pada Minggu, 28 November lalu Wikileaks merilis kembali sekitar 250 ribu dokumen rahasia AS. Sebagian dokumen menyebutkan bahwa Saudi beserta negara-negara Arab lainnya seperti Yordania, Mesir, Bahrain dan Uni Emirat Arab mengkhawatirkan program nuklir Iran.
Raja Saudi, Abdullah, bahkan beberapa kali mendesak pemerintah AS untuk menyerang Iran guna menghancurkan program nuklirnya. Namun hal itu dibantah pihak kerajaan Saudi.
"Kerajaan Arab Saudi menolak klaim tersebut secara keseluruhan, dan ini bukan pertama kalinya klaim seperti itu dibuat di media," tegas kuasa usaha Saudi untuk Teheran seperti dikutip kantor berita Mehr dan dilansir media Iran, Press TV, Rabu (1/12/2010).
Menurut pejabat Saudi itu, klaim tersebut dimaksudkan untuk merusak hubungan kedua negara.
Sebelumnya Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad menuding bahwa pemerintah AS sengaja merilis dokumen-dokumen rahasia itu.
"Itu (dokumen) tak punya nilai hukum dan tak akan berdampak politik seperti yang mereka upayakan," kata Ahmadinejad kepada wartawan, Senin, 29 November lalu.
Ditekankan Ahmadinejad, "permainan" WikiLeaks tak layak untuk dikomentari dan tak seorang pun yang akan membuang-buang waktu mereka untuk mengkajinya. Menurutnya, pemerintah AS mencoba merusak hubungan Iran dengan negara-negara Arab lewat WikiLeaks.
"Negara-negara di wilayah ini seperti teman dan saudara dan tindakan jahat ini tak akan berdampak pada hubungan mereka," tandas Ahmadinejad.
Jumat, 03 Desember 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar