan dari penerima pesan atas isi pesan yang disampaikannya.
Proses komunikasi. Secara ringkas proses berlangsungnya komunikasi bisa digambarkan seperti berikut.
Komunikator (sender) yang mempunyai maksud berkomunikasi dengan orang lain mengirimkan suatu pesan kepada orang yang dimaksud. Pesan (message) itu disampaikan atau dibawa melalui suatu media atau saluran baik secara langsung atau tidak langsung. Komunikan (receiver) menerima pesan yang disampaikan dan menerjemahkan isi pesan yang diterimanya ke dalam bahasa yang dimengerti kedua pihak.

C. Bentuk – bentuk Interaksi Sosial
1. Proses Asosiatif (Association Processes)
a. Kerja sama (cooperation)
Kerja sama adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Kerjasama dilakukan sejak manusia berinteraksi dengan sesamanya. Kebiasaan dan sikap mau bekerja sama dimulai sejak kanak – kanak, mulai dalam kehidupan keluarga lalu meningkat dalam kelompok sosial yang lebih luas.
Kerja sama akan bertambah erat apabila ada tindakan yang menyinggung kesetiaan yang tradisional dan institusional telah tertanam. Kerja sama seperti ini bisa konstruktif (membangun), bisa juga destruktif (merusak). Contoh konstruktif adalah kerja sama siswa dan guru memulihkan nama baik sekolah yang dinodai tindakan kriminal sejumlah siswanya. Contoh destruktif adalah tawuran antarkampung.
Bentuk kerjasama. Lebih lanjut, kerjasama dibdakan menjadi beberapa bentuk berikut.
1) Koersi
Koersi adalah bentuk akomodasi yang terjadi melalui pemaksaan kehendak pihak tertentu terhadap pihak lain yang lebih lemah. Berarti, dalam koersi terjadi penguasaan (dominasi) suatu kelompok atas kelompok lain.
Contoh : Sistem pemerintahan totalitarian.
2) Kompromi
Kompromi adalah suatu bentuk akomodasi ketika pihak – pihak yang terlibat perselisihan saling mengurangi tuntutan agar tercapai suatu penyelesaian. Sikap dasar untuk melaksanakan kompromi adalah semua pihak bersedia untuk merasakan dan memahami keadaan pihak lainnya.
Contoh : Perjanjian gencatan senjata antara dua negara.
3) Arbitrasi
Arbitrasi adalah suatu bentuk akomodasi apabila pihak – pihak yang berselisih tidak sanggup mencapai kompromi sendiri. Untuk itu, akan diundang pihak ketiga yang tidak memihak (netral) untuk mengusahakan penyelesaian pertentangan tersebut. Pihak ketiga disini dapat pula ditunjuk atau dilaksanakan oleh suatu badan yang dianggap berwenang.
Contoh : Penyelesaian pertentangan antara karyawan dan pengusaha, dengan serikat buruh serta Departemen Tenaga Kerja sebagai pihak ketiga.
4) Mediasi
Mediasi adalah suatu bentuk akomodasi yang hampir sama dengan arbitrasi. Namun, pihak ketiga yang bertindak sebagai penengah atau juru damai tidak mempunyai wewenang untuk memberi keputusan – keputusan penyelesaian perselisihan antara kedua belah pihak.
Contoh : mediasi pemerintah RI untuk mendamaikan faksi – faksi yang berselisih di Kamboja. RI hanya menjadi fasilitator, sedangkan keputusan mau

5) Konsiliasi
Konsiliasi adalah suatu bentuk akomodasi untuk mempertemukan keinginan – keinginan dari pihak – pihak yang berselisih demi tercapainya suatu persetujuan bersama.
Contoh : Panitia tetap penyelesaian masalah ketenagakerjaan mengundang perusahaan dan perwakilian karyawan untuk menyelesaikan pemogokan.
6) Toleransi
Toleransi adalah bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang resmi. Kadang – kadang toleransi persetujuan secara tidak sadar dan tanpa direncanakan terlebih dahulul.
7) Stalemate
Stalemate adalah bentuk akomodasi ketika kelompok yang terlibat pertentangan mempunyai kekuatan seimbang. Lalu keduanya sadar bahwa tidak mungkin lagi untuk maju atau mundur, sehingga pertentangan atau ketegangan antara keduanya akan berhenti dengan sendirinya.
Contoh : Persaingan antara blok barat dan blok Timur Eropa berhenti dengan sendirinya tanpa ada pihak yang kalah ataupun menang.
8) Ajudikasi
Ajudikasi adalah penyelesaian masalah atau sengketa melakukan pengadilan atau jalur hukum.
Contoh : Persengketaan tanah warisan yang diselesaikan di pengadilan.

b. Asimilisi
Asimilasi merupakan proses sosial pada tahap lanjut. Artinya, asimilasi terjadi setelah melalui tahap kerjasama dan akomodasi. Suatu asimilasi ditandai oleh usaha – usaha mengurangi perbedaan antara orang atau kelompok. Untuk mengurangi perbedaan itu asimilasi usaha – usaha mempererat kesatuan tindakan, sikap dan perasan dengan memperhatikan kepentingan serta tujuan bersama.
Syarat asimilasi. Asimilasi dapat terbentuk apabila terdapat tiga persyaratan berikut.

1) Terdapat sejumlah kelompok yang memiliki kebudayaan berbeda
2) Terjadi pergaulan antarindividu atau kelompok secara intensif dan dalam waktu yang relatif lama.
3) Kebudayaan masing – masing kelompok tersebut saling berubah dan menyesuaikan diri.
Faktor pendorong asimilasi. Faktor – faktor yang mendorong atau mempermudah terjadinya asimilasi adalah sebagai berikut.
1) Toleransi di antara sesama kelompok yang berbeda kebudayaan
2) Kesempatan yang sama dalam bidang ekonomi
3) Sikap terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat.
4) Persamaan dalam unsur – unsur kebudayaan nasional.
Faktor penghalang asimilasi sebagai berikut :
1) Kelompok yang terisolasi atau terasing (biasanya kelompok minoritas)
2) Kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan baru yang dihadapi
3) Perbedaan ciri – ciri fisik, seperti tinggi badan, warna kulit atau rambut.
4) Golongan minoritas mengalami gangguan oleh kelompok penguasa.

c. Akulturasi
Akulturasi adalah proses penerimaan dan pengolahan unsur – unsur kebudayaan asing menjadi bagian dari kebudayaan suatu kelompok, tanpa menghilangkan kepribadian kebudayaannya asli. Akulturasi merupakan hasil perpaduan dua kebudayaan dalam waktu lama.
Contoh : Kebudayaan Hindu di Indonesia bertemu dengan kebudayaan Islam menghasilkan kebudayaan Islam yang bercorak ilmu.

2. Proses Disosiatif (Opposition Processes)
Proses disosiatif disebut pula proses oposisi. Oposisi dapat diartikan cara yang bertentangan dengan seseorang ataupun kelompok untuk mencapai tujuan tertentu. Proses disosiatif dapat dibedakan menjadi tiga kelompok bentuk sebagai berikut :

a. Persaingan (competition)
Persaingan merupakan suatu proses sosial ketika ada dua pihak atau lebih saling berlomba dan berbuat sesuatu untuk mencapai kemenagan tertentu. Persaingan dilakukan dengan norma nilai yang diakui bersama dan berlaku pada masyarakat tersebut. Persaingan yang disertai dengan kekerasan, ancaman, atau keinginan untuk merugikan pihak lain dinamakan persaingan tidak sehat. Tindakan seperti itu bukan lagi persaingan tetapi sudah menjurus pada permusuhan atau persengketaan.
Contoh :
• Dalam bidang ekonomi : persaingan antara produsen barang sejenis dalam merebut pasar yang terbatas.
• Dalam hal kedudukan : persaingan untuk menduduki jabatan strategis.
• Dalam kebudayaan : persaingan dalam penyebaran ideologi pendidikan, dan unsur – unsur kebudayaan lainnya.
Fungsi persaingan adalah sebagai berikut :
1) Menyalurkan keinginan individu antara kelompok yang sama – sama menuntut dipernuhi, padahal sulit dipenuhi semuanya secara serentak.
2) Menyalurkan kepentingan serta nilai – nilai dalam masyarakat, terutama kepentingan dan nilai yang menimbulkan konflik.
3) Menyeleksi individu yang pantas memperoleh kedudukan serta peranan yang sesuai dengan kemampuannya.

