Jumat, 03 Desember 2010

Ittihad dan Hulul

“Ittihad” artinya bahwa tingkatan tasawuf seorang sufi telah merasa dirinya bersatu dengan Tuhan. Ittihad merupakan suatu tingkatan dimana yang mencintai dan yang dicintai telah menjadi satu.
A.R. Al-Badawi berpendapat bahwa di dalam Ittihad yang dilihat hanya satu wujud. Walaupun sebenarnya ada dua wujud yang berpisah satu dari yang lain. Hal ini terjadi karena yang dilihat dan dirasakan hanyasatu wujud, sehingga akan terjadi pertukaran peranan antara yang mencintai dengan yang dicintai (Sufi dan Tuhan). Dalam Ittihad “identitas telah hilang, identitas telah menjadi satu”, hal ini bisa terjadi karena sufi telah memasuki fana yang tidak mempunyai kesadaran lagi dan berbicara dengan Tuhan.
Ittihad berada dalam lapangan yang kurang terang dan bersama Hulul dan tauhid dari pada bagian ilmu Tasawuf. Para ulama syariat Islam memandang ketiganya bertentangan Islam.
Masalah Ittihad, Hulul dan Tauhid dikalangan Sufi tidak banyak dibicarakan. Mungkin ini disebabkan dari pembunuhan tokoh sufi yaitu Al-Hallaj karena di tuduh mempunyai paham “Hulul”, sehingga banyak tokoh sufi takut mempersoalkan hal tersebut, a gar tidak mempunyai nasib yang sama.
Abu Nasr Al-Tusi di dalam bukunya “Al-Lum’A”, mengatakan Hulul ialah paham yang mengatakan bahwa Tuhan memilih tubuh-tubuh manusia tertentu untuk mengambil tempat di dalamnya, setelah sifat-sifat kemanusiaan yang ada dalam tubuh itu di lenyapkan.
Sedangkan menurut Al-Hallaj, Allah memiliki dua sifat dasar keTuhanan yaitu “LAHUT” dan kemanusiaan “NASUT”. Hal ini dapat dilihat dalam karya beliau yang menjelaskan tentang teori terjadinya makhluk.


0 komentar:

Posting Komentar