b. Kontravensi
Kontravensi merupakan proses sosial yang ditandai oleh ketidakpastian, keraguan, penolakan, dan penyangkalan yang tidak di ungkapkan secara terbuka.
Bentuk kontravensi. Menurut Leopold von woiese dan Howrd Becker, adalah sebagai berikut :
1) Kontravensi umum
2) Kontravensi sederhana
3) Kontravensi intensif
4) Kontravensi rahasia
5) Kontravensi taktis.

c. Pertikaian
Pertikaian merupakan proses sosial bentuk lanjut dari kontranvensi. Artinya, dalam pertikaian perselisihan sudah bersifat terbuka. Pertikaian terjadi karena semakin tajamnya perbedaan antara kalangan tertentu dalam masyarakat.

d. Konflik
Konflik merupakan situasi wajar dalam setiap masyarakat. Bahkan, tidak ada satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik, entah dalam cakupan kecil ataupun besar. Konflik dalam cakupan kecil misalnya konflik dalam keluarga, sedangkan konflik dalam cakupan besar misalnya konflik antargolongan atau antarkampung.
Konflik penyebab konflik adalah sebagai berikut :
1) Perbedaan individu yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan
2) Perbedaan kepentingan antara individu dan kelompok, diantaranya menyangkut bidang ekonomi, politik, dan sosial.
3) Perubahan – perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Macam konflik. Pembagian konflik menurut Darendorf adalah sebagai berikut :
1) Konflik antara atau dalam peranan sosial, misalnya antara peran dalam keluarga dan profesi
2) Konflik antara kelompok – kelompok sosial
3) Konflik antara satuan nasional
4) Konflik antar negara atay antara negara dengan organisasi sosial
Akibat konflik. Hasil dan akibat suatu konflik adalah sebagai berikut :
1) Meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok yang mengalami konflik dengan kelompok lain.
2) Keretakan hubungan antara anggota kelompok, misalnya akibat konflik antar suku.
3) Perubahan kepribadian pada individu, misalnya adanya rasa benci dan saling curiga akibat perang.
4) Kerusakan harta benda dan hilangnya nyawa manusia.
5) Dominasi bahkan penaklukan salah satu pihak yang terlibat dalam konflik.

D. Perubahan dan Dinamika Sosial Budaya
1. Pengertian Perubahan dan Dinamika Sosial Budaya
Masyarakat merupakan suatu populasi yang membentuk organisasi sosial bersifat komleks. Dalam organisasi sosial terdapat nilai – nilai, norma – norma, dan pranata – pranata sosial. Dalam organisasi sosial teradapat pula peraturan – peraturan untuk bertingkah laku yang kesemuanya berinteraksi dalam kehidupan masyarakat.
Meskipun norma, nilai, pranata, dan peraturan dimiliki oleh setiap kelompok masyarakat dengan tingkat peradaban berbeda, dapat dipastikan tidak akan pernah semua anggotanya mengetahui sekaligus menyetujuinya. Tidak mungkin semua orang akan begitu saja berperilaku sesuai dengan nilai, norma, ataupun peraturan yang berlaku.
Kenyataan inilah yang menyebabkan ketidakselarasan atau konflik di tengah – tengah masyarakat. Hakikat manusia sebagai individu dan mahluk sosial dalam banyak hal akan mendatangkan ketidak selarasan apabila tidak diatur dan diarahkan sebagaimana mestinya.
Masyarakat pasti berubah. Setiap masyarakat dimana pun pasti akan mengamali perubahan dan dinamikia sosial budaya, baik didesa maupun diperkotaan. Perubahan dan dinamika itu merupakan akibat dari adanya interaksi antarmanusia dan antarkelompok. Akibatnya, diantara mereka terjadi proses saling mempengaruhi yang menyebabkan perubahan dan dinamika sosial.
Perubahan sosial tidak bsia kita elakkan. Apalagi di zaman yang terbuka ini, kemajuan teknologi yang amat pesat tekah membawa berbagai macam pengaruh baik dari dalam maupun dari luar. Semua pengaruh itu bagian mudah hadir ditengah – tengah kita. Lambat laun tanpa disadari kita telah mengadopsi nilai – nilai baru tersebut.
Perubahan dan dinamika yang terjadi dimasyarakat bisa berupa perubahan nilai – nilai sosial, norma – norma yang berlaku dimasyarakat, pola – pola perilaku individu dan organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan – lapisan maupun kelas – kelas dalam masyarakat, kekuasaan, wewenang, interaksi sosial, dan masih banyak lagi. Dengan kata lain, perubahan sosial bisa meliputi perubahan organisasi sosial, status, lembaga, dan struktur sosial masyarakat.
Pengertian perubahan sosial. William F. Ogburn mengemukakan ruang lingkup perubahan sosial meliputi unsur – unsur kebudayaan baik yang material maupun yang immaterial. Kingley Davis mengartikan perubahan sosial sebagai perubahan – perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat. Mac Iver mengartikan bahwa perubahan sosial sebagai perubahan dalam hubungan sosial (social relationship) atau sebagai perubahan terhadap keseimbangan (equilibrium) hubungan sosila.
Berikut pengertian perubahan sosial yang lain menurut para sosiolog.
Hans Garth & C. Wright Mills.
Perubahan sosial adalah apapun yang terjadi (kemunculan perkembangannya dan kemunduran), dalam kurun waktu tertentu terhadap peran, lembaga, atau tatanan yang meliputi struktur sosial.
Gillin & Gillin
Perubahan sosial adalah suatu variasi dari cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan – perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, dan ideologi maupun karena adanya difusi ataupun penemuan – penemuan baru dalam masyarakat.
Samuel Koening
Perubahan sosial menunjuk pada modifikasi – modifikasi yang terjadi dalam pola – pola kehidupan manusia.
Selo Soemardjan
Perubahan sosial adalah segala perubahan pada lembaga – lembaga kemasyarakatan didalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk didalamnya nilai – nilai, sikap dan pola perilaku antara kelompok – kelompok dalam masyarakat.
Perubahan – perubahan dan dinamika sosial budaya tidak selalu seperti kemajuan, tetapi dapat pula diartikan kemunduran dalam bidang – bidang kehidupan tertentu dalam kelompok masyarakat.

2. Teori – teori perubahan dan Dinamika Sosial Budaya.
Terjadinya perubahan – perubahan sosial dianggap sebagai suatu hal yang wajar dan akan terus berlangsung sepanjang manusia saling berinteraksi dan bersosialisasi. Perubahan sosial terjadi karena adanya perubahan unsur – unsur dalam kehidupan masyarakat baik yang bersifat keseimbangan masyarakat dan menyesuaikan dengan perkembangan zaman yang dinamis. Seperti misalnya unsur – unsur geografis, bilogis, ekonomis atau kebudayaan.
Terjadi penyeba perubahan sosial. Beberapa sosiolog berpendapat bahwa ada kondisi – kondisi sosial yang primer yang menyebabkan terjadinya perubahan sosial. Kondisi yang dimaksud antara lain : kondisi – kondisi ekonomis, teknologis, geografis, ataupun bilogis. Kondisi tersebut menyebabkan terjadinya perubahan – perubahan pada aspek kehidupan sosial lainnya. Beberapa teori yang menjelaskan sebab – sebab mengapa terjadi perubahan sosial antara lain sebagai berikut.
a. Teori Evolusi (Evolutionary Theory)
Teori berpijak pada teori evelusi Darwin dan dipengaruhi oleh pemikiran Herbert Spencer. Tokoh yang berpengaruh pada teori ini adalah Emile Durkheim dan Ferdinand Tonnies.
Durkheim berpendapat bahwa perubahan karena evolusi mempengaruhi cara pengorgansasian masyarakat, terutama yang berhubunagn dengan kerja. Sedangkan Tonnies memandang bahwa masyarakat berubah dari masyarakat sederhana yang mempunyai hubungan yang erat dan kooperatif menjadi tipe masyarakat besar yang memiliki hubungan yang terspesialisasi dan impersonel. Tonnies tidak yakin bahwa perubahan – perubahan tersebut selalu membawa kemajuan. Bahkan dia melihat adanya fragmentasi sosial ( perpecahan dalam masyarakat), individu menjadi terasing dan lemahnya ikatan sosial dari perubahan sosial budaya kearah individualisasi dan pencarian kekuasaan. Gejala itu tampak jelas pada masyarakat perkotaan.
Teori evolusi ini masih belum memuaskan banyak pihak. Alasannya, teori ini tidak mampu menjelaskan jawaban terhadap pertanyaan mengapa masyarakat berubah. Teori ini hanya menjelaskan bagaimana proses perubahan terjadi.

b. Teori konflik (Conflict Theory)
Menurut teori ini, konflik berasal dari pertentangan kelas antaa kelompok tertindas dan kelompok penguasa sehingga akan mengarah pada perubahan sosial. Teori ini berpedoman pada pemikiran Karl Mars yang menyebutkan bahwa konflik sosial merupakan sumber yang paling penting dan berpengaruh bahwa semua perubahan sosial. Ralf Dahrendorf berpendapat bahwa semua perubahan sosial merupakan hasil dari konflik kelas di masyarakat. Ia yakin bahwa konflik dan pertentangan selalu ada dalam setiap bagian masyarakat.

c. Teori Fungsionalis (Functionalist Theory)
Teori fungsionalis berusaha melacak penyebab perubahan sosial sampai ketidakpuasan masyarakat akan kondisi sosialnya yang secara pribadi mempengaruhi mereka. Teori ini berhasil menjelaskannya perubahan sosial yang tingkatnya moderat.
Ogburn menyebutkan perubahan teknologi biasanya lebih cepat daripada perubahan budaya nonmaterial seperti kepercayaan, norma, nilai – nilai yang mengatur masyarakat sehari – hari. Oleh karena itu, dia berpendapat bahwa perubahan teknologi seringkali menghasilkan kejutan budaya yang pada gilirannya akan memunculkan pola – pola perolaku yang baru, meskipun terjadi konflik dengan nilai – nilai tradisional.
Contoh :
Ketika alat kontrasepsi pertama kali untuk mengendalikan jumlah penduduk dalam program keluarga berencana (KB) banyak pihak menentang program itu karena bertentangan dengan nilai – nilai agama serta norma yang berlaku dimasyarakat pada waktu itu. Namun, lambat laun masyarakat mulai menerima dan menerapkan kehadiran teknologi baru tesebut karena bermanfaat untuk mencegah pertumbuhan penduduk yang tak terkendali.
Toeri ini mempunyai perspektif (sudut pandang) yang menarikd alam melihat perubahan sosial. Teori ini beranggapan bahwa perubahan sosial tidak dapat dikendalikan sepenuhnya oleh siapapun, bahkan orang – orang ahli sekalipun. Dalam setiap masyarakat terdapat siklus yang harus diikutinya. Menurut teori ini kebangkitan dan kemunduran suatu peradaban (budaya) tidak dapat dielakkan, dan tidak selamnya perubahan sosial membawa kebaikan.
Oswold spengler mengemukakan teorinya bahwa setiap masyarakat berkembang melalui empat tahap perkembangan seperti pertumbuhan manusia, yaitu : masa kanak – kanak, remaja, dewasa dan tua. Ia merasa bahwa masyarakat barat telah mencapai masa kejayaannya pada masa dewasa, yaitu selama zaman pencerahan (renaissance) abad ke – 18. Sejak saat itu tidak terelakan lagi peradaban barat mulai mengalami kemunduran menuju ke masa tua. Tidak ada yang dapat menghentikan proses ini. Seperti yang terjadi pada perdaban Babilonia, Mesir, Yunani, dan Romawi yang terus mengalami kemunduran hingga akhirnya runtuh.
Arnold Toynbee, sejarawan Inggris, menambahkan bahwa kebangkitan dan kemunduran suatu peradaban bisa dijelaskan melalui konsep – konsep kemasyarakatan yang saling berhubungan satu sama lain, yaitu tantangan dan tanggapan (challenge and response). Dia mengamati bagaimana tiap – tiap masyarakat menghadapi tantangan – tantangan alam dan sosial dari lingkungannya. Jika suatu masyarakat mampu merespon dan menyesuaikan diri dengan tantangan – tantangan tersebut, maka masyarakat itu akan bertahan dan berkembang. Sebaliknya, jika tidak maka mengalami kemunduran dan akhirnya punah. Menurut Toynbee, jika suatu tantangan sudah bisa diatasi akan muncul tantangan baru lainnya yang harus dihadapi masyarakat dalam bentuk interaksi timbal balik dengan lingkungannya.

3. Faktor – faktor Penyebab Perubahan Sosial Budaya
Dengan melihat teori – teori tentang perubahan sosial yang dikemukakan di atas, dapat diketahui hal –hal yang menyebabkan terjadinya perubahan sosial. Soekanto mengelompokkan faktor – faktor yang menyebabkan perubahan sosial dalam dua golongan besar yaitu faktor yang berasal dari dalam masyarakat sendiri (faktor internal) dan faktor yang bersumber dari luar masyarakat (faktor eksternal).
a. Faktor Internal
• Bertambahnya atau berkurangnya penduduk
Pertumbuhan jumlah penduduk yang cepat dapat menyebabkan perubahan dalam struktur masyarakat seperti munculnya kelas sosial yang baru dan profesi yang baru. Selain itu, bertambahnya jumlah penduduk akan meningkatkan kebutuhan – kebutuhan hidup, seperti sandang, pangan, dan perumahan. Padahal sumber – sumber pemenuhan kebutuhan tersebut terbatas. Konsekuensinya, harus ada pencapaian lapangan kerja baru dapat memenuhi tuntutan kebutuhan yang makin meningkat. Jika tidak, maka akan terjadi berbagai masalah sosial, seperti sosial, seperti kemiskinan, kriminalitas. Kondisi ini akan mengubah pola interaksi dan meningkatkan mobilitas sosial.
Sementara itu, berkurangnya jumlah penduduk bisa jadi disebabkan perpindahan penduduk dari desa ke kota atau dari satu daerah ke daerah lainnya (transmigrasi, urbanisasi). Perpindahan ini akan mengakibatkan kekosongan dalam pembagian kerja dan jumlah angkatan kerja. Kondisi ini akan mempengaruhi lembaga-lembaga kemasyarakatan.
• Adanya penemuan baru
Dalam setiap masyarakat selalu ada sejumlah individu yang sadar akan kekurangan kebudayaan masyarakatnya. Mereka ini terdorong untuk memperbaiki dan menyempurnakannya melalui penemuan baru. Kemudian, tuntutan zaman yang selalu berubah menjadi pemicu individu menciptakan penemuan baru untuk memenuhi berbagai kebutuhan sesuai dengan tuntutan zaman melalui ilmu pengetahuan pengetahuan dan teknologi. Proses penemuan baru ini dinamakan inovasi.
Penemuan baru sebagai sebab terjadinya perubahan-perubahan dibedakan menjadi dua, yaitu discovery dan invention. Discovery adalah penemuan unsur kebudayaan baru, baik berupa alat maupun gagasan yang diciptakan oleh seorang individu atau kelompok. Sedangkan invention merupakan penemuan baru yang sudah diakui, diterima serta diterapkan oleh masyarakat. Jadi, discovery menjadi invention jika masyarakat sudah mengakui menerima, dan menerapkan penemuan tersebut.
Adanya inovasi pada berbagai kehidupan sosial dan budaya masyarakat akan memberi pengaruh yang luas pada berbagai kehidupan masyarakat. Pengaruh itu berdampak pada terciptanya perilaku sosial dan adat istiadat yang baru di antara golongan masyarakat tersebut, disamping menggeser nilai-nilai dan norma-norma sosial yang lama.
Contoh :
Penemuan telepon telah mengubah pola dan cara berkomunikasi masyarakat. Dulu, masyarakat yang jaraknya berjauhan tidak dapat berkomunikasi secara langsung dan membutuhkan waktu yang cukup lama. Namun, dengan adanya telepon masyarakat bisa berkomunikasi pada saat itu juga, bahkan dengan yang jaraknya berjauhan serta serta tanpa harus bertatap muka.
• Pertentangan (konflik) masyarakat
Dalam masyarakat yang heterogen dan dinamis, pertentangan-pertentangan mungkin saja terjadi antara individu dengan kelompok atau kelompok-kelompok tertentu. Apalagi pada masyarakat yang sedang berkembang dari tahap tradisional ke masyarakat modern seringkali terjadi pertentangan, misalnya antara golongan muda yang menganut nilai-nilai baru karena menerima unsur-unsur baru dari kebudayaan lain (seperti kebudayaan barat contohnya) dengan golongan tua yang ingin mempertahankan nilai-nilai, tradisi, dan kebudayaan tradisional. Konflik ini akan menimbulkan perubahan nilai-nilai , pola perilaku dan interaksi yang baru di masyarakat tersebut.
Contohnya :
Westernisasi di kalangan anak-anak muda cenderung menimbulkan konflik dengan orang-orang tua yang memandang kebudayaan barat tidak cocok dengan tradisi dan niali-nilai bangsa, namun lambat laun bisa diterima walaupun terjadi konflik.
• Terjadinya pemberontakan atau revolusi
Perubahan yang terjadi secara cepat dan mendasar yang dilakukan oleh individu atau kelompok akan berpengaruh besar pada struktur masyarakat dan lembaga-lembaga kemasyarakatan mulai dari lembaga negara sampai keluarga mengalami perubahan yang mendasar.
Contoh :
Revolusi Prancis yang merupakan pemberontakan masyarakat kelas bawah yang tertindas terhadap kekuasaan kerajaan yang bertindak sewenang-wenang.
• Ideologi
Ideologi bisa diartikan sebagai seperangkat kepercayaan, nilai, dan norma yang saling berhubungan dan dapat mengarahkan pada tujuan tertentu. Ideologi memainkan peran yang cukup besar dalam membentuk arah perubahan sosial. Ada bermacam-macam ideologi yang eksis di dunia yang dikelompokkan menjadi ideologi konservatif atau tradisional, liberal, dan radikal. Untuk mendorong terjadinya perubahan sosial di masyarakat, biasanya ideologi-ideologi ini dituangkan kedalam kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah yang menganut salah satu ideologi tersebut.
b. Faktor Eksternal
• Lingkungan alam fisik yang ada di sekitar manusia
Penyebab perubahan yang bersumber dari lingkungan alam fisik, kadang kala disebabkan oleh masyarakat itu sendiri. Terjadinya bencana alam seperti banjir, longsor, gempa bumi, dan lain-lain menyebabkan masyarakat yang mendiami daerah tersebut terpaksa harus berpindah meninggalkan daerah tersebut dan mencari tempat tinggal baru sehingga mereka harus menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru. Hal tersebut akan mengakibatkan terjadinya perubahan pada lembaga-lembaga masyarakat.
• Peperangan
Peperangan antara satu negara dan negara lain bisa menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan baik pada lembaga kemasyarakatan maupun struktur masyarakatnya. Biasanya negara yang menang akan memaksakan nilai-nilai dan cara-cara dan lembaga-lembaga masyarakat yang dianutnya kepada negara yang kalah.
Contoh :
Negara Irak setelah kalah perang melawan koalisi pimpinan Amerika Serikat. Amerika Serikat berusaha memaksakan penerapan sistem demokrasi menggantikan sistem kediktatoran rejim Saddam Hussein. Hal ini mengakibatkan perubahan besar pada lembaga-lembaga negara, struktur pemerintahan, dan juga pola perilaku dan interaksi masyarakat Irak.
• Pengaruh kebudayaan masyarakat lain
Di zaman yang semakin terbuka, tidak ada negara atau masyarakat yang menutup dirinya dari interaksi dengan bangsa atau masyarakat lain. Interaksi yang dilakukan antara dua masyarakat atau bangsa mempunyai kecenderungan untuk menimbulkan pengaruh timbal balik. Selain masyarakat yang satu bisa mempengaruhi masyarakat lainnya, juga bisa menerima pengaruh dari masyarakat lain. Dengan demikian, akan timbul suatu nilai-nilai budaya yang baru sebagai akibat asimilasi atau akulturasi kedua budaya.
Soekanto mengungkapkan, apabila salah satu atau kedua kebudayaan yang bertemu mempunyai teknologi yang lebih tinggi, maka yang terjadi adalah proses imitasi berupa peniruan unsur-unsur kebudayaan lain. Mula-mula kebudayaan asli menyerap unsur-unsur kebudayaan yang baru, tetapi lambat laun unsur-unsur kebudayaan asli akan terdesak dan digantikan oleh unsur-unsur kebudayaan asing.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Pengertian dan ciri – ciri masyarakat. Istilah masyarakat berasal dari bahasa Arab, yaitu syakara yang artinya serta atau berpartisipasi. Sedangkan dalam bahasa Inggris masyarakat adalah society yang pengertiannya mencari interaksi sosial, perubahan sosial, dan rasa kebersamaan.
Di zaman yang semakin terbuka, tidak ada negara atau masyarakat yang menutup dirinya dari interaksi dengan bangsa atau masyarakat lain. Interaksi yang dilakukan antara dua masyarakat atau bangsa mempunyai kecenderungan untuk menimbulkan pengaruh timbal balik. Selain masyarakat yang satu bisa mempengaruhi masyarakat lainnya, juga bisa menerima pengaruh dari masyarakat lain. Dengan demikian, akan timbul suatu nilai-nilai budaya yang baru sebagai akibat asimilasi atau akulturasi kedua budaya.

DAFTAR PUSTAK A

Bouman, P.J. Sosiologi Fundamental, Jakarta, 1982 (Terjemahan Ratmoko, SH) Penerbit djambatan
Giddens, Anthony, 1989, Sociology, Oxford : Polity Press.
Goodman, Norman. Introduction to Sociology, London. 1992, Harper Collins Publisher Inc.
Haviland, Wiliam, A. Antropologi Jilid I, Terjemahan RG. Soekadijo, Jakarta, 1988. Erlangga
John Rex, Analisa Sistem Sosial, Jakarta, 1985, Penerbit PT. Bina Aksara.
Koentjaraningrat, Beberapa Pokok Antropologi, Jakarta, 1990, Penerbit Dian Rakyat.
Kumanto Sunarto, Pengantar Sosiologi, Jakarta, 1990. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universiat Indonesia.
Pil Astird S, Sutanto, Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial, Bandung, 1978, Bina Cipta.
Rasyid Hamidi, H, Sejarah Eropa, Jakarta, 1987, Yayasan Perkasa.
Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta, 1990, PT. Raja Grafindo



0 komentar:

Posting Komentar